Kamis, September 24, 2009

“Ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.”

(Hag 1:1-8; Luk 9:7-9)



Herodes, raja wilayah, mendengar segala
yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan,
bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan,
bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang
dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: "Yohanes
telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan

hal-hal demikian?" Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus

(Luk 9:7-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· Seorang pemimpin di tingkat manapun dan di bidang
apapun yang gila akan kuasa, hormat duniawi dan harta benda atau uang pada umum
cemas ketika mendengar ada pesaing baru atau orang-orang baru yang berpengaruh
dalam kehidupan bersama muncul. Ia berusaha mencari tahu siapa gerangan orang
tersebut, jangan-jangan ia akan menggeser kedudukan atau jabatannya. Itulah kiranya yang dirasakan
oleh Herodes, yang kemudian ‘berusaha
supaya dapat bertemu dengan Yesus’. Keinginan untuk bertemu dengan Yesus
bukan karena tertarik untuk mengikutiNya, melainkan lebih muncul dari
kecemasannya jangan-jangan Yesus menggeser kedudukan dan pengaruhnya pada
rakyat. Pemimpin yang tidak berpihak pada rakyat yang dipimpinnya alias hanya
mencari keuntungan diri sendiri memang mudah cemas dan gelisah ketika muncul
ide-ide, gagasan-gagasan atau gerakan-gerakan pembaharuan yang muncul
dikalangan rakyatnya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kepada
siapapun yang merasa menjadi atau berfungsi sebagai pemimpin untuk senantiasa
berpihak pada dan bersama dengan yang dipimpin. Untuk itu hendaknya pemimpin
senantiasa berusaha untuk bertemu secara pribadi dengan yang dipimpin, entah
secara formal atau informal, dengan mendatangi atau menyapa mereka. Hendaknya
meluangkan waktu dan tenaga sesaat untuk mendatangi atau mengunjungi mereka
yang dipimpin atau menjadi bawahan atau pembantunya. Beri salam singkat,
seperti selamat pagi, selamat siang dst.. , dan sekali waktu hendaknya
bercakap-cakap atau curhat dengan mereka yang dipimpin. Jika pemimpin sering
‘turba’ alias menyapa dan curhat dengan yang dipimpin kiranya tidak perlu ada
kecemasan sedikitpun. Hayatilah kepemimpinan partisipatif dengan melibatkan
mereka yang dipimpin, mendengarkan harapan, keluh kesah, dambaan mereka dst..

· "Apakah
sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan
baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan?”(Hag 1:4), demikian
peringatan Tuhan melalui nabi Hagai kepada umatNya. Yang dimaksud dengan “Rumah” adalah bait Allah dan bagi kita
sekarang adalah tempat ibadat, entah kapel/gereja, masjid/langgar/ surau atau
tempat-tempat suci dan peziarahan. Kita diingatkan hendaknya memperhatikan
kenyamanan, keindahan, kebersiahan tempat ibadat sehingga menarik dan memikat
umat untuk datang dan berdoa di dalamnya. Maka marilah kita perhatikan tempat
ibadat kita bersama serta aneka macam sarana-prasarana pendukung ibadat, apakah
layak disebut sebagai ‘rumah Tuhan’. Memang bentuk bangunan tempat ibadat
hendaknya juga akrab dengan lingkungan sekitarnya: keindahan dan kebersihan
yang penting dan untuk itu berarti perlu perawatan yang memadai. Pada umumnya
tempat-tempat ibadat ketika baru selesai dibangun nampak bagus, menarik dan
memikat. Tempat ibadat akan tetap menarik dan memikat jika sungguh dirawat.
Maka dengan ini kami mengharapkan agar tempat-tempat ibadat dirawat sedemikian
rupa sehingga menarik dan memikat orang untuk dataing, dan ‘berusaha untuk bertemu dengan Tuhan’ dalam dan melalui ibadat bersama atau doa-doa pribadi.
Anak-anak hendaknya dibiasakan sedini mungkin perihal arti dan makna tempat
ibadat, sehingga pada suatu saat mereka
juga terlibat untuk merawat maupun beribadat dengan khidmat. Kepada rekan-rekan
yang tahu perihal seluk-beluk ibadat dan tempat ibadat, antara lain para imam
atau pastor kami harapkan untuk membina umat juga perihal cara beribadat maupun
tempat ibadat, tempat-tempat suci yang dipersembahkan kepada Tuhan. Kepada
semuanya kami harapkan hendaknya ketika memasuki tempat ibadat penuh hormat dan
keheningan, begitu pula selama di dalam tempat ibadat; hendaknya jangan omong-omong
atau rekreasi di tempat ibadat, tempat suci yang telah dipersembahkan kepada
Tuhan.



Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN
nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel
bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja
mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka
bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada
umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan. Biarlah
orang-orang saleh beria-ria dalam kemuliaan, biarlah mereka bersorak-sorai di

atas tempat tidur mereka!”

(Mzm 149:1-5)


Jakarta, 24 September 2009

Tidak ada komentar: