Kamis, September 24, 2009

"IbuKu dan saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya”

(Ezr 6:7-8.12b.14- 20; Luk 8:19-21)



Ibu dan saudara-saudara Yesus datang
kepada-Nya, tetapi mereka tidak dapat mencapai Dia karena orang banyak.Orang
memberitahukan kepada-Nya: "Ibu-Mu dan saudara-saudara- Mu ada di luar dan
ingin bertemu dengan Engkau." Tetapi Ia menjawab
mereka: "Ibu-Ku dan saudara-saudara- Ku ialah mereka, yang mendengarkan

firman Allah dan melakukannya.”

(Luk 8:19-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 




Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· “KKN” = Kolusi, Korupsi dan Nepostime, itulah ungkapan
atau kata-kata yang cukup mewarnai dalam aneka pembicaraan. Hemat saya kolusi
dan nepotisme tidak apa-apa alias baik-baik saja asal tidak korupsi. Kata
bahasa Latin ‘corruptio’ (1) secara aktif berarti hal merusak, hal membuat busuk, pembusukan,
penyuapan, (2) secara pasif berarti keadaan
dapat binasa, kebinasaan, kerusakan, kebusukan, kefanaan, korupsi, kemerosotan.
Sedangkan kata bahasa Latin ‘corruptor’
berarti perusak, pembusuk, penggoda,
pemerdaya, penyuap. Dari pengartian kata ‘corruptio’ di atas kiranya
dapat dipahami arti korupsi,yaitu kemerosotan
moral dengan merusak yang lain demi keuntungan diri sendiri. Dari sudut
pandang hukum, perbuatan korupsi mencakup unsur-unsur: melanggar hukum yang
berlaku, penyalahgunaan wewenang.merugikan Negara, memperkaya pribadi/diri
sendiri. "Ibu-Ku dan
saudara-saudara- Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan
melakukannya”, demikian tanggapan
Yesus atas informasi bahwa Ia dicari oleh saudara-saudari dan ibuNya.
Kunggulan hidup beriman atau beragama terletak dalam ‘mendengarkan firman Allah dan melakukannya’, alias dalam
pelaksanaan atau penghayatan aneka macam saran, ajaran nasihat, petuah, aturan
dan tuntunan hidup. Hidup dan bertindak jujur alias tidak korupsi hemat saya
merupakan hal yang mendesak untuk dihayati dan disebarluaskan dalam hidup dan
bekerja bersama pada masa kini, mengingat dan memperhatikan korupsi dalam
berbagai bentuk masih marak di sana-sini. Saya sangat prihatin mendengar dan
memperhatikan bahwa departemen yang terkait dengan pembinaan iman dan
kepribadian manusia di Indonesia, yaitu Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan masih sarat dengan korupsi di berbagai tingkatan pelayanan. Dalam
Pendidikan misalnya masalah penyaluran BOS, Bantuan Operasional Sekolah, bagi
mereka yang miskin dan berkekurangan dipotong alias dikorupsi dengan alasan
beaya administrasi, dalam Agama kiranya entah di kalangan agama manapun juga
masih sarat dengan korupsi. Di paroki-paroki, lingkungan Gereja Katolik, juga
masih terjadi korupsi yang dilakukan oleh seksi-seksi tertentu. Marilah kita
berantas aneka macam bentuk korupsi dalam hidup dan kerja kita dimanapun dan
kapanpun.

· “Karena para
imam dan orang-orang Lewi bersama-sama mentahirkan diri, sehingga tahirlah
mereka sekalian. Demikianlah mereka menyembelih anak domba Paskah bagi semua
orang yang pulang dari pembuangan, dan bagi saudara-saudara mereka, yakni para
imam, dan bagi dirinya sendiri” (Ezr 6:20).
Para imam dan orang-orang Lewi untuk masa kini adalah para
imam/pastor dan bruder serta suster. Mereka telah mentahirkan atau menyucikan
diri, paling tidak secara liturgis, maka kami harapkan para imam/pastor, bruder
dan suster (juga para pendeta, kyai, biksu, dst...)dapat menjadi teladan
kesucian, orang-orang yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah melalui
cara hidup dan cara bertindak sehari-hari. Hari ini kita masih dalam suasana
perayaan Idul Fitri, dimana para anggota keluarga dan kenalan saling
bersalam-salaman, bersilaturahmi, saling memaafkan. Saudara-saudari kita, umat
Islam khususnya, kiranya menyadari dan menghayati diri sebagai yang telah
disucikan setelah selama sebulan berpuasa, berusaha mengendalikan diri
sedemikian rupa sehingga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau
firman Allah. Bukankah peristiwa ini merupakan situasi yang kondusif dan bagus
bagi kita semua untuk saling memperteguh dan memperkuat penghayatan iman kita
masing-masing. Semoga apa yang terjadi dan dialami pada hari-hari ini dalam
rangka merayakan Idul Fitri dapat terus terjadi dan dihayati dalam hidup
sehari-hari, bukan dalam hal makan dan minum tetapi dalam hidup yang dijiwai
oleh persaudaraan atau persahabatan sejati. ‘Hari Kemenangan atas setan atau
kejahatan’ yang dirayakan hendaknya terus terjadi dalam hari-hari berikutnya.
Marilah kita perangi bersama setan dan kejahatan yang masih terjadi dan
menggema di sana-sini.



Aku bersukacita, ketika dikatakan orang
kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami
berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan
sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni
suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi
Israel.Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik
keluarga raja Daud
” (Mzm 122:1-5)

Jakarta, 22 September 2009

Tidak ada komentar: