Oleh : Anne Avantie
Kecantikan dan keindahan wanita merupakan bunga yang mengharumkan dunia. Keindahan dan kecantikan wanita sungguh menggetarkan hati. Tubuh yang indah adalah cermin yang memantulkan keelokan hati dari jiwa yang bening, penuh pesona. Maka tidaklah berlebihan bila “kecantikan/keindahan” wanita bagaikan magnet raksasa yang dapat memberikan kekuatan pada dunia.
Kecantikan dan keindahan wanita merupakan bunga yang mengharumkan dunia. Keindahan dan kecantikan wanita sungguh menggetarkan hati. Tubuh yang indah adalah cermin yang memantulkan keelokan hati dari jiwa yang bening, penuh pesona. Maka tidaklah berlebihan bila “kecantikan/keindahan” wanita bagaikan magnet raksasa yang dapat memberikan kekuatan pada dunia.
Namun sayang, wanita, khususnya umat kristiani kadang tidak menyadari bahwa keberadannya menjadi kelopak bunga yang harusnya membawa pesona luar biasa dalam kehidupan jasmani rohani kita, baik di dalam rumah maupun di luar rumah termasuk di dalam ruang lingkup gereja.
Banyak hal yang dapat menuntun kita untuk menemukan Allah, sumber kebahagiaan sejati dan kekal. Sebagai sesama wanita, lepas dari profesi saya sebagai seorang desainer, sering saya menghela nafas panjang dan mengelus dada melihat sebuah “pemandangan” yang kurang pantas di gereja, sehubungan dengan etika berbusana ketika mengikuti Sakramen Ekaristi.
Pada masa sekarang ini kita melihat dengan jelas bahwa ada norma-norma kewanitaan yang terkikis dan semakin mempertegas betapa ringkihnya kualitas kewaniataan seseorang, seiring dengan pesatnya perkembangan kaum wanita yang semakin maju. Di balik itu semua ada hal kecil yang menggelitik hati yang tidak bisa dilihat dengan sebelah mata. Nampaknya semua itu merupakan suatu hal yang biasa tetapi sebenanya hal itu menunjukkan seberapa besar diri kita dalam menghargai Tuhan yang tercermin melalui penampilan kita ketika beribadah memuliakan nama Tuhan.
Etika berbusana sebenarnya tidak terlalu membutuhkan pengetahuan yang mendalam, atau pelajaran-pelajaran khusus mengenai cara berbusana yang layak di hadapan Tuhan. Semua itu berpulang pada hati nurani kita, ketika kita memosisikan Tuhan dalam jasmani rohani kita. Pengetahuan akan diri sendiri itu penting untuk jalan menuju pertumbuhan iman yang kudus.
Jadikanlah hidup kita sebagai pernyataan kasih Allah, kebaikan dalam tutur kata, keramahan dalam senyuman, dan kesopanan dalam berbusana. Semua itu adalah cara-cara sederhana dalam mengungkapkan perhatian dan cinta kita kepada Allah. Saya percaya bahwa dengan cara kita menghargai diri kita di hadapan Allah, maka kebaikan dapat terpancar dari tubuh kita.
Menurut Bunda Teresa, seorang wanita adalah pusat dari kehidupan rumah tangga. Bunda Teresa juga memberi perhatian khusus pada kaum wanita. Bahkan Beliau memprioritaskan wanita sebagai alat perdamaian dunia. Sudah selayaknya kita menyadari keberadaan kita sebagai makhluk Tuhan yang begitu luar biasa. Kita diciptakan sebagai citra Allah.
Sudah waktunya saat ini Gereja memberikan perhatian khusus untuk membenahi umat khususnya kaum wanita dalam etika berbusana. Sering kita lihat banyak sekali kaum wanita entah itu remaja, kaum ibu, anak-anak yang tidak menyadari kalau mereka tidak menghargai Tuhan melalui penampilan ketika berada di rumah ibadah.
Bukan penampilan glamour dan pakaian mahal atau mewah yang dikehendaki ketika kita mengikuti Sakramen Ekaristi. Namun dengan kebolehan dan ketrampilan sederhana , kita menghias diri dan menginvestasikan kendahan dalam tata rias wajah dan tata busana maka tidak mustahil, kehadiran kita di rumah Tuhan akan membawa sukacita dan kedamaian.
TIPS BERBUSANA DI RUMAH TUHAN
1. Apabila berencana bepergian ke tempat santai setelah pulang dari gereja, tentunya ada dua hal yang bertolak belakang, maka kita dapat membawa selendang, scarft, atau blazer. Apapun yang kita pakai saat itu, walau tank top sekalipun akan tetap sopan. Bisa dengan menyematkan bros atau aksesoris sederhana untuk mempercantik penampilan.
2. Hendaknya tidak mengenakan t-shirt/blouse tanpa lengan.
3. Apabila menggunakan off shoulder (bahu terbuka), disarankan memakai pakaian dalam tanpa tali dan apabila memiliki anak kecil akan lebih baik apabila tidak menganakan baju berpotongan off shoulder karena pada saat menggendong, tali pakaian dalam akan terlihat dengan jelas. Apalagi pada saat pemberkatan anak, sungguh ini bukan pemandangan indah di gereja.
4. Pemakaian celana hendaknya panjang bukan selutut.
5. Pemakaian rok/bawahan hendaknya di bawah lutut atau tidak kurang dari 55 cm dari pinggang.
6. Banyak kaum ibu yang tidak memberi contoh yang baik untuk anak-anaknya terutama remaja putri, dengan membiarkan mereka memakai kaos yang terlalu ketat, celana selutut, blouse tanpa lengan, celana yang terlalu hipster. Bila ingin mengenakan celana hipster hendaknya dipadu dengan atasan/blouse yang agak panjang, kira-kira sebatas panggul kedua (kurang elbih 25cm) dan jangan memakai sandal jepit ataupun sandal untuk jalan-jalan santai. Disarankan penampilan ibu dapat membenahi penampilan putrinya ketika mengikuti perayaan Ekaristi, sekalipun setelah ke gereja akan bepergian/acara keluarga.
7. Pemakaian blouse atau kaos beradada rendah juga merupakan penampilan yang kurang sopan di hadapan Allah.
Dipetik dari : Inspirasi No. 42 Tahun IV Pebruari 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar