Pada bulan Mei 2008 Aku dipindahtugaskan ke Kota Malang Jawa Timur. Sebagai seorang musafir yang baru datang dan tidak ada saudara yang bertempat tinggal di Malang, tentu saja aku harus mencari kos-kosan. Setelah berkeliling kesana kemari aku mendapatkan sebuah kos-kosan di jalan Teluk Cendrawasih yang tidak terlalu jauh dari kantor baruku.
Sebulan setelah menyandang status sebagai “anak kos” aku berniat memboyong keluargaku ke Malang. konsekuensinya sekali lagi aku harus mencari kontrakan rumah. Setelah mencari informasi kesana kemari bersama temen sejawat aku mencari kontrakan di sebuah perumahan elit di kota Malang. Walaupun menyandang status sebagai perumahan elit tapi di pinggiran kompleks perumahan tersebut terdapat sebuah komplek perumahan sederhana yang menurut cerita diakuisisi oleh manajemen perumahan elit tersebut.
Singkat cerita setelah mencari kesana-kemari akhirnya kudapatkan sebuah rumah type 36 dengan harga kontrak 3 jutaan per tahunnya. Pada saat aku menelepon pemilik rumah aku diberitahu agar menghubungi si pemegang kunci rumah kontrakan tersebut yang berjarak beberapa meter dari rumah yang dikontrakkan. Tak disangka dan diduga setelah aku bertemu dengan si pemegang kunci aku ditawari kontrakan yang terletak persis di depan rumah yang akan kukontrak tadi.
Kalo dilihat dari luar rumah tersebut lumayan terpelihara dan bagus karena disamping letaknya di sudut, rumah tersebut memiliki pagar besi yang cukup kokoh. Pucuk dicinta ulam tiba pikirku dalam hati. Oleh si pemegang kunci aku disuruh menghubungi si pemilik rumah. Namun betapa kecewanya aku setelah kutelepon ternyata si pemilik rumah memberitahu bahwa rumah tersebut tidak dikontrakkan karena saudaranya sudah mau menempatinya. Akhirnya setelah mendapat informasi seperti itu aku putuskan mengontrak rumah yang pertama kudatangi tadi.
Beberapa minggu kemudian keluargaku kuboyong ke Malang, tepatnya ke rumah yang telah kukontrak sebelumnya. Akhirnya kamipun berkenalan dan bersosialisasi dengan tetangga sekitar termasuk keluarga yang mengontrak rumah di depan kontrakanku. Hubungan kami dengan keluarga-keluarga di lingkungan tersebut berjalan dengan baik karena kami termasuk keluarga muda. Demikian juga dengan keluarga yang menempati rumah di depan kontrakanku tadi karena istrinya baru hamil beberapa bulan. Selain itu istriku dan istri Bapak yang mengontrak di depan rumahku sering menghadiri dawis dan belanja kebutuhan sehari-hari bersama-sama.
Pada saat Idul Fitri tahun lalu kami saling berkunjung. Betapa terkejutnya kami setelah mendengar pengakuan ibu muda yang mendiami rumah di depan kontrakan kami. Ibu itu bercerita kalo rumah kontrakan yang didiaminya berhantu. Pertama kali pada waktu datang melihat rumah dikontraknya, Ibu tersebut bercerita kalo Ia melihat seorang perempuan sedang duduk di kloset duduk di kamar mandi rumah tersebut. Padahal Ia pada waktu hanya datang melihat-lihat rumah tersebut bersama suaminya. Tetapi Ibu tersebut dengan tabah hanya memalingkan mukanya begitu melihat perempuan tersebut dan segera berlalu untuk melihat bagian rumah yang lain. Begitu mendengar cerita tersebut timbul perasaan kagumku pada Ibu muda yang “kendel” tersebut.
Kemudian dia bercerita kalo keluarga muda ibu tersebut mengontrak rumah bersama seorang laki-laki teman kampus suami ibu tersebut. Pernah suatu kali laki laki yang juga mengontrak di rumah tersebut diliatin seseorang yang berdiri di pintu kamarnya. Padahal dia di rumah sendirian karena keluarga ibu tersebut sedang pulang kampung. Semalaman laki-laki tersebut tak bisa tidur karena terus diliatin seseorang yang berdiri di pintu kamarnya.
Cerita rumah kontrakan berhantu ini tidak berhenti disitu saja. Bapak-bapak yang mempunyai rumah di sebelah kontrakanku suatu kali bercerita. Suatu malam Bapak ini mendapat tugas lembur dari perusahaan karena Bapak ini bekerja di bagian mesin dan perusahaan mendapat order yang lebih dari biasanya. Pada waktu pulang sekitar jam dua dengan mengendarai sedan Timornya dia berhenti di depan rumahnya yang sekaligus di depan rumah kontrakan berhantu tersebut. Alangkah herannya dia karena melihat seorang anak kecil sedang berlarian di depan kamar depan rumah kontrakan tersebut yang sekaligus berfungsi sebagai garasi. Dengan tanpa basa-basi dia langsung masuk ke rumahnya dan mengunci pintu karena tidak mungkin ada seorang anak yang lagi bermain-main pada jam 2 pagi padahal pengontrak rumah tersebut sedang hamil.
Akhirnya naluriku sebagai detektif partikelir amatiran bertanya-tanya kok bisa rumah kontrakan tersebut berhantu. Setelah bertanya-tanya kesana kemari ada satu sumber yang mungkin dapat menguak cerita dibalik rumah kontrakan berhantu tersebut. Menurut pengakuan si empunya cerita dulu rumah tersebut pertama kali didiami seseorang yang suka dengan ilmu klenik. Orang tersebut suka membawa barang-barang bertuah seperti keris, tombak, atau barang-barang mistis lainnya ke rumah. Yang mengejutkan menurut si empunya cerita orang tersebut mempunyai istri dan mereka sering bertengkar. Pertengkaran tersebut sering terdengar sampai luar dan terdengar oleh si empunya cerita. Bahkan suatu kali orang yang mempunyai rumah tersebut datang bersama kaluarganya ke rumah tersebut. Tanpa sepengetahuan pemilik rumah tersebut si empunya cerita memperhatikan gerak gerik orang yang punya rumah. Menurut pengakuannya orang yang punya rumah dan keluarganya begitu datang langsung menutup pintu jendela dan tirai. Dan si empunya ceritapun tidak dapat mengetahui apa yang terjadi di dalam rumah tersebut. Yang pasti kata si empunya cerita istri dari pemilik rumah tersebut sejak saat itu tidak pernah kelihatan. Entah ibu tersebut dibunuh bunuh diri atau meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan si empunya cerita tidak ada yang tau. Lalu apa hubungan cerita-cerita tersebut dengan rumah kontrakan berhantu tersebut tidak ada yang tau. Yang pasti hanya Tuhan yang tau apa yang terjadi di rumah tersebut.
Dari cerita tersebut aku dapat memetik pelajaran bahwa aku bersyukur tidak jadi mengontrak rumah tersebut. Selain itu kita harus menghormati makhluk makhluk lain yang tidak bisa kita lihat yang ada di dunia lain. Bersyukurlah kalo kita dianugerahi indera keenam bisa melihat maklhuk halus tetapi kayaknya kita harus lebih bersyukur tidak bisa melihatnya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar