Selasa, September 08, 2009

"Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?"

(Kol 1:21-23; Luk 6:1-5)

  

“Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus

berjalan di ladang gandum, murid-murid- Nya memetik bulir gandum dan memakannya,

sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi

berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari

Sabat?" Lalu Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang

dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia

masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan

memberikannya kepada pengikut-pengikutny a, padahal roti itu tidak boleh dimakan

kecuali oleh imam-imam?" Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia

adalah Tuhan atas hari Sabat.."

(Luk 6:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

 

 

 

Berrefleksi

atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai

berikut:

 

·   Semakin banyak aturan yang dipampang di muka umum

berarti masyarakat yang bersangkutan belum dewasa kepribadiannya, apalagi dalam

pelaksanaan aturan tersebut masih disertai dengan teriakan keras via pengeras

suara. Orang-orang Farisi menegor Yesus dan para murid ketika mereka ‘berjalan di lading gandum, memetik bulir

gandumg dan memakannya’ pada hari Sabat ,

karena pada hari Sabat orang tidak boleh bekerja atau berjalan jauh.

Menanggapi tegoran tersebut Yesus menjawab: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”. Aneka aturan dan

tatanan hidup dibuat dan diundangkan berdasarkan kasih, dijawai oleh kasih, maka

yang utama dan pertama-tama atau kasih bukan aturan atau tatanan. Perhatikan

atau refleksikan bahwa suami-isteri yang saling mengasihi dan sedang memadu

kasih berdua, kiranya bebas dari aturan: mereka berdua saling telanjang tidak

ada malu atau kekhawatiran sedikitpun. Memang dalam hidup bersama kita tidak

akan terlepas dari aneka tatanan dan aturan, maka hendaknya menyikapi dan

melaksanakan aturan atau tatanan apapun dalam dan oleh kasih, dengan demikian

enak adanya. Apa itu kasih? “Kasih itu

sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan

tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan

diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia

tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi

segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar

menanggung segala sesuatu” (1Kor 13;4-7).

 

·   “Kamu harus

bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser

dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di

seluruh alam di bawah langit,” (Kol 1:23).

Pengharapan Injil atau Warta Gembira adalah keselamatan jiwa, damai sejahera di

bumi dan di sorga. Maka bertekun dalam iman berarti bertekun dalam

mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam hidup sehari-hari saat ini

sampai mati. Persembahan diri seutuhnya kepada Tuhan antara lain dapat kita

hayati secara konkret dengan mempersembahkan diri pada panggilan dan tugas

pengutusan kita masing-masing. Para suami dan isteri hendaknya saling mempersembahkan

diri satu sama lain seutuhnya, artinya tidak menyeleweng atau berselingkuh dengan

orang lain, sehingga mahir dalam saling mengasihi;  para pelajar atau mahasiswa hendaknya sungguh

belajar sehingga semakin mahir belajar; para pekerja hendaknya sungguh bekerja

sehingga semakin terampil dalam bekerja, dst.. Kita semua hendaknya ‘tetap teguh dan tidak tergoncang’ dalam

menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan, jika kita mendambakan

keselamatan jiwa kita, hidup damai sejahtera di bumi dan di sorga untuk

selamanya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: jika ada

di antara saudara-saudari kita atau kenalan kita tidak teguh dan tergoncang

dalam penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas pengutusan, hendaknya

ditegor dan ditolong dalam kasih dan rendah hati. Membiarkan suadara-saudari

atau kenalan kita menyeleweng atau berselingkuh berarti kita menyetujui atau

mendukungnya, dan dengan demikian kita turut bersalah. Ingat dan renungkan

kutipan ini:  “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! --

dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk

memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup,

orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut

pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.”(Yeh 3:18).

 

 

 

Ya Allah, selamatkanlah aku karena

nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan- Mu! Ya Allah,

dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku! Sesungguhnya, Allah

adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Dengan rela hati aku akan

mempersembahkan korban kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya TUHAN”(Mzm 54:3-4.6.8).

 

 

 

Jakarta , 5 September 2009

Tidak ada komentar: