(Kol 1:15-20; Luk 5:33-39)
kepada Yesus: "Murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang,
demikian juga murid-murid orang Farisi, tetapi murid-murid- Mu makan dan
minum." Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai
laki-laki disuruh berpuasa, sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan
datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah
mereka akan berpuasa." Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka:
"Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk
menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga akan koyak
dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang dikoyakkan dari yang
baru itu. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam
kantong kulit yang tua, karena jika demikian, anggur yang baru itu akan
mengoyakkan kantong itu dan anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun
hancur. Tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula.
Dan tidak seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru,
sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik.”
(Luk 5:33-39), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:
· Hari-hari ini kita masih dalam suasana puasa yang
dijalani oleh saudara-saudari kita, umat Islam, maka kutipan Warta Gembira hari
ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Salah satu tujuan
berpuasa adalah mengendalikan dan mengatur keinginan yang tak teratur
sedemikian rupa, sehingga kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan
di dalam hidup sehari-hari. Buah berpuasa adalah pembaharuan cara hidup dan
cara bertindak, hidup baru dengan menghayati kehendak Tuhan dalam hidup
sehari-hari. Maka Yesus bersabda: “Anggur
yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula”. Selama menjalani
puasa antara lain orang mengadakan pendalaman hidup beragama atau beriman,
dan selama itu juga kiranya ditemukan
aneka ajaran, nasihat, petuah, tuntunan baru. Maka baiklah apa yang ditemukan
tersebut tidak hanya disimpan dalam hati, tetapi hendaknya menjadi nyata dalam
perilaku atau tindakan. Cara hidup dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan hendaknya ditinggalkan dan kemudian memeluk dan menghayati cara
hidup dan cara bertindak baru, yang dijiwai keutamaan-keutamaan seperti “kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.”(Gal
5:22-23). Rasanya yang cukup mendesak untuk dihayati adalah ‘penguasaan diri’,
mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak dapat menguasai atau
mengatur diri sendiri. Jika kita mampu menguasai diri sendiri, maka sikap
terhadap orang lain berarti melayani dan mengasihi, sedangkan jika kita tidak
mampu menguasai diri sendiri, maka sikap terhadap orang lain berarti menindas
dan melecehkan.
· “Ialah kepala
tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang
mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh
kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan
segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga,
sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.”(Kol 1:18-20).
Kita adalah anggota tubuh atau jemaat/umat Allah, paguyuban umat beriman.
Masing-masing dari kita telah diperdamaikan dengan Allah ‘oleh darah salib Kristus’, maka kita semua dipanggil untuk hidup
berdamai dengan siapapun dan apapun, dengan sesama manusia, binatang, tanaman
dan lingkungan hidup. Maka hendaknya jangan menyakiti mereka, melainkan
kasihilah mereka. Semua ciptaan di dunia ini diciptakan oleh Allah dalam dan
oleh kasih, maka dapat tumbuh berkembang juga hanya dalam dan oleh kasih.
Mungkin di antara kita sering takut mendekati orang atau binatang tertentu,
karena nampak menakutkan atau ganas, padahal mereka itu jika didekati dan
disikapi dalam dan oleh kasih pasti akan menjadi sahabat. Ingat dan perhatikan
para pawang binatang buas yang dapat bercanda dan berkasih-kasihan dengan
binatang-binatang buas seperti singa, ular, dst.. Binatang saja didekati dan
disikapi dalam dan oleh kasih dapat menjadi sahabat dan teman bercanda, apalagi
manusia, ciptaan termulia dan terluhur, yang diciptakan sesuai dengan citra
atau gambar Allah.. Dekati, sikapi dan
perlakukan saudara-saudari kita dalam dan oleh kasih, karena masing-masing dari
kita juga ‘yang terkasih’ atau ‘buah kasih’.
“Yang terkasih bertemu dengan yang terkasih” secara otomatis akan saling
mengasihi, itulah panggilan dan tugas pengutusan kita semua, umat beriman, umat
Allah.
“Beribadahlah kepada TUHAN dengan
sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa
TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan
kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian
syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan
pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya,
dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun”
(Mzm 100:2-5).
Jakarta, 4 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar