(Kol 1:21-23; Luk 6:1-5)
“Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus
berjalan di ladang gandum, murid-murid- Nya memetik bulir gandum dan memakannya,
sementara mereka menggisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi
berkata: "Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari
Sabat?" Lalu Yesus menjawab mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang
dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia
masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan
memberikannya kepada pengikut-pengikutny a, padahal roti itu tidak boleh dimakan
kecuali oleh imam-imam?" Kata Yesus lagi kepada mereka: "Anak Manusia
adalah Tuhan atas hari Sabat.."
(Luk 6:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:
· Semakin banyak aturan yang dipampang di muka umum
berarti masyarakat yang bersangkutan belum dewasa kepribadiannya, apalagi dalam
pelaksanaan aturan tersebut masih disertai dengan teriakan keras via pengeras
suara. Orang-orang Farisi menegor Yesus dan para murid ketika mereka ‘berjalan di lading gandum, memetik bulir
gandumg dan memakannya’ pada hari Sabat ,
karena pada hari Sabat orang tidak boleh bekerja atau berjalan jauh.
Menanggapi tegoran tersebut Yesus menjawab: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”. Aneka aturan dan
tatanan hidup dibuat dan diundangkan berdasarkan kasih, dijawai oleh kasih, maka
yang utama dan pertama-tama atau kasih bukan aturan atau tatanan. Perhatikan
atau refleksikan bahwa suami-isteri yang saling mengasihi dan sedang memadu
kasih berdua, kiranya bebas dari aturan: mereka berdua saling telanjang tidak
ada malu atau kekhawatiran sedikitpun. Memang dalam hidup bersama kita tidak
akan terlepas dari aneka tatanan dan aturan, maka hendaknya menyikapi dan
melaksanakan aturan atau tatanan apapun dalam dan oleh kasih, dengan demikian
enak adanya. Apa itu kasih? “Kasih itu
sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan
tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan
diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia
tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi
segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu” (1Kor 13;4-7).
· “Kamu harus
bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser
dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di
seluruh alam di bawah langit,” (Kol 1:23).
Pengharapan Injil atau Warta Gembira adalah keselamatan jiwa, damai sejahera di
bumi dan di sorga. Maka bertekun dalam iman berarti bertekun dalam
mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam hidup sehari-hari saat ini
sampai mati. Persembahan diri seutuhnya kepada Tuhan antara lain dapat kita
hayati secara konkret dengan mempersembahkan diri pada panggilan dan tugas
pengutusan kita masing-masing. Para suami dan isteri hendaknya saling mempersembahkan
diri satu sama lain seutuhnya, artinya tidak menyeleweng atau berselingkuh dengan
orang lain, sehingga mahir dalam saling mengasihi; para pelajar atau mahasiswa hendaknya sungguh
belajar sehingga semakin mahir belajar; para pekerja hendaknya sungguh bekerja
sehingga semakin terampil dalam bekerja, dst.. Kita semua hendaknya ‘tetap teguh dan tidak tergoncang’ dalam
menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan, jika kita mendambakan
keselamatan jiwa kita, hidup damai sejahtera di bumi dan di sorga untuk
selamanya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: jika ada
di antara saudara-saudari kita atau kenalan kita tidak teguh dan tergoncang
dalam penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas pengutusan, hendaknya
ditegor dan ditolong dalam kasih dan rendah hati. Membiarkan suadara-saudari
atau kenalan kita menyeleweng atau berselingkuh berarti kita menyetujui atau
mendukungnya, dan dengan demikian kita turut bersalah. Ingat dan renungkan
kutipan ini: “Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Engkau pasti dihukum mati! --
dan engkau tidak memperingatkan dia atau tidak berkata apa-apa untuk
memperingatkan orang jahat itu dari hidupnya yang jahat, supaya ia tetap hidup,
orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut
pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu.”(Yeh 3:18).
“Ya Allah, selamatkanlah aku karena
nama-Mu, berilah keadilan kepadaku karena keperkasaan- Mu! Ya Allah,
dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku! Sesungguhnya, Allah
adalah penolongku; Tuhanlah yang menopang aku. Dengan rela hati aku akan
mempersembahkan korban kepada-Mu, bersyukur sebab nama-Mu baik, ya TUHAN”(Mzm 54:3-4.6.8).
Jakarta , 5 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar