“Seorang Farisi mengundang Yesus untuk
datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk
makan. Di kota itu ada
seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu
mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia
membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi
berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan
air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan
meminyakinya dengan minyak wangi itu. Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus
melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi,
tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu
Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."……Lalu Ia berkata
kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni." Dan mereka, yang duduk
makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini,
sehingga Ia dapat mengampuni dosa?" Tetapi Yesus berkata kepada perempuan
itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"
(Luk 7:36-39.48-50) , demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Robertus Bellarmino, imam dan
pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:
· “Roberto
dilahirkan di Italia pada tahun 1542. Ketika masih kanak-kanak, ia tidak
tertarik untuk bermain. Ia lebih suka menghabiskan waktunya mengulangi
khotbah-khotbah yang ia dengar kepada adik-adiknya. Ia juga suka menjelaskan
pelajaran-pelajaran katekese kepada anak-anak petani di lingkungan sekitarnya” (dari:
www.yesaya.indocell .net).
Pengalaman masa kanak-kanak Roberto inilah yang menjadi dasar kuat, yang
kemudian berkembang dalam diri imam Roberto Bellarmino menjadi pujangga Gereja,
pengkotbah ulung dan kotbah-kotbahnya senantiasa menarik dan memikat para
pendengarnya, sehingga mereka bertobat dan semakin beriman. Apa yang dilakukan
oleh Roberto nampaknya sesuai dengan Formula
Institusi SJ, yang antara lain dikatakan bagi para penngikut St.Ignatius
Loyola hendaknya “mengajar agama
kristiani kepada anak-anak dan orang-orang sederhana” (Formula Institusi SJ
no 1): ia telah melakukan ajakan Ignatius Loyola ketika masih kanak-kanak,
sebelum menjadi anggota Serikat Yesus. Maka dengan ini kami mengingatkan dan
mengajak anak-anak, dan tentu saja dengan dukungan dan bantuan orangtua, untuk
meneladan Roberto: hendaknya berpartisipasi dalam ibadat atau Perayaan Ekaristi
hari Minggu dan sungguh mendengarkan kotbah yang disampaikan dalam ibadat
tersebut. Apa yang telah didengarkan kemudian diceriterakan kembali kepada
adik-adiknya atau teman-teman, entah di sekolah atau masyarakat. Para orangtua atau bapak-ibu kami harapkan sungguh
mendorong dan mendampingi anak-anak dengan berpegang teguh pada sabda Yesus :”Imanmu telah menyelamatkan engkau”.
· “Jangan seorang
pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi
orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu,
dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.. Sementara itu, sampai aku datang
bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar”(1Tim
4:12-13). “Bertekunlah
dalam membaca Kitab-kitab Suci”, nasehat inilah kiranya yang baik kita
renungkan dan hayati atau laksanakan. Kebetulan kita juga masih berada di bulan
Kitab Suci, maka marilah kita bertekun membaca Kitab Suci, tulisan yang ditulis
atas ihlam Allah yang berguna untuk mendidik dan membimbing kita agar kita
semakin beriman. Baiklah jika di dalam keluarga kegiatan pembacaan Kitab Suci
ini dapat diselenggarakan setiap hari dan bersama-sama. Bacakan perikop sesuai
dengan Kalendarium Liturgi, yang juga saya kutipkan setiap hari: satu orang
membacakan dan yang lain mendengarkan. Dengan rendah hati saya juga tidak
berkeberatan jika tulisan-tulisan sederhana yang saya buat setiap hari
dibacakan di dalam keluarga. Kitab Suci pertama-tama dan terutama untuk
dibacakan dan didengarkan, bukan untuk dipelajari, apalagi menjadi bahan
polemik.. Iman antara lain tumbuh dan berkembang karena pendengaran, maka bagi
yang mendengarkan kami harapkan sungguh mendengarkan, dan kemudian
meresapkannya ke dalam hati sanubari. Kita juga dipanggil untuk menjadi teladan
dalam hal tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian. Semoga pembacaan kitab
suci dapat membantu menghayati dan memperteguh tugas panggilan ini. Kepada para
katekis atau guru agama kami berharap memberi perhatian yang memadai pada
anak-anak dalam hal pembacaan kitab suci ini.
“Perbuatan
tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh,kokoh untuk
seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran. Dikirim-Nya
kebebasan kepada umat-Nya, diperintahkan- Nya supaya perjanjian-Nya itu untuk
selama-lamanya; nama-Nya kudus dan dahsyat. Permulaan hikmat adalah takut akan
TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian
kepada-Nya tetap untuk selamanya.”(Mzm 111:7-10)
Jakarta, 17 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar