Selasa, September 08, 2009

"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."

(Kol 1:9-14; Luk 5:1-11)

 

“Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai

danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman

Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan

sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu

Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan

mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata

kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu

untuk menangkap ikan."Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam

kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau

menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka

melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai

koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain

supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka

bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.

Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan

berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."

Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena

banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes,

anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon:

"Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan

sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan

segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.”

(Luk 5:1-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

 

 

Berrefleksi

atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Gregorius Agung, Paus dan

Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai

berikut:

 

·   Paus juga menjadi uskup di Vatikan dan pimpinan

kolegialitas para uskup seluruh dunia; sedangkan para uskup kiranya merupakan

kelanjutan fungsi para rasul. Kutipan Warta Gembira hari ini kurang lebih

menceriterakan perintah Yesus kepada para rasul untuk

“Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap

ikan.". Perintah Yesus kepada para rasul ini untuk masa kini merupakan

panggilan bagi kita semua secara umum dan khususnya para gembala atau pimpinan

Gereja untuk lebih giat, kerja keras, lebih mendalam dalam usaha atau pelayanan

menyelamatkan jiwa manusia. Segala bentuk karya atau pelayanan pastoral

Gerejani hendaknya lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia daripada harta

benda atau uang atau bangunan dan sarana-prasarana. Keselamatan jiwa manusia

hendaknya menjadi barometer atau ukuran keberhasilan karya pelayanan pastoral

apapun; semakin banyak jiwa manusia itulah yang hendaknya diusahakan dengan

kerja keras tanpa kenal lelah. Semakin banyak orang semakin beriman atau

mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui hidup

sehari-hari, itulah yang harus kita usahakan bersama dalam berbagai pelayanan

dan sepak terjang kita. Memang untuk itu kita kemungkinan harus menghadapi

aneka tantangan dan hambatan, mengingat dan memperhatikan sikap mental

materialistis masih menjiwai banyak orang, namun “Jangan takut”, demikian pesan Yesus.

 

·   “Kami meminta,

supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui

kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta

berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala

pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang

Allah,dan dikuatkan dengan segala kekuatan oleh kuasa kemuliaan-Nya untuk

menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar”(Kol 1:9-11), demikian

sapaan Paulus kepada umat di Kolose. Kehendak Tuhan adalah keselamatan jiwa

seluruh umat manusia dan hidup saling mengasihi satu sama lain. Kita dipanggil

untuk dengan tekun dan sabar dalam mengusahakan keselamatan jiwa dan hidup

saling mengasihi. “Tekun adalah sikap dan

perilaku  yang menunjukkan kesungguhan

yang penuh  daya tahan dan terus-menerus

serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu”, sedangkan “Sabar adalah sikap dan perilaku yang

menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan

seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah” (Prof

Dr.Edi Sedyawati/edit:  Pedoman

Penanaman  Budi Pekerti Luhur, Balai

Pustaka – Jakarta 1997). Marilah kita hadapi aneka macam tantangan,

masalah, hambatan, dst.. yang muncul dari usaha menyelamatkan jiwa dan saling

mengasihi dengan tekun dan sabar. Ketekunan dan kesabaran akan menghasilkan

keutamaan-keutamaan lainnya, misalnya rendah hati, yang sungguh dibutuhkan

dalam kehidupan beriman atau beragama masa kini.

 

 

 

“TUHAN telah memperkenalkan keselamatan

yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata

bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala

ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.

Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah,

bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi,

dengan kecapi dan lagu yang nyaring,dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring

bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!”(Mzm 98:2-6)

 

Jakarta, 3 September 2009

Tidak ada komentar: