Selasa, September 29, 2009

"Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah”

(Neh 2:1-8; Luk 9:57-62)

Ketika Yesus dan murid-murid- Nya
melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus:
"Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata
kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi
Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata
kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata:
"Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku."Tetapi Yesus berkata
kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau,
pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana."Dan seorang lain
lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku
pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang
yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan
Allah.
"(Luk 9:57-62), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 



Berrefleksi

atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Hieronemus, Imam dan Pujangga

Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Hari ini adalah hari terakhir bulan Kitab
Suci/September 2009. Kiranya di antara anda semua selama bulan Kitab Suci
terlibat dalam aneka pendalaman Kitab Suci dalam berbagai kesempatan, dan
mungkin juga telah ditemukan ayat-ayat atau teks kitab suci yang mengesan serta
tergerak untuk menghayati atau melaksanakannya di dalam hidup sehari-hari. Dengan
kata lain setelah membacakan dan mendengarkan ayat-ayat Kitab Suci anda
tergerak untuk memperbaharui hidup, agar cara hidup dan cara bertindak lebih
sesuai dengan kehendak Tuhan. Anda siap sedia untuk memperbaharui atau
diperbaharui, dibentuk atau dibina oleh sabda-sabda Tuhan, maka hendaknya pesan
atau peringatanYesus ini diperhatikan:”Setiap
orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk
Kerajaan Allah” . Kami harapkan anda
melangkah maju terus tanpa kenal lelah, setia memperbaharui diri atau
diperbaharui orang lain. Jauhkan aneka macam bentuk mangkir atau malas yang
sering menggejala dalam alasan yang nampak rational dan tak terbantahkan,
misalnya ‘urusan keluarga, off the record’. Dengan kata lain sebagai orang yang
telah dibaptis hendaknya setia pada janji baptis, yang menjadi imam setia pada
janji imamat, yang berkeluarga setia pada janji perkawinan dan yang hidup
membiara setia pada tri-kaulnya dst.. Mereka yang sedang belajar setia pada janji
pelajar sehingga semakin terampil belajar, dan mereka yang bekerja setia
pada janji kerja sehingga terampil
bekerja. Maju terus, jangan menoleh ke belakang, namun sekali-kali menoleh ke
belakang dalam rangka refleksi silahkan. Kita percayakan diri kita kepada
Penyelenggaraan Ilahi, kepada kehendak Allah.

· "Hiduplah
raja untuk selamanya! Bagaimana mukaku tidak akan muram, kalau kota, tempat
pekuburan nenek moyangku, telah menjadi reruntuhan dan pintu-pintu gerbangnya
habis dimakan api?”(Neh 2:3), demikian kata seorang pelayan kepada rajanya.
“Pekuburan nenek moyang” merupakan symbol penghormatan kepada nenek moyang, dan
mungkin dengan menyaksikan pekuburan nenek moyang yang baik orang juga akan
teringat dan terkenang akan nasihat-nasihat baik dari nenek moyang, sebaliknya jika pekuburan nenek moyang
amburadul atau berantakan serta kumuh, mungkin melambangkan tiada yang mengesan
dari nenek moyang. Amburadul, berantakan atua kekumuhan pekuburan nenek moyang
juga dapat melambangkan bahwa kita, para penerus hidup dan bertindak seenaknya
sendiri, tidak memperhatikan dan melaksanakan aneka macam nasihat baik dari
nenek moyang. Kata-kata atau ayat-ayat dalam Kitab Suci boleh dikatakan sebagai
ajaran, nasihat, petuah atau perintah ‘nenek moyang’ kepada kita semua. Jika
cara hidup dan cara bertindak amburadul dan tidak teratur ada kemungkinan kita
kurang atau menghayati sabda-sabda Tuhan atau janji-janji yang pernah kita
ikrarkan. Marilah kita buka, baca dan renungkan teks janji yang pernah kita
ikrarkan guna memperbaiki cara hidup dan cara bertindak kita yang amburadul.
Jika perlu baiklah kita menyepi sejenak, entah satu jam, satu atau dua hari,
untuk mawas diri perihal cara hidup dan cara bertindak kita, apakah sudah
sesuai dengan janji-janji yang pernah kita ikrarkan; dalam menyepi ini dapat
sendiri atau berdua atau bertiga, jika suami-isteri hendaknya berdua bersama
dengan pasangan hidupnya. Moga-moga rumus janji-janji tidak menjadi ‘kuburan
mati’, melainkan hidup dan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita.



Di tepi
sungai-sungai Babel, di sanalah
kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada pohon-pohon
gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah
orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan
orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah
bagi kami nyanyian dari Sion!" Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian
TUHAN di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah
menjadi kering tangan kananku!”


(Mzm 137:1-5)

Jakarta, 30 September 2009

Tidak ada komentar: