(Rm 8:28-30; Mat 1:18-23)
“Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti
berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia
mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena
Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi
ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam
mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil
Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh
Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus,
karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu
terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya,
anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka
akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita”
(Mat 1:18-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Kelahiran SP Maria hari ini,
saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Pesta ulang tahun pada umumnya dirayakan secara
meriah, dimana saudara-saudari, sanak-kerabat, kenalan dst.. ada kemungkinan
berpartiipasi dalam kegembiraan. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini
dikisahkan sesuatu yang sungguh menggembirakan, yaitu : Yusuf, seorang yang
tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya/Maria di muka umum dan
Maria yang mengandung dari Roh Kudus, yang juga berarti Maria penuh dengan Roh
Kudus. Saya kira dalam pesta ulang tahun seseorang juga tidak ada orang yang
mencemarkan nama baik rekan-rekannya, tetapi dengan tulus hati semuanya bercuhat
satu sama lain, yang membuat suasana pesta semakin meriah, memikat dan
memuaskan. Anak yang baru saja dilahirkan pada umumnya juga bersih, suci,
menarik dan memikat serta mempesona. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan
kelahiran SP Maria, teladan umat beriman,
hari ini, marilah kita wujudkan iman kita dengan tulus hati serta tidak saling
mencemarkan nama baik kita masing-masing, sebagai tanda bahwa Roh Kudus
menjiwai hidup kita atau “Allah menyertai
kita”. Marilah kita hidup dan bertindak sedemikian rupa, sehingga cara
hidup dan cara bertindak kita senantiasa menarik, memikat dan mempesona orang
lain, dan orang lainpun juga tergerak untuk hidup dengan tulus hati serta tidak
mencemarkan nama baik orang lain di muka umum. Orang tertarik, terpikat dan
terpesona pada kita bukan karena kecantikan atau ketampanan, pangkat atau
kedudukan, melainkan karena cara hidup dan cara bertindak kita yang baik,
berbudi pekerti luhur dan tidak pernah menyakiti hati orang lain.
· “Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28).
Allah bekerja terus menerus dalam
seluruh ciptaanNya, dalam segala sesuatu, dan itu semua demi kebaikan dan
keselamatan seluruh ciptaan. Bagi kita manusia diingkatkan bahwa kita dipanggil
untuk “mengasihi Dia” agar berbagai
kebaikan boleh kita nikmati. Mengasihi Tuhan berarti juga harus mengasihi
ciptaan-ciptaanNya, antara lain manusia, binatang dan tanaman atau
tumbuh-tumbuhan: mengasihi Tuhan dan ciptaanNya tak dapat dipisahkan dan hanya
dapat dibedakan. Maka marilah kita kasihi saudara-saudari kita, entah anggota
keluarga, rekan kerja di kantor atau rekan belajar di sekolah maupun sesama
warga masyarakat dimana kita tinggal, dst.. Allah juga bekerja dalam diri kita
masing-masing, yang nampak dalam aneka perbuatan baik atau penghayatan aneka
keutamaan dan nilai-nilai kehidupan, seperti : “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (Gal 5:22-23). Keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan
ini merupakan anugerah Allah atau karya Allah dalam diri manusia. Jika kita
mengasihi Allah berarti tidak menyia-nyiakan anugerah-anugerah ini, dan dengan
demikian kita menghayati keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai tersebut di dalam hidup kita
sehari-hari. Kita juga dipanggil untuk mengasihi aneka macam binatang dan
tanaman , yaitu dengan merawatnya sebaik mungkin serta mengusahakan dan
melestarikan lingkungan hidup yang nyaman. Hendaknya juga tidak serakah
mengerok atau mengambil kekayaan alam, seperti penggundulan hutan atau
pembetonan lahan-lahan/ tanah, sehingga menimbulkan banjir dan malapetaka.
Merusak lingkungan hidup berarti membunuh diri dan masa depan.
“Tetapi aku,
kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena
penyelamatan- Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik
kepadaku.”
(Mzm 13:6)
Jakarta, 8 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar