(1Tim 3:14-16;Luk 7:31-35)
“Kata Yesus: "Dengan apakah akan
Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?
Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan:
Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung
duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak
makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan.
Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah,
Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”
(Luk 7:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Kornelius/ paus dan
St.Siprianus/ uskup, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:
· Entah berapa kali dan apa saja nasihat, saran,
petunjuk, arahan, ajaran, dst.. yang telah kita terima sampai kini, kiranya
tidak ada seorangpun yang mampu atau sempat menghitung. Semuanya itu merupakan
‘hikmat’ yang sungguh berguna bagi hidup dan kerja kita agar kita berbahagia,
selamat dan damai sejahtera lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. “Hikmat dibenarkan oleh semua orang yang
menerimanya” demikian sabda Yesus. “Dibenarkan”
antara lain dapat berarti sungguh
berfungsi demi keselamatan dan kebahagiaan, dengan kata lain dihayati atau
dilaksanakan seutuhnya dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun.
St.Kornelius dan St.Sprianus yang kita kenangkan hari ini kiranya dapat menjadi
contoh dalam hal kerjasama di dalam tugas pengutusan atau penghayatan
panggilan: berbeda fungsi dan tempat alias
berjauhan satu sama lain tetapi dapat bekerjasama dengan baik. Seruan atau
ajakan untuk bekerjasama bagi kita semua kiranya telah disampaikan
berkali-kali, bahkan kabinet Negara kita Indonesia dinamai ‘Kabinet Gotong-Royong’. Gotong-royong dalam
bahasa Inggris adalah ‘co worker’, yang dapat diartikan juga
sebagai pekerjasama. Maka marilah kita mawas diri perihal cara hidup dan cara
kerja atau cara bertindak kita: sejauh mana terjadi kerjasama yang baik dalam
hidup, kerja dan pelayanan kita? Di dalam gotong-royong atau bekerjasama semua
orang yang terlibat dalam kebersamaan tersebut sungguh bekerja keras sesuai
dengan fungsinya masing-masing, tidak ada yang berpangku tangan atau menjadi
penonton. Dalam gotong-royong atau bekerjasama ada seseorang yang menjiwai
yaitu seorang koordinator yang penuh pelayanan, yang juga terlibat dalam kerja,
bagaikan kapten dalam tim keselebelasan sepakbola. Bukankah kapten sepakbola
bermain bagus dan menjiwai rekan-rekannya, ia juga pemain bukan penonton?
· ‘Semuanya itu
kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. Jadi
jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai
keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar
kebenaran”(1Tim 3:14-15), demikian kutipan surat Paulus kepada Timoteus. “Engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah”, kutipan
inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. “Keluarga Allah”
berarti keluarga yang dikuasai atau dirajai oleh Allah dan semua anggota
keluarga taat pada serta melaksanakan
kehendak Allah dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap
hari. Kehendak Allah bagi kita semua antara lain, yang utama dan pertama,
adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain, dengan segenap hati,
segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga, sehingga
dalam hidup bersama terjadilah damai sejahtera dan bahagia. Kebersamaan hidup
yang penuh kasih di dalam keluarga perlu teladan dari orangtua atau bapak-ibu,
di dalam kantor atau tempat kerja perlu teladan dari para pimpinan atau kepala
bagian, dst.. Mungkin yang baik saya angkat di sini adalah kebersamaan di
kantor atau tempat kerja: ajakan kerjasama di antara para pimpinan atau kepala bagian. Kami dambakan para pimpinan
atau kepala bagian tidak bekerja sendiri-sendiri alias mengikuti selera
pribadi, tetapi bekerja sesuai dengan aneka tatanan dan aturan yang
diberlakukan di tempat kerja atau visi-misi tempat kerja/kantor. Memang mereka
yang dapat bekerjasama di tempat kerja
atau kantor pada umumnya sudah terlatih dan terbiasa bekerjasama di dalam
keluarga, maka kami berharap kerjasama sungguh dibiasakan di dalam hidup
berkeluarga, dengan teladan orangtua atau bapak –ibu.
“Haleluya!
Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang
benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh
semua orang yang menyukainya. Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan
keadilan-Nya tetap untuk selamanya.. Perbuatan-perbuatan -Nya yang ajaib
dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang. Diberikan-Nya
rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk
selama-lamanya akan perjanjian-Nya. Kekuatan perbuatan-Nya diberitakan- Nya
kepada umat-Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka bangsa-bangsa.”
(Mzm 111:1-6)
Jakarta, 16 September 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar