Selasa, Maret 24, 2009

Drop Box SPT

Salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak adalah jemput bola penerimaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun 2008 melalui sarana drop box SPT. Kebijakan ini dilakukan sebagai antisipasi terhadap kebutuhan wajib pajak untuk mendapatkan pelayanan pelaporan SPT Tahunan 2008 yang lebih cepat, profesional dan tidak terlalu lama. 

KPP Madya Malang selaku salah satu unit Kantor Pelayanan Pajak berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak diantaranya dengan melaksanakan kebijakan kantor pusat DJP untuk menyediakan drop box SPT di beberapa tempat keramaian dan petugas penjaganya. Tempat-tempat drop box SPT untuk KPP Madya Malang diantaranya bisa dijumpai di Plaza Araya Komplek Perumahan Araya di jalan Panji Suroso, Pusat Perbelanjaan Mitra II, dan di Bank BCA Jalan Basuki Rahmad Malang.

Sesuai dengan keputusan dan nota dinas Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya Malang maka setiap pegawai mulai dari Kepala Seksi, Account Representative, Fungsional Pemeriksa, sampai pelaksana diberi tugas untuk melayani wajib pajak di masing-masing drop box. Setiap tempat drop box dijaga oleh dua orang yang bertugas dalam dua shift. Shift pertama dari jam 10.00-13.00 dan shift kedua dari jam 13.00-17.00.

Sesuai dengan aturan mengenai penerimaan SPT melalui drop box, setiap petugas hanya akan menerima SPT dari wajib pajak yang sudah dimasukkan dalam amplop tertutup dan ditulisi nama wajib pajak, npwp, SPT tahun berapa, status SPT, dan nomor telp wajib pajak. Kemudian petugas drop box akan memberikan tanda terima SPT kepada wajib pajak. Dan diakhir tugasnya setiap petugas membuat rekap laporan harian jumlah SPT yang diterima dan nomor tanda terima yang sudah terpakai. Itulah garis besar tugas dari petugas penerima SPT di drop box.

Hari ini penulis mendapat tugas menjaga drop box di BCA jalan Basuki Rahmad bersama seorang rekan. Ada beberapa wajib pajak yang memasukkan SPT melalui drop box. Beberapa diantaranya adalah karyawan BCA. Mereka mengalami kesulitan dalam pengisian SPT dan dengan senang hati kami membantu wajib pajak dalam mengisi SPT nya dan menjelaskan beberapa istilah dalam SPT yang tidak dimengerti oleh wajib pajak. Pada umunya wajib pajak mengalami kesulitan mengisi SPT karena mereka takut salah dalam mengisi SPT dan mendapat denda. Padahal sebagai karyawan dan dengan bantuan Formulir 1721 A1 setiap wajib pajak tinggal memindahkan angka-angka dalam form tersebut ke dalam kolom-kolom SPT.

Tepat pukul 17.00 tugas menjaga drop box SPT akhirnya selesai. Hari ini ada 22 wajib pajak yang memasukkan SPT dan semuanya nihil. Buat wajib pajak yang hendak melaporkan SPT dapat kami informasikan bahwa SPT dapat dilaporkan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) terdekat, drop box, pojok pajak atau mobil pajak serta tempat lainnya yang ditentukan tanpa harus ke KPP terdaftar sebagai wajib pajak. Selamat menyampaikan SPT Tahunan 2008 paling lambat 31 Maret 2009. Pajak Bersama Anda Membangun Bangsa.

BCA Basuki Rahmad, Senin 23 Maret 2009.
  


Waduk Karangkates

Lokasi traveling kali ini direkomendasi oleh rekan-rekan kantor penulis. Waduk ini berada di Kabupaten Malang, sekitar 15km dari ibukota Kabupaten yaitu Kota Kepanjen atau sekitar 30 km dari kota Malang. Bila ditempuh dengan kendaraan bermotor dari kota Malang memakan waktu perjalanan sekitar 2 jam.

Perjalanan ke Waduk Karangkates kami mulai sekitar pukul 08.00 pagi dengan naik kendaraan bermotor dari Kota Malang. Setelah melewati Pasar Gadang kira kira 500m terdapat pertigaan kalo lurus menuju ke arah Dampit dan kalo belok ke kiri ke arah Kepanjen. Anda harus mengambil arah kiri yaitu ke arah Kepanjen. Sepanjang perjalanan ke arah Kepanjen jalannya lurus agak sepi dan dipenuhi perkebunan tebu disamping kanan kiri jalan. Setelah memasuki kota Kepanjen maka perjalanan menuju kota Blitar. Nah di perbatasan Kabupaten malang dan Kabupaten Blitar inilah terdapat Waduk Karangkates.

Sekitar pukul 10.00 kami memasuki gerbang Waduk Karangkates di sebelah kiri jalan. Di pintu masuk terpampang nama tempat wisata ini yaitu Tempat Wisata Waduk Dr. Sutami Karangkates. Setelah membeli tiket seharga Rp. 4.000,- rupiah per kepala kami memasuki areal wisata. Waduh ternyata harapan dan impianku untuk melihat Waduk Karangkates seperti halnya Waduk Selo tidak terpenuhi. 

Memang terdapat areal bermain untuk anak tetapi beberapa besinya sudah karatan. beberapa hewan yang dipelihara seperti rusa dan monyet keadaanya cukup memprihatinkan. Bahkan anakku sampai kasihan melihat monyetnya karena disamping kandangnya yang cukup kecil monyet itu kepanasan karena tidak ada pohon pelindung yang cukup teduh.

Kamipun berjalan ke dekat waduk dengan harapan ada perahu yang bisa disewa untuk keliling danau. Ternyata yang ada hanya beberapa pekerja yang sedang membersihkan danau dari ancaman enceng gondok. Satu-satunya harapanku adalah sebuah perahu yang ditambatkan yang kelihatannya bisa disewa. namun betapa kecewanya kami melihat tidak ada seorangpun yang duduk disitu apalagi ada orang yang menawarkan perahu tersebut untuk disewakan. Terpaksa kami hanya duduk-duduk disitu dan menikmati pemandangan serta berfoto-foto ria di tepi danau.

Setelah dirasa cukup kamipun mencoba berkeliling danau ternyata disebelah timur terdapat kolam renang yang baru dalam tahap pembangunan. Yah sambil jalan2 untuk menghabiskan waktu kamipun duduk-duduk sambil makan kacang. Akhirnya dengan kecewa kamipun menyeberangi jalan keluar dari lokasi Waduk Karangkates. 

Ternyata di seberang jalan terdapat satu Waduk lagi yang lumayan bagus karena selain dilengkapi arena bermain, lokasinya juga cukup sejuk. Setelah berkeliling dan melihat lokasi waduk dari atas jembatan kamipun berhenti di tepi jalan masuk. nah disini terdapat 3 gazebo tempat kita bisa duduk duduk melepas lelah dan menikmati makanan yang ada.

Setelah berhasil menguasai salah satu gazebo kamipun memesan beberapa mangkok bakso dan es dawet ayu. Giliran kami menikmati bakso dan es dawet tiba-tiba mangkok dan gelasnya diminta oleh penjual baksonya padahal baru separo yang termakan. Nah lho.... ternyata eh ternyata ada satpam yang naik motor keliling untuk mengusir mereka para pedagang keliling. Terpaksa bakso dan es dawet dihabiskan cepat-cepat dech. Setelah kami bayar tukang bakso dan es dawetnyapun ngeloyor pergi takut dimarahi satpam lokasi wisata. 

Jadilah kami menonton kucing-kucingan tukang bakso dan penjual es dengan satpam. berulang kali penjual bakso dan es datang dengan motornya. Pak satpampun dengan sigapnya berkeliling mengusir mereka. Tetapi begitu satpamnya pergi pedagang kelilingpun datang lagi. Padahal disitu sudah terdapat papan peringatan dilarang berjualan di trotoar. Tetapi ini Indonesia bung! dimana urusan perut dan aturan kadang saling berlawanan dan terjadilah tragedi tom and jerry versi Indonesia. 

Sebenarnya antara pedagang dan pengelola wisata ada simbiosis mutualisma. Pedagang makannanya terjual dan dapat untung. Sementara pengelola juga untung karena banyak yang datang berkunjung dan ramai karena yang kami lihat banyak orang yang berhenti bukan hanay menikmati hawa segar dan pemandangan waduk saja, mereka juga ingin melepas lelah dan mengisi perut yang kososng sehabis perjalanan jauh. Tetapi entah kenapa simbiosis ini tidak berjalanan dengan semestinya padahal kalo mereka bersinergi bisa menguntungkan keduanya.

Setelah cukup beristirahat dan kenyang menikmati bakso sekitar pukul 13. 00 kamipun pulang ke Kota Malang. Buat para backpackers dan travelers Waduk Karangkates kayaknya terlalu “bagus” untuk direkomendasikan karena masih minim fasilitas dan pengelolaannya. Kalo buat pacaran kayaknya cocok he he he... namun aku gak merekomendasikan lho.... See next time untuk tempat wisata lainnya. Salam Bocah Petualang!
  
Riverside, 23 Maret 2009 jam 7.44 PM



Kristus dan Burung Undan

Oleh : Will Hoffsuemmer

Sebuah dongeng lama dari Afrika menceritakan tentang suatu daerah yang dilanda bencana kelaparan. manusia dan binatang kelaparan sampai mati. Setiap orang cemas akan hidupnya dan memikirkan apa yang seharusnya mereka lakukan agar tetap hidup.

Di daerah ini ada seekor burung undan yang tidak menemaskan kelangsungan hidupnya. Ia sebaliknya mencemaskan kelangsungan hidup anak-anaknya yang masih kecil. hari demi hari dia terus terbang mencari makanan bagi anak-anaknya. Tapi kemudian burung undan itu tidak lagi menemukan makanan. Dalam keadaan terdesak itu dia melubangi dadanya sendiri dengan paruhnya sehingga anak-anaknya bisa menghisap darahnya sendiri sebagai makanan demi kelangsungan hidup anak-anaknya.

Ketika bencana kelaparan itu berlalu, anak-anaknya telah menjadi kuat dan mampu terbang untuk mencari hidupnya sendiri. Burung undan itu telah memberikan darah kehidupannya demi kehidupan anak-anaknya.

Begitulah Kristus. Dia mati di salib demi kita umat manusia. Karena bilur-bilur-Nya, kita hidup.
















Lidah yang Bercabang

Seorang Imam terbaring tak berdaya di ambang ajal karena patah semangat. Lidah-lidah yang bercabang telah merusakkan hidup dan karyanya. Seorang perempuan yang adalah salah seorang pelaku utama, datang emmohon pengampunan. “Pater,” katanya, “Saya mohon ampun atas dosa-dosa saya telah mencemarkan anam baik Pater. Apakah yang harus saya lakukan guna memulihkan nama baik Pater?”

Sang Imam menarik bantal dari bawah kepalanya yang elmah dan memberikan bantal tersebut kepada perempuan itu seraya berkata, “Naiklah ke atas menara gereja, bukalah kurung bantal ini dan hamburkanlah semua bulu-bulu angsa isinya.”

Perempuan itu melakukan seperti yang diperintahkan imam tersebut. Angin yang berhembus kencang segera menyerakkan bulu-bulu angsa ke segala penjuru. kemudian ia kembali pada sang Imam. “Sekarang,” kata iamam kepadanya, “pergi dan kumpulkanlah semua bulu-bulu angsa itu dan masukkan kembali ke dalam kurung bantal.” “Tetapi, Pater, itu tidak mungkin,” sanggah si perempuan, “angin telah menyerakkan bulu-bulu angsa ke segenap penjuru kota.”

“Demikian juga, adalah tidak mungkin engkau mendapatkan anama baikku kembali,” kata imam.

Orang spanyol mengatakan, “Siapa yang menceritakan gosip kepadamu, akan juga menggosipkanmu.” Orang Italia mengatakan, “Lidah tak bertulang, namun dapat meremukkan tulang-tulangmu.” Orang Cian mengatakan, “ Tuhan memberi manusia dua telinga dan hanya satu mulut. Mengapakah tidak mendengarkan dua kali lebih banyak daripada berbicara?”

Sumber : www.yesaya.indocell.net



Bersepeda Bersama Yesus

Pada awalnya, aku memandang Tuhan sebagai seorang pengamat; seorang hakim yang mencatat segala kesalahanku, sebagai bahan pertimbangan apakah aku akan dimasukkan ke surga atau dicampakkan ke dalam neraka pada saat aku mati. Dia terasa jauh sekali, seperti seorang raja. Aku tau Dia melalui gambar-gambar-Nya, tetapi aku tidak mengenal-Nya.

Ketika aku bertemu Yesus, pandangaku berubah. Hidupku menjadi bagaikan sebuah arena balap sepeda, tetapi sepedanya adalah sepeda tandem, dan aku tahu bahwa Yesus duduk di belakang, membantu aku mengayuh pedal sepeda.

Aku tidak tahu sejaka kapan Yesus mengajakku bertukar tempat, tetapi sejak itu hidupku jadi berubah. saat aku pegang kendali, aku tahu jalannya. Terasa membosankan, tetapi lebih dapat diprediksi... biasanya, hal itu tak berlangsung lama. Tetapi, saat Yesus pegang kendali, Ia tahu jalan yang panjang dan menyenangkan. Ia membawaku mendaki gunung, juga melewati batu-batu karang yang terjal dengan kecepatan yang menegangkan. Saat-saat seperti itu, aku hanya bisa menggantungkan diriku sepenuhnya pada-Nya! Terkadang rasanya seperti sesuatu yang “gila”, tetapi Ia berkata, “Ayo kayuh terus pedalnya!”

Aku takut, khawatir dan bertanya, “Aku mau dibawa kemana?” Yesus tertawa dan tak menjawab, dan aku mulia belajar percaya. Aku melupakan kehidupan yang membosankan dan memasuki suatu petualangan baru yang mencengangkan. Dan ketika aku berkata, “Aku takut!” Yesus menurunkan kecepatan, mengayuh santai sambil menggemgam tanganku.

Ia membawaku kepada orang-orang yang menyediakan hadiah-hadiah yang aku perlukan... orang-orang itu membantu menyembuhkan aku, mereka menerimaku dan memberiku sukacita. Mereka membekaliku dengan hal-hal yang kau perlukan untuk melanjutkan perjalanan... perjalananku bersama Tuhanku. lalu, kamipun kembali mengayuh sepeda kami.

Kemudian, Yesus berkata, “Berikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang membutuhkannya; jika tidak, hadiah-hadiah itu akan menjadi beban bagi kita.” Maka, akupun melakukannya. Aku membagi-bagikan hadiah-hadiah itu kepada orang-orang yang kami jumpai, sesuai kebutuhan mereka. Aku belajar bahwa ternyata memberi adalah adalah sesuatu yang membahagiakan.

Pada mulanya, aku tidak ingin mempercayakan hidupku sepenuhnya kepada-Nya. Aku takut Ia menjadikan hidupku berantakan; Tetapi Yesus tahu rahasia mengayuh sepeda. Ia tahu bagaimana menikung di tikungan tajam. Ia tahu bagaimana melompati batu karang yang tinggi. Ia tahu bagaimana terbang untuk mempercepat melewati tempat-tempat yang menakutkan. Aku belajar untuk diam sementara terus mengayuh... menikmati pemandangan dan semilir angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahku selama perjalanan bersama Sahabatku yang setia Yesus Kristus.

Dan ketika aku tidak tahu apalagi yang harus aku lakukan, Yesus akan tersenyum dan berkata... “Mengayuhlan terus, Aku bersamamu!”

Sumber : www.yesaya.net


Sosialisasi Pengisian SPT

Sehubungan dengan akan berakhirnya batas waktu pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) tahun 2008 yaitu tanggal 31 Maret 2009, penulis diminta untuk mengadakan sosialisasi pengisian SPT bagi karyawan dan karyawati Perum Jasa Tirta I. Sesuai dengan pembicaraan sebelumnya dengan wajib pajak khususnya Perum Jasa Tirta I bahwa sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan edukasi pengisian SPT bagi karyawan yang selalu menganggap sulit pengisian SPT.

Sebelumnya pihak Perum Jasa Tirta I telah menginformasikan bahwa sosialisasi akan dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 20 Maret 2009 pukul 13.30–15.00 WIB. Berhubung penulis mendapat tugas jaga dropbox SPT di pusat perbelanjaan Mitra II sampai jam 13.00 maka penulis baru dapat sampai di kantor Perum Jasa Tirta I pada pukul 14.00. Hujan yang turun pada siang itu juga menghalangi mobilitas kami untuk sampai tepat waktu.

Sosialisasi dibuka oleh Bapak M. Rohadi dari bagian SDM Perum Jasa Tirta I. Beliau mengucapkan selamat datang kepada penulis dan Bapak Didik Sugiharto dan memperkenalkan kami berdua serta maksud dari diadakannya sosialisasi yaitu untuk menjelaskan tatacara pengisian SPT wajib pajak orang pribadi khususnya bagi karyawan Jasa Tirta. Kemudian lanjutkan dengan acara sosialisasi.

Sebelum acara inti, penulis beserta rekan memperkenalkan diri seraya memohon maaf atas keterlambatan kami memberikan sosialisasi pengisian SPT siang itu. Acara sosialisasi sendiri didahului dengan hal hal umum seputar SPT. Bahwa setiap wajib pajak orang pribadi yang mempunyai npwp berkewajiban menyampaikan SPT setiap tahunnya. Trus pengertian SPT yaitu sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan pajak yang terutang baik itu yang telah dipotong maupun yang belum dipotong yang wajib dibayar oleh wajib pajak. 

Selain itu juga dijelaskan tentang jenis jenis SPT wajib pajak orang pribadi, mulai dari SPT Formulir 1770 untuk wajib pajak yang mempunyai atau melakukan usaha/pekerjaan bebas. Jenis SPT yang kedua adalah SPT Formulir 1770 S yang diperuntukkan bagi wajib pajak yang mempunyai penghasilan bruto yang nilainya melebihi Rp 60 juta setahun atau karyawan yang bekerja pada satu atau lebih pemberi kerja, yang tidak memepunyai usaha atau pekerjaan bebas. Jenis SPT yang ketiga yaitu SPT Formulir 1770 SS yang diperuntukkan bagi karyawan yang hanya berpenghasilan dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto tidak lebih dari Rp 60 juta setahun. 

Setiap SPT juga harus dilampiri keterangan yang diperlukan, khusus untuk karyawan lampiran yang diperlukan antara lain : Formulir 1721 A1/A2 yang merupakan daftar perhitungan PPh 21 yang telah dipotong dan dipungut perusahaan, bukti potong PPh Final, fotokopi Kartu Keluarga atau melampirkan daftar tanggungan keluarga untuk mendukung Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dan Surat Setoran Pajak (SSP) jika ada pembayaran PPh yang kurang dibayar.

Selain itu peserta sosialisasi juga mendapat pemberitahuan tentang batas PTKP dan tarif PPh berdasarkan UU PPh yang lama maupun UU PPh yang terbaru yaitu No. 36 Tahun 2008 yang mulai berlaku per 1 Januari 2009. Tidak lupa juga diinformasikan tentang jenis-jenis sanksi dan denda jika wajib pajak tidak melaporkan SPT Tahunan baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Berlanjut ke acara inti yaitu pengisian SPT. Peserta sosialisasi diberiakn informasi bahwa hal pertama yang harus mereka lakukan sebagai karyawan adalah memperoleh formulir 1721 A1/A2 serta bukti potong PPh Final dari perusahaan sebagai dasar untuk mengisi SPT. Pengisian SPT sendiri dimulai dari halaman paling belakang. Untuk Formulir 1770 S maka dimulai dari Formulir 1770 S-II atau Lampiran II kemudian dilanjutkan dengan Lampiran I dan terakhir halaman induk atau halaman konklusi. Kepada peserta juga dijelaskan pengertian istilah –istilah dari masing-masing kolom dan nomor serta apa saja yang boleh dan tidak boleh diisikan di kolom tersebut. Tidak lupa penulis menekankan untuk memeriksa kembali SPT yang telah diisi dan menandatangani SPT yang akan dilaporkan.

Setelah sesi penjelasan selesai dilanjutkan dengan sesi tanya jawab seputar pengisian SPT. Beberapa peserta menanyakan tentang istilah-istilah dalam SPT yang dianggap membingungkan dan dijelaskan kembali oleh penulis. Selain itu peserta yang lain menanyakan tentang lampiran dalam SPT khususnya untuk WP pensiunan dan lampiran apa saja untuk Formulir 1770 SS.

Di akhir sesi tanya jawab beberapa peserta menanyakan tentang hal hal diluar pengisian SPT seperti adanya PMK-43/PMK.03/2009 tentang PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Untuk Kategori Usaha Tertentu, Tarif PPh Pasal 23 berdasarkan UU PPh Terbaru dan PMK No. 244/PMK/2008.

Tepat pukul 15.30 acara sosialisasi pengisian SPT Tahunan Karyawan Perum Jasa Tirta I diakhiri dengan sambutan oleh Pimpinan Perum Jasa Tirta. Tak lupa penulis menginformasikan bahwa untuk tahun ini SPT bisa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan KP2KP terdekat tidak harus ke KPP atau KP2KP tempat WP terdaftar , drop box SPT yang ada di tempat-tempat tertentu, atau melalui jasa kurir dan kantor pos.  

Perum Jasa Tirta I Jl. Surabaya No. 2A Malang, Jum’at 20 Maret 2009 Jam14.00-16.00 WIB. 


Rabu, Maret 18, 2009

Aku Ingin Melihat Hujan (Turun)

Sore ini...
Aku ingin melihat hujan turun

Aku ingin...

Turunan awan melawat Bumi

Jelmaanya mengusapi permukaan

Menguliti panas

Mendinginkan cuaca

Sore ini ...
Aku ingin melihat hujan turun

Menjawab doa penanam 

Menantang pemanas hari

Memporakporandakan peramal

Sore ini...
Aku ingin melihat hujan turun

Merajami pucuk pucuk cemara kelana

Membasuh jiwa jiwa yang kering

Melarutkan noda dan debu

Menyucikan raga 

Sore ini ...
Aku ingin melihat hujan

Sore ini...
Aku ingin melihat Sang Ciptaan


Agrowisata Kusuma Batu

Perjalanan traveling kami minggu ini kami lakukan ke Agrowisata Kusuma Batu. Selain sudah terkenal di Malang Raya dan sekitarnya karena keunikannya juga karena belum sekalipun kami kesana. Kebetulan temenku Rio dan keluarganya mengajak kami kesana dengan naik sedannya.  

Kami berangkat sekitar pukul 11. 00 siang pas panas menyengat dengan teriknya di Malang Raya dan sekitarnya. Perjalanan dari Malang ke Batu kami lalui kurang lebih selama setengah jam. Setelah sampai di pertigaan Pasar Batu mobil berbelok ke kanan dan menaiki tanjakan lalu mobil berbelok ke kiri dan sekali lagi berbelok ke kanan menuju gerbang Agrowisata Kusuma. 

Sebetulnya Agrowisata Batu terdiri dari hotel, cottage (rumah vila kecil yang dibuat berkelompok), restoran dan kebun buah. Pertama kali tiba kita akan disambut dengan Hotel Agrowisata Batu yang menonjolkan arsitektur perkebunan tanpa kehilangan sentuhan modernisasi. Mobilpun meluncur ke lokasi restoran, walaupun tidak ada tujuan kami untuk makan minum menurut Rio ini tempat paling aman dan nyaman untuk parkir mobil. 

Beberapa meter dari tempat parkir terdapat tempat bermain anak anak dilengkapi dengan mainan anak-anak dan tentu saja patung-patung hewan besar seperti dino, gajah dan jerapah. Selanjutnya di sebelah kanan jalan terdapat persewaan kuda tunggang yang bisa disewa untuk sekedar berkeliling ke areal wisata bila kita capek berjalan kaki. Ada kuda poni juga disini lho.

Memasuki gerbang pintu masuk kita akan dihadapkan pada berbagai pilihan wisata. Pertama ada paket bermain softgun, kemudian ada areal menembak. Dan yang paling utama dan paling dicari wisatawan adalah wisata kebun yaitu petik buah. 

Pihak penyelenggara wisata memberikan berbagai paket pilihan wisata. Mulai dari paket wisata petik jambu, petik apel sampai petik strawberry. Tentu saja masing-masing paket memiliki harga dan tawaran khusus. Paket ini disatukan dengan pilihan menu makan siang. Paket berkisar dari Rp26.000,00 sampai Rp 45.000,00 per paketnya. Akhirnya kami memilih paket wisata petik apel, jambu lengkap dengan makan siangnya.

Setelah membeli tiket kami diberikan softdrink berupa jus apel dalam kemasan kecil. Selanjutnya masing-masing rombongan dapat memilih guide wisatanya masing-masing. Selain itu mereka yang capek berjalan kaki dapat meminta naik mobil. Tapi kami memilih jalan kaki karena esensi wisata agro akan lebih dapat dinikmati sambil berjalan kaki dan menikmati pemandangan yang ada. 

Selepas dari pintu tiket mulai berjejer berbagai wahana wisata. Wahana wisata pertama yang dapat kita temui adalah arena latihan menembak kemudian sebelahnya adalah arena bermain anak dimana terdapat sepurmini khusus untuk anak-anak. Selanjutnya kita dapat menjumpai kebun bunga yang menjual berbagai macam bunga khas malang baik yang lagi ngetren seperti adenium, aglonema maupun bunga biasa seperti mawar melati dan lain sebagainya.

Setelah itu kita akan menjumpai restoran, dimana wisatawan yang sudah capek dan laper abis muter- muter dapat mampir dan mengisis perut disini. Walapun perjalanan ke kebun buah agak jauh tetapi tidak akan terasa karena disamping pemandangan yang indah, di setiap pinggir jalan menuju kebun buah terdapat berbagai macam wahana dan kandang berbagai macam unggas seperti ayam bangkok, ayam kate, ayam kanada, buaya dan sebagainya.

Tiba di kebun buah setiap wisatawan akan dilepas untuk memetik buah sesuai paket yang dibeli. Mereka yang membeli paket buah apel akan menyerbu pohon-pohon apel yang siap dipetik. Sayangnya setiap orang hanya boleh memetik 2 buah apel dan tidak boleh dimakan di kebun itupun dengan areal yang terbatas dan pengawasan ketat para guide. Demikian pula dengan kebun yang lain seperti kebun jambu biji dan strawberry. Padahal dari cerita yang pernah kami dengar dulu setiap orang bebas memetik apel dari pohonnya dan makan di kebun. 

Akhirnya dengan sembunyi-sembunyi banyak wisatawan yang memetik buah lebih dari 2 dan makan sembunyi-sembunyi di dalam kebun. Walaupun diakui bahwa buah apel yang dipetik sangat manis namun apelnya sudah kecil-kecil dan banyak yang jatuh dari pohonnya.

Selepas memetik buah apel dan jambu para wisatawan kembali ke restoran untuk makan siang. Makan siang ini termasuk dalam paket yang kami pilih. Dari hasil investigasi ternyata nyonya-nyonya memilih menu lalapan ayam dan nasi goreng. Lumayan juga masakan disini atau memang kami yang sudah terlalu lapar sehingga setiap masakan terasa enak. Pas menikmati santap siang kita bisa bernyanyi atau mendengarkan lagu-lagu hits dari organ tunggal yang disediakan penyelenggara.

Setelah kenyang perjalanan kami lanjutkan ke kebun bunga. Terdapat bunga2 bonsai dengan harga 50-ribuan dan ada juga biji-bijian bunga yang ditawarkan dengan harga 35rb satu renteng terdiri dari berbagai macam bunga. Kami membeli 2 macam bunga dengan harga 20rban. Buat oleh-oleh pulang minimal ada kenang-kenangan dari sini pikirku.
 
Akhirnya kembalilah kami ke tempat parkir dan cukup puas menikmati wisata agro ini. dengan dikomandani nyonya-nyonya pembelanja, perjalananpun dilanjutkan ke MOG. The next travelling.......kmana lagi ya? 
Riverside, 18 Maret 2009 20.35 PM.


Senin, Maret 16, 2009

Friday The 13th Mbah Sarendi

Usianya sudah 70 tahun tapi orangnya masih gesit. Biasanya dia masih mengenakan topi coklat dan duduk di balai-balai depan rumah sambil mengerjakan anyaman besek dengan isteri setianya. Walaupun keduanya sudah tua tapi tidak mau menggantungkan diri pada anak-anaknya. Besek itulah penghasilan untuk menyambung hidupnya. Selain beberapa buah kambing di samping rumahnya.

 Aku mengenalnya ketika dia sering berbincang akrab dengan Bapakku ketika mau berangkat ato pulang dari masjid di samping rumah kami. Menurut cerita Bapak kampung asal Mbah Sarendi dan Bapak di Jogja letaknya berdekatan hanya berbeda desanya saja. Mungkin karena merasa senasib sebagai seorang perantau yang jauh dari kampung asalnya menjadikan mereka begitu akrab.

 Masih ingat waktu SD dulu kalo istirahat aku bermain main ke rumahnya. Mengingat jarak antara rumah Mbah Sarendi dan SD-ku cuma duapuluhan meter saja. Biasanya kami pergi ke rumahnya sekedar meminta minum atau melihat dia menanam sayur-mayur di depan rumahnya. Tetapi pengalaman yang paling mengasyikkan adalah ketika musim buah jambu monyet tiba. Hampir setiap hari kami maen ke tempatnya. Begitu kami datang, beliau dengan sigap mengambil batang bambu di belakang rumahnya seakan sudah paham dengan kedatangan kami. Apalagi kalo bukan untuk meminta buah jambu monyet darinya.

 Pohon jambu monyet itu begitu besar. Inilah satu satunya pohon jambu monyet di desaku dan satu satunya yang berbuah lebat ketika musimnya tiba. Hanya orang dewasa dan pandai memanjat pohon yang sanggup menaikinya. Kami sebagai anak-anak SD waktu itu tentu saja tidak bisa menaikinya. Jadi galah panjang dari bambulah andalan Mbah Sarendi untuk memetikkan jambu monyet bagi kami. Biasanya kami bersiap-siap disampingnya untuk menangkap jambu monyet jika sewaktu-waktu jambu monyet itu terlepas dari galah dan jatuh ke tanah. Inilah yang semakin menambah riuh-rendah serta ramainya rumah Mbah Sarendi kalo pas istirahat sekolah tiba dan lagi musim jambu monyet.

 Setelah terkumpul seember kecil jambu monyet biasanya kami membawanya ke sumur di samping rumahnya untuk mencuci getah atau tanah yang menempel. Setelah benar-benar bersih kami membawanya ke balai-balai bambu yang ada di depan rumahnya. Istrinya segera ke dapur biasanya untuk mengambil uyah atau garam. Lalu beliau yang mengupas dan menyayat jambu monyet yang telah dipetik. Setiap anak mendapat bagian yang sama rata dan makannya cukup dioleskan ke garam dan dimakan. 

 Waktu itu jambu monyet yang sepet-sepet asinpun jadi terasa enak bila dimakan bersama-sama dengan beliau. Ada keceriaan dan keramaian di rumah beliau yang sepi ketika anak-anak datang meminta jambu monyet. Setelah kenyang beliaupun mengingatkan kami untuk kembali ke sekolah melanjutkan sekolah lagi. Beliaupun tak pernah meminta bayaran sepeserpun atas buah jambu monyet yang kami makan. Dan anehnya pohon jambu monyet yang gede itu tak pernah habis habisnya berbuah dan ada saja yang matang tiap harinya.

 Setelah musim jambu monyet berlalu rumah itupun sepi lagi. Tinggal Mbah Sarendi sendiri dan isterinya yang selalu duduk mengerjakan anyaman besek sebagai pendapatan sehari-hari mereka untuk menyambung hidup. Paling-paling setiap pulang kami mampir ke rumahnya untuk melihat keduanya mengerjakan anyaman besek atau meminta air minum sekedar pelepas dahaga sepulang sekolah.
 Beberapa tahun berlalu tak terasa waktu itu aku sudah SMA. Sengaja aku memilih SMA di kota Semarang karena jarak desaku desaku dengan SMA terdekat cukup jauh. Akupun ngekos di kota Semarang dan sebulan sekali mengambil jatah untuk sekolah dan mbayar kosku.

 Suatu hari aku pulang dari Semarang naek angkutan umum menuju rumahku. Setiap melewati rumah Mbah Sarendi aku pasti menengok rumahnya walaupun tidak turun dari mobil . Rumahnya memang di pinggir jalan besar dan dibelokan tepatnya. Sehingga setiap kendaraan yang lewat mesti pelan-pelan waktu melewati depan rumahnya termasuk angkutan umum yang aku tumpangi waktu itu. Begitu sampai di depan rumahnya pandangaku kularikan keluar jendela mobil. Ternyata dia sedang berdiri di pinggir jalan, dia tersenyum kepadaku dan melambaikan tangan seakan-akan dia mengajakku untuk mampir dan singgah di rumahnya. Herannya ketika kutengok rumahnya rumah itu sedang ramai banyak orang yang sedang berkunjung ke rumahnya. Ada apa pikirku dalam hati. Apa ada acara syukuran tahlilan yang biasa dilakukan penduduk di kampungku. 

 Sesampai di depan gang aku langsung turun melompat dari angkutan yang kutumpangi. Perlu berjalan sepuluh meteran masuk gang untuk menuju rumahku. Kuketuk pintu rumahku, Bapakkupun membuka pintu sambil bertanya mengapa aku tiba-tiba pulang ke rumah. “Biasa Pak ngambil jatah bulanan” kataku. Kulihat ibuku kaluar dari kamar dan berpakaian kebaya hitam. Dengan dipenuhi rasa penasaran langsung saja aku bertanya ibu mau kemana. Betapa terkejutnya aku ketika ibuku bilang “ Lohh kamu gak ngerti tho kalo Mbah Sarendi meninggal tadi pagi? Ini Ibu kan mau melayat ke rumahnya”. “ Masak sih, aku tadi melihat Mbah Sarendi di depan rumah tersenyum dan melambaikan tangan. “ Iya meninggal tadi pagi habis sholat subuh”, kata ibuku berargumen. Lha berarti siapa yang berdiri dan melambaikan tangan tadi. Langsung lemas badanku mengetahui beliau sudah tidak ada lagi. Mungkin beliau mau mengucapkan selamat tinggal padaku dengan menampakkan diri untuk terakhir kalinya. Only God know.....


Mbah Sarendi Selamat Jalan Ya Mbah Semoga Mbah diterima di sisi-Nya dan hidup bahagia di surga-Nya. Amin

Riverside, Jumat Kliwon, 13 Pebruari 2009 jam 8.49 PM Friday The 13th.

Kamis, Maret 12, 2009

Topeng Reta

Kemarin aku baca buku tugas putriku tercinta Gabriel Tiffany Elvaretta setiawan yang masih Playgroup. Di halaman terakhir buku tugasnya aku temukan tulisan dari pembimbingnya di playgroup : “Hari Jumat setiap anak diharapkan membawa topeng untuk acara pesta topeng.” Sebagai orang tua tentu saja aku harus membuatkan dan kalo sempet mencarikan topeng buat anakku. Waktu pamitan mau masuk kerja, aku sudah bilang sama Mamae Reta (nama panggilan putriku) kalau aku akan menanyakan lebih dulu ke temen temen kantorku barangkali mereka tau tempat yang menjual topeng anak-anak karena mereka sudah lama di kota Malang.

 Waktu pulang kerja aku ditanya istriku apa sudah dapat info tempat yang menjual topeng anak. Dengan sangat terpaksa aku menggelengkan kepala karena lupa menanyakan tempatnya ke temen2 kantorku. Akhirnya kamipun sepakat untuk mencarikan topeng tepatnya membelikan topeng buat putri kecilku karena untuk membuat topeng sendiri aku sudah capek. Lagipula kalo terpaksa membuat topeng sendiri kamipun terpaksa harus keluar rumah juga untuk membeli bahan-bahannya. Jadi jalan pintasnya kami harus keluar rumah naek motor dan beli topeng.

 Jam 7 lebih sedikit aku meluncur keluar. Tujuan pertamaku adalah Pasar Blimbing karena inilah tempat yang paling dekat dengan kontrakanku. Sampai di Pasar Blimbing tujuanku pertama adalah penjual mainan di lapak pasar malam Blimbing. Setelah menginterogerasi penjual mainan dari satu lapak ke lapak lain hasilnya tetap nihil. Ada saja alasanya dari yang tidak jual, yang jual tapi hanya di pagi hari sampai yang biasanya jual malem ini dengan sangat kebetulan tidak membawa topengnya. Yah kupikir inilah hak asasi Tuhan untuk para pedagang mainan dan apa yang mereka ingin jual.

 Tujuan selanjutnya adalah toko-toko mainan di sekitar pasar Blimbing. Satu dua toko pakaian anak-anak kami masuki barangkali mereka juga menjual topeng untuk anak. Hasilnya nihil juga. Toko ketiga yang kami masuki sempet memberikan harapan. Tetapi harapan itu pupus ketika yang diperlihatkan penjaga tokonya adalah topeng Power Ranger beserta peralatan tempurnya. Tentu saja tidak cocok buat anakku yang seorang cewek bukan cowok yang menyukai mainan jenis ini. Akhirnya Mamae Reta menelpon temannya di Playgroupnya putriku. Dari situ ada info kalo mereka sudah mendapat topeng dan membelinya di Swalayan Mitra.

 Atas sarannya, kamipun meluncur lagi ke Swalayan Mitra. Langsung saja kami menuju ke counter mainan anak di lantai 2. Sangat kebetulan lagi, stoknya habis padahal biasanya ada. Oh my God capek banget kali ya udah muter muter gak dapet juga. Kusuruh Mamae Reta menghubungi temannya lagi dimana tepatnya membelikan topeng untuk anaknya karena kupikir di Malang ini ada Mitra I dan Mitra II ato barangkali di tempat lain yang bukan counter mainan anak tetapi tetap di swalayan Mitra. Kabar gembira karena temannya menyarankan untuk mencoba mencari di Toko Merah seberang Mc Donald Kayutangan.

 Dengan rasa penasaran kularikan motorku dengan agak kenceng karena jam sudah menunjukkan pukul 8 malem takut sbentar lagi toko tutup. Setibanya di Toko Merah kalo gak salah namanya Avia kuparkir motorku di tepi jalan. Takutnya topengnya gak ada dan aku bisa cepat pulang dan membeli karton untuk membuatkan topeng anakku. Istrikupun dengan sigap masuk toko mengetahui waktu sudah malem. Sambil menunggu di luar kuperhatikan keadaan sekitar. Ternyata di situ ada penjual kue Pukis. Bapak penjualnya sudah tua dan setelah kuperhatikan baik-baik, ternyata sudah agak berkurang penglihatannya. Tiba-tiba dari dalam muncul seseorang dan membuang sebungkus plastik sampah di dekat si penjual Pukis. Kasihan juga Bapak ini pikirku masak dia berjualan makanan disebelahnya di kasi sampah. “Nggak papa Mas saya sudah biasa diperlakukan kayak gitu, maklum orang saya cuma numpang jualan disini” sungguh kata-kata orang yang sabar dan nrimo khas orang Jawa. Dan setelah kuperhatikan setiap orang yang lewat didepannya selalu bilang “Assalammualaikum...”. Kupikir orang-orang wajar mengucapkan salam yang bernuansa islami karena bapak ini memakai baju muslim dan pake peci. Aku agak terheran-heran juga. “Saya sudah lama jualan disini dan sudah kenal ma mereka dan saya selalu menyalami mereka” kata Bapak penjual Pukis mengetahui aku terheran-heran. Kupikir inilah alasan logisnya mengapa setiap orang mengucapkan salam pada Bapak ini. 

 Tak berapa lama Mamae Reta keluar toko sambil membawa sebungkus plastik. “Dapet Ma...?” kataku penasaran begitu dia mendekat ke tempatku dan penjual pukis tadi. “Dapet Yah.., harganya Cuma 3500..” katanya. Ahhhh lega sekali rasanya dapet topeng anakku. Setelah kuperiksa isinya sepuluh buah topeng. Bisa dibagikan ke temen-temenya Reta nih yang barangkali besok belum membawa topeng karena malam ini belum membuat atau belum dapet. Kukeluarkan uang 6 ribuan lagi untuk membeli kue Pukis. Dengan ditambah sedikit gula rasanya ternyata enak juga. Kutinggalkan Bapak Penjual Pukis yang baek tadi dengan sedikit senyum di wajahnya karena mendapat rejeki dari Tuhan. Waktu menstarter motorku kulihat sekali lagi Bapak Penjual Pukis tadi. Ternyata sudah ada yang berhenti dan membeli kue Pukisnya. Puji Tuhan pikirku.

 Malam ini ada rasa bahagia dalam benakku. Disamping dapet topeng untuk putriku aku juga dapat pelajaran berharga dari Bapak Penjual Pukis. Bersikap sopan, sabar, nerimo adalah sikap yang patut diteladani. Aku juga selalu inget perkataan dari dosenku. Orang Indonesia itu kalo beli barang di pasar atau kaki lima selalu menawar padahal penjualnya rata-rata orang yang tidak punya atau ekonominya pas pasan. Sementara kalo mereka beli di pasar swalayan yang dimiliki orang-orang kaya mereka tidak pernah menawar apalagi waktu membeli mobil di showroom jarang orang menawar untuk membeli mobil baru. Itulah kadang mengapa aku suka membeli dari orang orang sederhana seperti penjual Pukis tadi dan tidak pernah menawar lagi berapapun harga yang disebutkan. 

 Selamat malam Bapak Penjual Pukis, semoga sehat selalu dan banyak rejeki ya Pak. Amin.

Riverside, 12 Maret 2009 9.57PM


Rabu, Maret 11, 2009

Rumah Kontrakan Berhantu

Pada bulan Mei 2008 Aku dipindahtugaskan ke Kota Malang Jawa Timur. Sebagai seorang musafir yang baru datang dan tidak ada saudara yang bertempat tinggal di Malang, tentu saja aku harus mencari kos-kosan. Setelah berkeliling kesana kemari aku mendapatkan sebuah kos-kosan di jalan Teluk Cendrawasih yang tidak terlalu jauh dari kantor baruku. 

 Sebulan setelah menyandang status sebagai “anak kos” aku berniat memboyong keluargaku ke Malang. konsekuensinya sekali lagi aku harus mencari kontrakan rumah. Setelah mencari informasi kesana kemari bersama temen sejawat aku mencari kontrakan di sebuah perumahan elit di kota Malang. Walaupun menyandang status sebagai perumahan elit tapi di pinggiran kompleks perumahan tersebut terdapat sebuah komplek perumahan sederhana yang menurut cerita diakuisisi oleh manajemen perumahan elit tersebut.

 Singkat cerita setelah mencari kesana-kemari akhirnya kudapatkan sebuah rumah type 36 dengan harga kontrak 3 jutaan per tahunnya. Pada saat aku menelepon pemilik rumah aku diberitahu agar menghubungi si pemegang kunci rumah kontrakan tersebut yang berjarak beberapa meter dari rumah yang dikontrakkan. Tak disangka dan diduga setelah aku bertemu dengan si pemegang kunci aku ditawari kontrakan yang terletak persis di depan rumah yang akan kukontrak tadi.

 Kalo dilihat dari luar rumah tersebut lumayan terpelihara dan bagus karena disamping letaknya di sudut, rumah tersebut memiliki pagar besi yang cukup kokoh. Pucuk dicinta ulam tiba pikirku dalam hati. Oleh si pemegang kunci aku disuruh menghubungi si pemilik rumah. Namun betapa kecewanya aku setelah kutelepon ternyata si pemilik rumah memberitahu bahwa rumah tersebut tidak dikontrakkan karena saudaranya sudah mau menempatinya. Akhirnya setelah mendapat informasi seperti itu aku putuskan mengontrak rumah yang pertama kudatangi tadi.
 Beberapa minggu kemudian keluargaku kuboyong ke Malang, tepatnya ke rumah yang telah kukontrak sebelumnya. Akhirnya kamipun berkenalan dan bersosialisasi dengan tetangga sekitar termasuk keluarga yang mengontrak rumah di depan kontrakanku. Hubungan kami dengan keluarga-keluarga di lingkungan tersebut berjalan dengan baik karena kami termasuk keluarga muda. Demikian juga dengan keluarga yang menempati rumah di depan kontrakanku tadi karena istrinya baru hamil beberapa bulan. Selain itu istriku dan istri Bapak yang mengontrak di depan rumahku sering menghadiri dawis dan belanja kebutuhan sehari-hari bersama-sama.

 Pada saat Idul Fitri tahun lalu kami saling berkunjung. Betapa terkejutnya kami setelah mendengar pengakuan ibu muda yang mendiami rumah di depan kontrakan kami. Ibu itu bercerita kalo rumah kontrakan yang didiaminya berhantu. Pertama kali pada waktu datang melihat rumah dikontraknya, Ibu tersebut bercerita kalo Ia melihat seorang perempuan sedang duduk di kloset duduk di kamar mandi rumah tersebut. Padahal Ia pada waktu hanya datang melihat-lihat rumah tersebut bersama suaminya. Tetapi Ibu tersebut dengan tabah hanya memalingkan mukanya begitu melihat perempuan tersebut dan segera berlalu untuk melihat bagian rumah yang lain. Begitu mendengar cerita tersebut timbul perasaan kagumku pada Ibu muda yang “kendel” tersebut.

 Kemudian dia bercerita kalo keluarga muda ibu tersebut mengontrak rumah bersama seorang laki-laki teman kampus suami ibu tersebut. Pernah suatu kali laki laki yang juga mengontrak di rumah tersebut diliatin seseorang yang berdiri di pintu kamarnya. Padahal dia di rumah sendirian karena keluarga ibu tersebut sedang pulang kampung. Semalaman laki-laki tersebut tak bisa tidur karena terus diliatin seseorang yang berdiri di pintu kamarnya. 

 Cerita rumah kontrakan berhantu ini tidak berhenti disitu saja. Bapak-bapak yang mempunyai rumah di sebelah kontrakanku suatu kali bercerita. Suatu malam Bapak ini mendapat tugas lembur dari perusahaan karena Bapak ini bekerja di bagian mesin dan perusahaan mendapat order yang lebih dari biasanya. Pada waktu pulang sekitar jam dua dengan mengendarai sedan Timornya dia berhenti di depan rumahnya yang sekaligus di depan rumah kontrakan berhantu tersebut. Alangkah herannya dia karena melihat seorang anak kecil sedang berlarian di depan kamar depan rumah kontrakan tersebut yang sekaligus berfungsi sebagai garasi. Dengan tanpa basa-basi dia langsung masuk ke rumahnya dan mengunci pintu karena tidak mungkin ada seorang anak yang lagi bermain-main pada jam 2 pagi padahal pengontrak rumah tersebut sedang hamil.

 Akhirnya naluriku sebagai detektif partikelir amatiran bertanya-tanya kok bisa rumah kontrakan tersebut berhantu. Setelah bertanya-tanya kesana kemari ada satu sumber yang mungkin dapat menguak cerita dibalik rumah kontrakan berhantu tersebut. Menurut pengakuan si empunya cerita dulu rumah tersebut pertama kali didiami seseorang yang suka dengan ilmu klenik. Orang tersebut suka membawa barang-barang bertuah seperti keris, tombak, atau barang-barang mistis lainnya ke rumah. Yang mengejutkan menurut si empunya cerita orang tersebut mempunyai istri dan mereka sering bertengkar. Pertengkaran tersebut sering terdengar sampai luar dan terdengar oleh si empunya cerita. Bahkan suatu kali orang yang mempunyai rumah tersebut datang bersama kaluarganya ke rumah tersebut. Tanpa sepengetahuan pemilik rumah tersebut si empunya cerita memperhatikan gerak gerik orang yang punya rumah. Menurut pengakuannya orang yang punya rumah dan keluarganya begitu datang langsung menutup pintu jendela dan tirai. Dan si empunya ceritapun tidak dapat mengetahui apa yang terjadi di dalam rumah tersebut. Yang pasti kata si empunya cerita istri dari pemilik rumah tersebut sejak saat itu tidak pernah kelihatan. Entah ibu tersebut dibunuh bunuh diri atau meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan si empunya cerita tidak ada yang tau. Lalu apa hubungan cerita-cerita tersebut dengan rumah kontrakan berhantu tersebut tidak ada yang tau. Yang pasti hanya Tuhan yang tau apa yang terjadi di rumah tersebut.

 Dari cerita tersebut aku dapat memetik pelajaran bahwa aku bersyukur tidak jadi mengontrak rumah tersebut. Selain itu kita harus menghormati makhluk makhluk lain yang tidak bisa kita lihat yang ada di dunia lain. Bersyukurlah kalo kita dianugerahi indera keenam bisa melihat maklhuk halus tetapi kayaknya kita harus lebih bersyukur tidak bisa melihatnya. Amin.
  


Ada Apa Dengan Jari Telunjuk Tarmizi?

 Menghilangnya beberapa stasiun TV di Malang Raya menyebabkan malam itu sungguh menyebalkan. Mayoritas stasiun TV yang masih siaran menayangkan sinetron yang sungguh membosankan karena ceritanya seputar percintaan, intrik, dan cerita-cerita konyol yang sulit dimengerti nurani. Akhirnya pilihan saya jatuh ke stasiun TV “rakyat” yang menayangkan cerita sehari-hari yang penuh dengan hikmah dan pelajaran.

 Kalo tidak salah malam itu cerita yang diputar berjudul “ Ada Apa dengan Jari Telunjuk Tarmizi”. Dikisahkan bahwa seorang kepala bagian keuangan kantor yang bernama Tarmizi sedang memimpin sholat di mushola kantornya. Giliran pada waktu mengucapkan salam untuk mengakhiri sholat si Tarmizi tiba-tiba berkeringat dingin dan iapun buru-buru mengakhiri sholat berjamaah tanpa bersalaman dengan anggota jemaah yang lain. Hal inipun menimbulkan tanda tanya di kalangan anggota jamaah yang menjalankan sholat karena Tarmizi meninggalkan sholat berjamaah begitu saja tanpa bersalaman dan berpamitan sebagaimana biasanya. 

 Salah seorang bawahan Tarmizi yang mengikuti sholat berjamaah kemudian bertanya kepadanya karena merasa penasaran dengan perilaku atasannya yang tidak seperti biasanya tersebut. Akhirnya Tarmizi mengaku bahwa bahwa “itu” nya gak bisa tegak. Bawahan yang mendapat penjelasan bahwa atasanya mengalami “itu” yang gak bisa tegak segera membawa Tarmizi ke Mak Erot. Tentu saja Tarmizi marah-marah karena yang dimaksud “itu” adalah jari telunjuknya yang tidak bisa ditekuk ketika mengakhiri sholat bukan “itu” yang lain.

 Pengobatanpun dilanjutkan ke tiga “orang pintar” yang berpura-pura pintar. Setelah berbicara panjang lebar dan mengetahui permasalahan Tarmizi orang pintar itu menyarankan pengobatan yang kelewat ekstrim yaitu agar jari telunjuk Tarmizi ditaruh di rel kereta api waktu kereta lewat agar bisa “ dilipat” lagi. Nah pada waktu Tarmizi menaruh jari telunjuknya di rel seraya memohon petunjuk Tuhan karena ia takut jarinya terpotong, ia diingatkan oleh Tuhan bahwa ada seorang bawahannya yang tak membalas salam dan tegur sapanya selama di kantor. Iapun menyadari kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk memohon maaf kepada pegawai tersebut demi kesembuhan “penyakitnya”

 Alkisah datanglah Tarmizi ke bawahanya yang mengacuhkan tegur sapanya di kantor. Pegawai tersebut bernama Sukron. Tarmizi pun meminta maaf kepada Sukron tetapi Sukron tidak mau memaafkan Tarmizi karena Sukron memendam kekecewaan yang begitu mendalam dengan Tarmizi. Dari mulut Sukron kemudian meluncur pengakuan yang sangat mengagetkan. Dikisahkan bahwa sebelum Tarmizi mengalami penyakit aneh, Sukron pernah datang pada Tarmizi. Sukron bermaksud meminjam uang (kas bon) pada perusahaan dengan persetujuan Tarmizi sebagai kepala bagian keuangan. Tetapi mendadak Tarmizi dipanggil untuk mengikuti rapat direksi dan ia berjanji untuk memberikan kas bon setelah rapat selesai. Sebenarnya tanpa sepengetahuan Tarmizi, Sukron meminjam uang pada perusahaan untuk membeli darah buat ibunya yang sakit parah di rumah sakit. Sukron yang tidak mendapat pinjaman uang dari Tarmizi akhirnya pergi ke saudara-saudaranya untuk meminjam uang guna membeli darah. Naas, walaupun akhirnya dapat membeli darah sesampainya di rumah sakit ibu Sukron akhirnya meninggal dunia. 

 Hal inilah yang menyebabkan Sukron tidak dapat memaafkan Tarmizi. Akhirnya setelah memohon maaf dan menangis-nangis bahkan Tarmizi rela tidak berangkat haji sampai Sukron memaafkan dirinya. Ceritapun akhirnya berakhir dengan happy ending dan Tarmizi dapat berangkat naik haji dengan pemberian maaf dari Sukron.

 Sungguh suatu cerita yang sangat menyentuh hati. Dari kisah ini kita dapat belajar bahwa kadang kita melupakan hal-hal yang terkadang kecil, sepele, tidak berarti dalam hidup kita. Namun hal yang kecil dan sepele tersebut merupakan hal yang penting , hal yang berguna, dan hal yang menentukan bahkan bagi nyawa orang lain. Sikap peduli pada sesama tidak bisa dipandang dari kacamata duniawi kita. Biarlah Tuhan yang diatas yang bisa menilai seberapa penting dan besar kecilnya kepedulian kita pada orang lain. 

- Peduli itu besar dan penting menurut Tuhan, seberapapun kecil dan sepelenya kepedulian menurut kita- 

Riverside, Sabtu 24 Januari 2009


Waduk Selo

Inilah perjalanan wisata yang pertama kali saya tulis dan saya upload di blog. Pertama kali saya mendengar nama Waduk Selo dari seorang sahabat saya. Sebenarnya pagi itu tidak ada tujuan kami sekeluarga untuk khusus mendatangi waduk tersebut karena kami semula pengin ke Selecta. Namun setelah mendengar cerita dari sahabat saya yang cukup menggiurkan dan keinginan memanfaatkan waktu liburan di hari senin –yang paling dinanti banyak orang- karena katanya mereka membenci hari yang satu ini terutama bagi orang kantoran. Akhirnya berangkatlah kami hari senin kmaren (09/03/09) ke Waduk Selo.

 Perjalanan kami mulai pukul 10.00 Wib dari pinggiran kota Malang dengan naik sepeda motor karena itulah yang kami punya he he he... Seperempat jam kemudian setibanya di Pendem, Karangploso motor kami mengalami kebocoran. Jadi dech kami menambal ban kurang lebih stengah jam. Belum lama kami menaiki motor setelah menambal ban, ban motor bocor lagi di Jalan Patimura Batu. Dasar nasib lagi apes kali ya... Setelah menambal ban lagi aku putuskan mengganti ban luar motorku yang sudah mulai gundul karena inilah nampaknya akar masalah dari kebocoran ban dua kali dalam satu jam. 

 Sekitar jam 11.00 perjalanan kami lanjutkan karena menurut informasi Bapak Tony yang punya bengkel tambal ban jarak ke Waduk Selo masih sekitar 20km dari kota Batu. Waduh jauh juga pikirku... gak papalah itung itung ngabisin waktu libur. Perjalanan ke Waduk Selo sungguh mengasyikkan. Terutama setelah keluar dari kota Batu, melalui jalan berkelok-kelok dengan pemandangan di samping kanan jalan adalah kota Batu. Jadi kota Batu yang hijau dan atap-atap rumahnya bisa dilihat dari tepi jalan. Disini banyak ditemui rumah makan-rumah makan kecil sepanjang jalan. bagi kamu yang laper dan pengin sejenak melihat pemandangan Kota Batu dari atas inilah tempat yang tepat. 

 Setelah melewati Wana Wisata Air Terjun Coban Rondo di kiri jalan, jalan yang kami lalui kemudian menurun. Inilah yang ditunggu-tunggu banyak biker karena tinggal ngerem dan mengarahkan kendaraan. Tapi ngabisin kampas rem juga ya he he he... Kejutan kedua bagi kami adalah pemandangan eksotis di kiri-kanan jalan selepas itu karena jalan yang berkelok-kelok dengan sungai besar di pinggir jalan. Apalagi sungainya masih alami hal ini ditandai dengan batu-batuannya yang masih besar sayangnya waktu lewat air sungainya sedang kecoklatan. Maklum masih musim hujan, mungkin di hulu sungainya sedang hujan. Pemandangannya dise kitar sungai masih asri dan belum banyak penduduknya. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan dan langka bagi kami “orang kota”. 

 Setengah perjalanan anda bisa menjumpai tempat peristirahatan yang bernama Dewi Sri. Di tempat ini tersedia berbagai macam sayuran dan hasil pertanian khas wong ndeso mulai sayur bayam, sawi, kol, wortel sampai buah ketela ubi yang kemerah-merahan yang siap untuk dibawa pulang dan direbus. Teman akrab minum kopi nih. Selain itu terdapat penjual tanaman hias dan bunga-bunga khas Batu dan sekitarnya. 

 Perjalanan kami lanjutkan untuk mengarungi separo perjalanan lagi. Sampailah kami pada pertigaan jalan, namun tak usah bingung disini ada papan nama yang menunjukkan belokan ke kiri menuju Waduk Selo dan ke kanan menuju Kediri. Tentu saja kita harus mengambil yang kiri. Kurang lebih tiga kilometer dari pertigaan tersebut sampailah kita ke gerbang Wana Wisata Waduk Selorejo. Kami tiba disana sekitar jam 1 siang. Dengan membayar karcis seharga 16 ribu untuk 2 orang dewasa maka masuklah kami ke lokasi wisata. Kurang lebih 50 km dari tempat pembelian karcis ada pemeriksaan karcis. Jasa parkir sebesar 2ribu harus dilunasi untuk memarkir motor kami sebelum terjun ke lokasi.

 Setelah melihat-lihat pemandangan kami ditawari naik perahu. Untuk muter-muter aja tarifnya 20rb satu perahu yang didayung 2 orang tukang perahu setempat. Kalo mau keliling waduk melalui tepi-tepinya tarifnya 40rb, kalo mau memetik jambu di seberang danau tarifnya 50rb sekaligus dengan naik perahunya. Kami putuskan naek perahu yang 20rban aja karena disamping kasian tukang perahunya dayungnya jauh cuacanya juga sudah mendung takut turun hujan pas naek perahu di waduk. 

 Puas naek perahu dan merekam pemandangan sekitar yang menakjubkan dengan bukit bukit dan gunung di sekitar waduk, kami memutuskan untuk makan siang. Warung di sekitar danau menawarkan masakan yang “lumayan”lah untuk mengganjal perut yang sudah keroncongan. Menu yang bisa disantap antara lain Tombro, Gurami, Udang, Wader semuanya dalam versi goreng dan Bakar. Atas saran pelayannya kami memilih Gurami Bakar, Udang dan Wader goreng dengan minuman es degan dan Es campur. Hampir satu jam menikmati local cuisine kami cabut dari warung lesehan Podo Roso. Berapa tagihannya? cukup 46rb saja.

 Perjalanan kami lanjutkan dengan menikmati pemandangan sekitar Waduk. Menaiki jembatan gantung adalah pengalaman mengasyikkan. Jembatan gantung tersebut bergoyang-goyang apalagi kalo yang melewati cukup banyak. Untuk melewati jembatan tersebut harus melalui pintu besi yang hanya cukup untuk dilewati satu orang. Mungkin tujuannya untuk membatasi orang yang lewat karena ada peringatan di pintu masuknya. Jembatan tersebut hanya untuk 18 orang dan tidak boleh berhenti di tengah jembatan. Mungkin juga menggangu orang yang lewat karena hanya cukup untuk simpangan 2 orang saja. 

 Setelah puas menikmati Waduk Selo tibalah saatnya untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore ketika kami meninggalkan Waduk Selo yang indah. Dengan diiringi hujan gerimis kami pulang kembali ke Malang dengan memakai jas hujan. Sepanjang perjalanan pulang hujan turun cukup deras namun begitu sampai di Batu ternyata sudah tidak hujan lagi. Jam stengah enam kami tiba di rumah. Perjalanan yang sulit dilupakan dan siap untuk diulangi mengingat indahnya pemandangan dan masih banyak yang belum kami eksplorasi he he he. Waduk Selo siapkah menunggu kami datang lagi?

Riverside, Selasa 10 Maret 2009 9.20 PM  


Vatikan: Ponsel dan Internet Merusak Jiwa

Kemajuan teknologi yang semakin pesat dapat berdampak positif maupun negatif bagi peradaban manusia. Salah satu kemajuan teknologi yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia saat ini adalah internet dan ponsel. Kendati demikian kemajuan teknologi internet dan ponsel justeru dinilai Tahta Suci Vatikan sebagai sesuatu yang dapat merusak jiwa manusia.

Seperti dilansir Bignewsnetwork, Sabtu (29/11/2008), Juru Bicara Paus Benedictus XVI, Pastor Federico Lombardi mengatakan, ponsel dan internet semakin manjauhkan manusia dari kehidupan spiritualitasnya. 

“Pada masa ini, ponsel dan internet menjadikan kehidupan semakin rumit dari masa sebelumnya, orang semakin sulit memelihara dimensi spiritual mereka,” kata Lombardi, dalam sebuah program siaran televisi Vatikan.

Menurut Lombardi, tanpa kehidupan spiritual, jiwa manusia akan dilanda kehampaan, dan kekeringan. Ponsel dan komputer membuat dunia menjadi bising sehingga orang sukar mencari keheningan. Padahal, menjaga kehidupan spiritual dengan meditasi atau beribadah dalam situasi tenang sangat penting untuk memelihara jiwa manusia.

 “Meskipun sulit, tapi ini sangat dibutuhkan,” katanya.

Sebelumnya, Vatikan juga mengingatkan kemerosotan kualitas hidup manusia yang diakibatkan karena sebagian orang menjadikan uang sebagai tujuan utama hidupnya di masa sekarang. Paus Benedictus XVI mengatakan, krisis global yang terjadi saat ini merupakan bukti bahwa uang bukanlah tujuan utama dalam hidup.

Sumber : www. okezone.com (29/11/08) 


Syukur

Oleh : Rm. Ign Adam Suncoko, Pr.

Beberapa hari yang lalu saya mendapat kiriman suatu kisah dari seorang teman yang sedang sibuk bekerja di luar negeri sebagai berikut :

 “Ada seorang mandor bangunan yang sedang bekerja di sebuah gedung bertingkat. Suatu ketika ia ingin menyampaikan pesan penting kepada tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya. Mandor ini berteriak-teriak memanggil seorang tukang bangunan yang sedang bekerja di lantai bawahnya agar mau mendongak ke atas sehingga ia dapat menjatuhkan catatan pesan. Suara mesin-mesin dan pekerjaan yang bising menyebabkan tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya tidak dapat mendengar panggilan dari sang mandor. Meskipun sudah berusaha berteriak lebih keras lagi, usaha sang mandor tetaplah sia-sia. 

Akhirnya untuk menarik perhatian , mandor ini mempunyai ide melemparkan koin uang logam yang ada di kantong celananya ke depan seorang tukang yang sedang bekerja di lantai bawahnya. Tukang yang bekerja di bawahnya begitu melihat koin uang di depannya berhenti bekerja sejenak kemudian mengambil uang logam itu lalu melanjutkan pekerjaannya kembali. Beberapa kali mandor itu mencoba melemparkan uang logam, tetapi tetap tidak berhasil membuat pekerja yang ada di bawahnya untuk mau mendongak ke atas.

Tiba-tiba mandor itu mendapatkan ide lain. Ia kemudian mengambil batu kecil yang ada di depannya dan melemparkannya ke bawah tepat mengenai seorang pekerja yang ada di bawahnya. Karena merasa sakit kejatuhan batu, pekerja itu kemudian mendongak ke atas mencari siapa yang melempar batu itu. Kini sang mandor dapat menyampaikan pesan penting dengan menjatuhkan catatan pesan dan diterima oleh pekerja di lantai bawahnya.”

Barusan saya juga berjumpa dengan seorang rekan saya yang dulunya jarang berolah raga. Suatu ketika ia menjadi sangat rajin olahraga bersepeda. Ia membeli sebuah sepeda yang harganya cukup mahal, hampir sama dengan harga sebuah sepeda motor. Ketika bertemu dengannya, saya menanyakan kepadanya mengapa sekarang menjadi begitu rajin olahraga bersepeda dan membeli sepeda yang cukup mahal. 

Dia mengatakan bahwa beberapa waktu lalu ia baru menjenguk seorang rekannya yang terkena penyakit jantung dan harus dirawat di rumah sakit. Rekannya harus menjalani operasi dan perawatan di rumah sakit yang menghabiskan biaya puluhan kali dari harga sebuah sepeda yang mahal sekalipun. Ia tahu bahwa rekannya ini begitu sibuknya dalam bekerja mengejar karier sehingga melupakan kegiatan olahraga. 

Inilah yang membuatnya sadar betapa berharganya kesehatan yang diberikan Tuhan dan menjaganya dengan baik melalui kegiatan olahraga bersepeda. Inilah contoh pribadi yang memiliki kecerdasan hati sehingga tidak perlu menunggu Tuhan menjatuhkan “batu“ kepada kita untuk mau bersyukur atas rahmat yang diberikannya.

Dalam hidup ini sudah begitu banyak rahmat dan berkat Tuhan yang senantiasa mengalir setiap saat kepada kita. Bisa jadi kita memiliki pekerjaan yang baik, memiliki kesehatan yang kita rasakan, memiliki kedua mata untuk melihat, kedua kaki yang menopang tubuh kita, kelengkapan panca indera yang sempurna, mendapatkan rejeki yang kita nikmati setiap hari, keluarga yang bahagia dan lain sebagainya. Semua itu sesungguhnya adalah rahmat dan berkat Tuhan yang tak ternilai harganya. Sudahkah hal itu menjadikan kita selalu menengadahkan wajah kepada-Nya, mengingat dan bersyukur atas rahmat-Nya? Ataukah hal itu belum menarik perhatian kita sehingga menunggu Allah menjatuhkan “batu” kepada kita?

Sumber : Nuansa Kasih Edisi 582 Gereja Katolik St. Albertus De Trapani Malang.


Selasa, Maret 10, 2009

Etika Berbusana di Rumah Tuhan

Oleh : Anne Avantie

Kecantikan dan keindahan wanita merupakan bunga yang mengharumkan dunia. Keindahan dan kecantikan wanita sungguh menggetarkan hati. Tubuh yang indah adalah cermin yang memantulkan keelokan hati dari jiwa yang bening, penuh pesona. Maka tidaklah berlebihan bila “kecantikan/keindahan” wanita bagaikan magnet raksasa yang dapat memberikan kekuatan pada dunia.

Namun sayang, wanita, khususnya umat kristiani kadang tidak menyadari bahwa keberadannya menjadi kelopak bunga yang harusnya membawa pesona luar biasa dalam kehidupan jasmani rohani kita, baik di dalam rumah maupun di luar rumah termasuk di dalam ruang lingkup gereja.

Banyak hal yang dapat menuntun kita untuk menemukan Allah, sumber kebahagiaan sejati dan kekal. Sebagai sesama wanita, lepas dari profesi saya sebagai seorang desainer, sering saya menghela nafas panjang dan mengelus dada melihat sebuah “pemandangan” yang kurang pantas di gereja, sehubungan dengan etika berbusana ketika mengikuti Sakramen Ekaristi.

Pada masa sekarang ini kita melihat dengan jelas bahwa ada norma-norma kewanitaan yang terkikis dan semakin mempertegas betapa ringkihnya kualitas kewaniataan seseorang, seiring dengan pesatnya perkembangan kaum wanita yang semakin maju. Di balik itu semua ada hal kecil yang menggelitik hati yang tidak bisa dilihat dengan sebelah mata. Nampaknya semua itu merupakan suatu hal yang biasa tetapi sebenanya hal itu menunjukkan seberapa besar diri kita dalam menghargai Tuhan yang tercermin melalui penampilan kita ketika beribadah memuliakan nama Tuhan.

Etika berbusana sebenarnya tidak terlalu membutuhkan pengetahuan yang mendalam, atau pelajaran-pelajaran khusus mengenai cara berbusana yang layak di hadapan Tuhan. Semua itu berpulang pada hati nurani kita, ketika kita memosisikan Tuhan dalam jasmani rohani kita. Pengetahuan akan diri sendiri itu penting untuk jalan menuju pertumbuhan iman yang kudus.

Jadikanlah hidup kita sebagai pernyataan kasih Allah, kebaikan dalam tutur kata, keramahan dalam senyuman, dan kesopanan dalam berbusana. Semua itu adalah cara-cara sederhana dalam mengungkapkan perhatian dan cinta kita kepada Allah. Saya percaya bahwa dengan cara kita menghargai diri kita di hadapan Allah, maka kebaikan dapat terpancar dari tubuh kita.

Menurut Bunda Teresa, seorang wanita adalah pusat dari kehidupan rumah tangga. Bunda Teresa juga memberi perhatian khusus pada kaum wanita. Bahkan Beliau memprioritaskan wanita sebagai alat perdamaian dunia. Sudah selayaknya kita menyadari keberadaan kita sebagai makhluk Tuhan yang begitu luar biasa. Kita diciptakan sebagai citra Allah.

Sudah waktunya saat ini Gereja memberikan perhatian khusus untuk membenahi umat khususnya kaum wanita dalam etika berbusana. Sering kita lihat banyak sekali kaum wanita entah itu remaja, kaum ibu, anak-anak yang tidak menyadari kalau mereka tidak menghargai Tuhan melalui penampilan ketika berada di rumah ibadah.

Bukan penampilan glamour dan pakaian mahal atau mewah yang dikehendaki ketika kita mengikuti Sakramen Ekaristi. Namun dengan kebolehan dan ketrampilan sederhana , kita menghias diri dan menginvestasikan kendahan dalam tata rias wajah dan tata busana maka tidak mustahil, kehadiran kita di rumah Tuhan akan membawa sukacita dan kedamaian.

TIPS BERBUSANA DI RUMAH TUHAN

1. Apabila berencana bepergian ke tempat santai setelah pulang dari gereja, tentunya ada dua hal yang bertolak belakang, maka kita dapat membawa selendang, scarft, atau blazer. Apapun yang kita pakai saat itu, walau tank top sekalipun akan tetap sopan. Bisa dengan menyematkan bros atau aksesoris sederhana untuk mempercantik penampilan.

2. Hendaknya tidak mengenakan t-shirt/blouse tanpa lengan.

3. Apabila menggunakan off shoulder (bahu terbuka), disarankan memakai pakaian dalam tanpa tali dan apabila memiliki anak kecil akan lebih baik apabila tidak menganakan baju berpotongan off shoulder karena pada saat menggendong, tali pakaian dalam akan terlihat dengan jelas. Apalagi pada saat pemberkatan anak, sungguh ini bukan pemandangan indah di gereja.

4. Pemakaian celana hendaknya panjang bukan selutut.

5. Pemakaian rok/bawahan hendaknya di bawah lutut atau tidak kurang dari 55 cm dari pinggang.

6. Banyak kaum ibu yang tidak memberi contoh yang baik untuk anak-anaknya terutama remaja putri, dengan membiarkan mereka memakai kaos yang terlalu ketat, celana selutut, blouse tanpa lengan, celana yang terlalu hipster. Bila ingin mengenakan celana hipster hendaknya dipadu dengan atasan/blouse yang agak panjang, kira-kira sebatas panggul kedua (kurang elbih 25cm) dan jangan memakai sandal jepit ataupun sandal untuk jalan-jalan santai. Disarankan penampilan ibu dapat membenahi penampilan putrinya ketika mengikuti perayaan Ekaristi, sekalipun setelah ke gereja akan bepergian/acara keluarga.

7. Pemakaian blouse atau kaos beradada rendah juga merupakan penampilan yang kurang sopan di hadapan Allah.

Dipetik dari : Inspirasi No. 42 Tahun IV Pebruari 2008.

Mengapa ke Gereja?

Oleh : Frank Mihalic, SVD
Ada pertanyaan : Dapatkah saya menjadi seorang Kristen tanpa menjadi anggota Gereja?

Jawabannya adalah : Ya, itu mungkin. Itu seperti menjadi :

Seorang pelajar yang tidak mau pergi ke sekolah.

Seorang serdadu yang tidak mau bergabung dengan angkatan.

Seorang warga negara yang tidak membayar pajak atau menggunakan hak pilih.

Seorang salesman tanpa pelanggan.

Seorang peneliti tanpa pusat komando.

Seorang nelayan di kapal tanpa awak.

Seorang pengusaha di sebuah pulau tanpa penghuni.

Seorang penulis tanpa pembaca.

Seorang pemain gitar tanpa orkes.

Sepasang suami istri tanpa keluarga.

Seorang pemain bola tanpa tim.

Seorang ilmuwan yang tidak membagi hasil temuannya.

Seekor burung tanpa sarang.

Gereja adalah untuk orang-orang bukan seperti itu. Jangan tinggalkan gereja karena engkau menemukan banyak kemunafikan di dalamnya. Di dalam gereja selalu ada tempat untuk satu orang lagi.
Gereja tidak terdiri dari orang-orang yang lebih baik daripada yang lainnya tetapi terdiri dari orang-orang yang ingin menjadi lebih baik daripada keadaan mereka sekarang.

- Hanya satu hal di dunia ini yang pasti dapat Anda perbaiki, yakni diri Anda sendiri – (Aldous Huxley)

Sumber : Nuansa Kasih Edisi 571 : 08-09 Nopember 2008 Gereja Katolik St. Albertus De Trapani Malang.

Mengapa Kamu Seorang Katolik

Oleh : P. William P. Saunders

“Terkadang saya bertemu dengan orang-orang yang mengatakan, “ Oh, saya dulu seorang Katolik.” Kemudian mereka bertanya, “ Mengapa kamu tetap tinggal dalam Gereja Katolik?”. Mohon jawaban yang baik untuk menanggapi pertanyaan “Mengapa kamu seorang Katolik?”
-Seorang pembaca di Springfield –

Setiap orang Katolik sepatutnya dapat memberikan suatu jawaban yang mantap dan mendalam atas pertanyaan, “ Mengapa kamu seorang Katolik?” Tentu saja, bagi setiap individu, jawabannya bersifat amat pribadi dan mungkin agak berbeda dari jawaban orang lain. Saya harap, tak seorangpun dari kita yang telah dewasa akan sekedar menjawab, “Yah, karena orang tua membaptisku secara Katolik” atau “Keluargaku semuanya Katolik.” Bukan! Bagi masing-masing kita, jawabannya haruslah pribadi dari lubuk hati dan penuh keyakinan. Saya akan memberikan jawaban saya atas pertanyaan ini.

Pertama-tama saya akan mengatakan bahwa saya seorang Katolik karena inilah gereja yang didirikan Yesus Kristus. Sejarawan yang paling ahli sekalipun akan harus mengakui bahwa Gereja Kristen pertama yang ada sejak jaman Kristus adalah Gereja Katolik Roma. Perpecahan besar pertama dalam kekristenan baru muncul pada tahun 1054, ketika Patriarkak Konstantinopel berselisih dengan dengan Paus. Atas siapa yang lebih berwenang: Sang Patriarkak mengekskomunikasi Paus, yang ganti mengekskomunikasi Patriark, dan lahirlah gereja-gereja “Orthodox”. Kemudian, pada tahun 1517, Martin Luther memicu gerakan Protestan, dan ia diikuti oleh Calvin, Zwingli dan Henry VIII. Sejak itu, Protestanisme telah terpecah-pecah menjadi banyak gereja-gereja Kristen lainnya.

Namun demikian, satu-satunya gereja dan gereja Kristen pertama yang didirikan Kristus adalah Gereja Katolik. Pernyataan ini tidak berarti bahwa tidak ada kebaikan dalam gereja-gereja Kristen lainnya. Tidak pula berarti bahwa orang-orang Kristen lainnya tidak dapat masuk surga . Tetapi, sungguh berarti bahwa ada sesuatu yang istimewa mengenai Gereja Katolik. Konsili Vatican II dalam Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja memaklumkan bahwa kepenuhan dari sarana-sarana keselamatan ada dalam Gereja Katolik sebab inilah Gereja yang didirikan oleh Kristus (No. 8).

Alasan kedua mengapa saya seorang Katolik ialah karena suksesi apostolik. Yesus mempercayakan otoritas-Nya kepada para Rasul. Ia memberikan otoritas khusus kepada Petrus, yang disebut-Nya sebagai “ batu karang” dan kepada siapa Ia mempercayakan kunci Kerajaan Allah. Sejak jaman para Rasul, otoritas ini telah diwariskan melalui Sakramen Imamat daris uskup ke uskup, dan kemudian diperluas ke imam dan diakon. Uskup kita sendiri jika mau, dapat menelusuri kembali otoritasnya sebagai seorang uskup hingga ke jaman para Rasul. Bulan Mei yang lalu diadakan tahbisan imamat di paroki kita. Dalam tahbisan suci itu, Bapa Uskup menumpangkan tangannya ke atas kepala calon imam yang akan ditahbiskan. Dalam saat khidmad itu, suksesi apostolik diwariskan. Dalam terang iman, orang dapat melihat bukan saja Bapa Uskup, melainkan St Petrus dan St. Paulus, bahkan Yesus sendiri, menyampaikan tahbisan suci. Tidak ada uskup, imam, atau diakon dalam gereja kita yang menahbiskan dirinya sendiri atau memproklamirkan dirinya sendiri, tetapi otoritas itu berasal dari Yesus sendiri dan dijaga oleh gereja.

Alasan ketiga mengapa saya seorang Katolik adalah karena kita percaya akan kebenaran, yakni kebenaran mutlak yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Kristus menyebut Diri-Nya sebagai “ jalan kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6). Ia menanugerahkan kepada kita Roh Kudus yang disebut-Nya Roh Kebenaran (Yoh 14:17), yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita dan yang akan mengingatkan kepada kita semua yang telah Ia ajarkan (Yoh 14:26). Kebenaran Kristus telah dipelihara dalam kitab suci. Konsili Vatican II dalam Konstitusi Dogmatis Tentang Wahyu Ilahi. Memaklumkan bahwa segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita” (No. 11). Kebenaran ini terus dipelihara dan diterapkan pada suatu masa dan budaya tertentu oleh magisterium, yakni otoritas mengajar Gereja. Sementara kita menghadapi berbagai macam isu seperti bioetika atau euthanasia- masalah-masalah yang tak pernah dibicarakan secara spesifik dalam Kitab Suci- betapa beruntungnya kita mempunyai gereja yang mengatakan “cara hidup seperti ini adalah benar atau cara ini salah menurut Kebenaran Kristus.” Tak heran, Gereja Katolik menjadi berita utama di surat kabar-surat kabar. Kita adalah satu-satunya gereja yang berpendirian tegas dan mengatakan “ Ajaran ini adalah benar selaras dengan pemikiran Kristus.”

Alasan lain mengapa saya seorang Katolik adalah karena sakramen-sakramen kita. Kita percaya akan ketujuh sakramen yang dianugerahkan Kristus kepada Gereja. Masing-masing sakramen menangkap suatu unsur penting dari kehidupan Kristus, dan melalui kuasa Roh Kudus mendatangkan bagi kita keikutsertaan dalam kehidupan ilahi Allah. Sebagai contoh, coba renungkan betapa anugerah maha berharga kita boleh menyambut Ekaristi Kudus, Tubuh dan Darah Tuhan kita, atau menyadari bahwa dosa-dosa kita telah sungguh diampuni dan jiwa kita dipulihkan setiap kali kita menerima absolusi dalam Sakramen Tobat.

Dan yang terakhir, saya seorang Katolik karena orang-orang yang meembentuk Gereja. Saya mengenangkan begitu banyak para kudus : St. Petrus dan St. Paulus yang memelihara agar Injil hidup pada masa-masa awal. Pada masa penganiayaan Romawi, para martir awal gereja seperti St. Anastasia, St. Lusia, St. Yustinus atu St. Ignatius dari Antiokhia, yang pada tahun 100 menyebut gereja Katolik membela iman dan menderita aniaya maut karenanya. Pada abad-abad kegelapan, ketika banyak hal sungguh “gelap”, memancarlah terang yang benderang dari St. Fransiskus, St. Dominikus, dan St. Katarina dari Siena. Pada masa gerakan Protestan, ketika bidaah mengoyak gereja, gereja dibela oleh St. Robertus Bellarmino dan St. Igantius Loyola, para reformator sejati. Saya berpikir mengenai para kudus yang hidup dijaman kita seperti, Muder Teresa, atau Paus Yohanes Paulus II, yang dari hari ke hari melakukan karya kudus Allah. Ada begitu banyak para kudus yang mengilhami masing-masing kita untuk menjadi warga gereja yang baik.

Tetapi ada mereka-mereka yang lain juga. Pada waktu misa arahkanlah pandangan ke sekeliling gerejamu. Lihatlah pasangan-pasangan suami istri yang berjuang untuk mengamalkan Sakramen Perkawinan dalam abad yang memperturutkan hawa nafsu dan perselingkuhan. Lihatlah orang tua-orang tua yang rindu mewariskan iman kepada anak-anak mereka. Lihatlah kaum muda yang berjuang untuk mengamalkan iman dalam dunia yang penuh pencobaan. Lihatlah kaum lanjut usia yang tetap setia kendati ada perubahan-perubahan dalam dunia dan Gereja. Lihatlah para imam dan kaum religius yang membaktikan hidup mereka demi melayani Tuhan dan gereja-Nya. Ada begitu banyak orang yang membentuk Gereja kita.

Ya tak seorangpun sempurna. Kita berdosa. Itulah sebabnya mengapa salah satu doa terindah dalam Perayaan Misa dipanjatkan sebelum tanda damai senantiasa kita ucapkan “ Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu.” Ya, meskipun begitu banyak kelemahan manusia, Gereja sebagai lembaga yang didirikan oleh Kristus terus melaksanakan misi-Nya di dunia ini.

Singkat kata, itulah alasan-alasan mengapa saya seorang Katolik dan seorang warga Gereja Katolik Roma. Alasan-alasan ini bukanlah asal, melainkan mencerminkan permenungan mendalam dan pergulatan setelah dibaptis Katolik, setelah melewatkan masa pendidikan di sekolah St. Bernadette, setelah lulus dari SMA West Springfield, dan setelah mengalami pergumulan sengit dengan iman sepanjang hari-hari perkuliahan di William & Mary dan kemudian di seminari. Saya harap setiap orang Katolik dapat dengan bangga memberikan suatu jawaban yang jelas dan mendalam atas pertanyaan, “ Mengapa kamu seorang Katolik?”

Sumber : www.indocell.net.yesaya
Diambil dari Nuansa Kasih Edisi 581 Gereja Katolik St. Albertus De Trapani.

Yesus Bagiku

Oleh : Antonius – Umat Blimbing

Suatu ketika Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “ Kata orang, siapakah Aku ini?”. Jawab murid-murid-Nya: “ Kata orang Engkau adalah Yohanes Pembaptis, ada lagi yang mengatakan Elia, ada juga yang mengatakan seorang Nabi”, “ Lalu katamu siapa Aku ini?”. Jawab murid-murid-Nya :” Engkau adalah Mesias”.

Lalu Yesus bertanya kepada saya : “ Siapakah Aku ini menurutmu?”
Jawab saya: “ Andaikata saya anak seorang dokter, saya akan mengatakan Engkau adalah seorang dokter yang sangat mujarab, dapat menyembuhkan segala macam penyakit, sampai-sampai orang matipun dapat Engkau hidupkan kembali.
Andaikata saya anak seorang arsitek, saya akan mengatakan bahwa Engkaulah seorang arsitek yang membuatkan saya rumah di surga.
Andaikata saya seorang anak konglomerat, saya akan mengatakan bahwa Engkau adalah orang terkaya di dunia ini, bahkan engkau memiliki dunia ini”.

Tapi ternyata ayah saya anak seorang miskin, pekerjaan ayah saya sebagai pemulung, yang mengambil barang dari tempat sampah yang satu ke tempat sampah yang lain, maka saya kan mengatakan bahwa Engkau adalah seorang pemulung.

Lalu Yesus bertanya lagi: “bagaimana kamu mengatakan Aku sebagai seorang pemulung?”
Jawab saya:”Ya Tuhan, Engkaulah yang mengambil aku dari sampah yang tidak berguna, badanku kotor dan berbau busuk, lalu Engkau memandikan aku sehingga kotoran yang melekat pada diriku hilang, bau busuk yang ada dalam hatiku menjadi harum, dan Engkau memberikan jubah yang bagus padaku, bukan hanya itu saja’ tetapi Engkau menjadikan aku anak-Mu dan sekaligus menjadi ahli waris Kerajaan Surga.”

Demikianlah cinta Tuhan kepadaku (Yoh 3:16) yang dulu aku bergelimang dengan kuasa kegelapan dan sekarang Dia memindahkan aku ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih (Kol 1:13).

(Sumber : Nuansa Kasih Edisi 574: 29-30 Nopember 2008)