Selasa, September 15, 2009

“Hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya”

(1Tim 3:14-16;Luk 7:31-35)

 

 

 

Kata Yesus: "Dengan apakah akan

Kuumpamakan orang-orang dari angkatan ini dan dengan apakah mereka itu sama?

Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan:

Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung

duka, tetapi kamu tidak menangis. Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak

makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan.

Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah,

Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.

Tetapi hikmat dibenarkan oleh semua orang yang menerimanya.”

(Luk 7:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

 

 

Berrefleksi

atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Kornelius/ paus dan

St.Siprianus/ uskup, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana

sebagai berikut:

 

·   Entah berapa kali dan apa saja nasihat, saran,

petunjuk, arahan, ajaran, dst.. yang telah kita terima sampai kini, kiranya

tidak ada seorangpun yang mampu atau sempat menghitung. Semuanya itu merupakan

‘hikmat’ yang sungguh berguna bagi hidup dan kerja kita agar kita berbahagia,

selamat dan damai sejahtera lahir maupun batin, phisik maupun spiritual. “Hikmat dibenarkan oleh semua orang yang

menerimanya” demikian sabda Yesus. “Dibenarkan”

 antara lain dapat berarti sungguh

berfungsi demi keselamatan dan kebahagiaan, dengan kata lain dihayati atau

dilaksanakan seutuhnya dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun.

St.Kornelius dan St.Sprianus yang kita kenangkan hari ini kiranya dapat menjadi

contoh dalam hal kerjasama di dalam tugas pengutusan atau penghayatan

panggilan:  berbeda fungsi dan tempat alias

berjauhan satu sama lain tetapi dapat bekerjasama dengan baik. Seruan atau

ajakan untuk bekerjasama bagi kita semua kiranya telah disampaikan

berkali-kali, bahkan kabinet Negara kita Indonesia dinamai ‘Kabinet Gotong-Royong’. Gotong-royong dalam

bahasa  Inggris adalah ‘co worker’, yang dapat diartikan juga

sebagai pekerjasama. Maka marilah kita mawas diri perihal cara hidup dan cara

kerja atau cara bertindak kita: sejauh mana terjadi kerjasama yang baik dalam

hidup, kerja dan pelayanan kita? Di dalam gotong-royong atau bekerjasama semua

orang yang terlibat dalam kebersamaan tersebut sungguh bekerja keras sesuai

dengan fungsinya masing-masing, tidak ada yang berpangku tangan atau menjadi

penonton. Dalam gotong-royong atau bekerjasama ada seseorang yang menjiwai

yaitu seorang koordinator yang penuh pelayanan, yang juga terlibat dalam kerja,

bagaikan kapten dalam tim keselebelasan sepakbola. Bukankah kapten sepakbola

bermain bagus dan menjiwai rekan-rekannya, ia juga pemain bukan penonton?

 

·   ‘Semuanya itu

kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. Jadi

jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai

keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar

kebenaran”(1Tim 3:14-15), demikian kutipan surat Paulus kepada Timoteus. “Engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah”, kutipan

inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. “Keluarga Allah”

berarti keluarga yang dikuasai atau dirajai oleh Allah dan semua anggota

keluarga taat pada serta melaksanakan

kehendak Allah dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap

hari. Kehendak Allah bagi kita semua antara lain, yang utama dan pertama,

adalah perintah untuk saling mengasihi satu sama lain, dengan segenap hati,

segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga, sehingga

dalam hidup bersama terjadilah damai sejahtera dan bahagia. Kebersamaan hidup

yang penuh kasih di dalam keluarga perlu teladan dari orangtua atau bapak-ibu,

di dalam kantor atau tempat kerja perlu teladan dari para pimpinan atau kepala

bagian, dst.. Mungkin yang baik saya angkat di sini adalah kebersamaan di

kantor atau tempat kerja: ajakan kerjasama di antara para pimpinan atau  kepala bagian. Kami dambakan para pimpinan

atau kepala bagian tidak bekerja sendiri-sendiri alias mengikuti selera

pribadi, tetapi bekerja sesuai dengan aneka tatanan dan aturan yang

diberlakukan di tempat kerja atau visi-misi tempat kerja/kantor. Memang mereka

yang dapat bekerjasama  di tempat kerja

atau kantor pada umumnya sudah terlatih dan terbiasa bekerjasama di dalam

keluarga, maka kami berharap kerjasama sungguh dibiasakan di dalam hidup

berkeluarga, dengan teladan orangtua atau bapak –ibu.

 

 

 

Haleluya!

Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang

benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh

semua orang yang menyukainya. Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan

keadilan-Nya tetap untuk selamanya.. Perbuatan-perbuatan -Nya yang ajaib

dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang. Diberikan-Nya

rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk

selama-lamanya akan perjanjian-Nya. Kekuatan perbuatan-Nya diberitakan- Nya

kepada umat-Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka bangsa-bangsa.”

 

(Mzm 111:1-6)

 

 

 

Jakarta, 16 September 2009

Tidak ada komentar: