Rabu, Maret 11, 2009

Ada Apa Dengan Jari Telunjuk Tarmizi?

 Menghilangnya beberapa stasiun TV di Malang Raya menyebabkan malam itu sungguh menyebalkan. Mayoritas stasiun TV yang masih siaran menayangkan sinetron yang sungguh membosankan karena ceritanya seputar percintaan, intrik, dan cerita-cerita konyol yang sulit dimengerti nurani. Akhirnya pilihan saya jatuh ke stasiun TV “rakyat” yang menayangkan cerita sehari-hari yang penuh dengan hikmah dan pelajaran.

 Kalo tidak salah malam itu cerita yang diputar berjudul “ Ada Apa dengan Jari Telunjuk Tarmizi”. Dikisahkan bahwa seorang kepala bagian keuangan kantor yang bernama Tarmizi sedang memimpin sholat di mushola kantornya. Giliran pada waktu mengucapkan salam untuk mengakhiri sholat si Tarmizi tiba-tiba berkeringat dingin dan iapun buru-buru mengakhiri sholat berjamaah tanpa bersalaman dengan anggota jemaah yang lain. Hal inipun menimbulkan tanda tanya di kalangan anggota jamaah yang menjalankan sholat karena Tarmizi meninggalkan sholat berjamaah begitu saja tanpa bersalaman dan berpamitan sebagaimana biasanya. 

 Salah seorang bawahan Tarmizi yang mengikuti sholat berjamaah kemudian bertanya kepadanya karena merasa penasaran dengan perilaku atasannya yang tidak seperti biasanya tersebut. Akhirnya Tarmizi mengaku bahwa bahwa “itu” nya gak bisa tegak. Bawahan yang mendapat penjelasan bahwa atasanya mengalami “itu” yang gak bisa tegak segera membawa Tarmizi ke Mak Erot. Tentu saja Tarmizi marah-marah karena yang dimaksud “itu” adalah jari telunjuknya yang tidak bisa ditekuk ketika mengakhiri sholat bukan “itu” yang lain.

 Pengobatanpun dilanjutkan ke tiga “orang pintar” yang berpura-pura pintar. Setelah berbicara panjang lebar dan mengetahui permasalahan Tarmizi orang pintar itu menyarankan pengobatan yang kelewat ekstrim yaitu agar jari telunjuk Tarmizi ditaruh di rel kereta api waktu kereta lewat agar bisa “ dilipat” lagi. Nah pada waktu Tarmizi menaruh jari telunjuknya di rel seraya memohon petunjuk Tuhan karena ia takut jarinya terpotong, ia diingatkan oleh Tuhan bahwa ada seorang bawahannya yang tak membalas salam dan tegur sapanya selama di kantor. Iapun menyadari kesalahannya dan berjanji dalam hatinya untuk memohon maaf kepada pegawai tersebut demi kesembuhan “penyakitnya”

 Alkisah datanglah Tarmizi ke bawahanya yang mengacuhkan tegur sapanya di kantor. Pegawai tersebut bernama Sukron. Tarmizi pun meminta maaf kepada Sukron tetapi Sukron tidak mau memaafkan Tarmizi karena Sukron memendam kekecewaan yang begitu mendalam dengan Tarmizi. Dari mulut Sukron kemudian meluncur pengakuan yang sangat mengagetkan. Dikisahkan bahwa sebelum Tarmizi mengalami penyakit aneh, Sukron pernah datang pada Tarmizi. Sukron bermaksud meminjam uang (kas bon) pada perusahaan dengan persetujuan Tarmizi sebagai kepala bagian keuangan. Tetapi mendadak Tarmizi dipanggil untuk mengikuti rapat direksi dan ia berjanji untuk memberikan kas bon setelah rapat selesai. Sebenarnya tanpa sepengetahuan Tarmizi, Sukron meminjam uang pada perusahaan untuk membeli darah buat ibunya yang sakit parah di rumah sakit. Sukron yang tidak mendapat pinjaman uang dari Tarmizi akhirnya pergi ke saudara-saudaranya untuk meminjam uang guna membeli darah. Naas, walaupun akhirnya dapat membeli darah sesampainya di rumah sakit ibu Sukron akhirnya meninggal dunia. 

 Hal inilah yang menyebabkan Sukron tidak dapat memaafkan Tarmizi. Akhirnya setelah memohon maaf dan menangis-nangis bahkan Tarmizi rela tidak berangkat haji sampai Sukron memaafkan dirinya. Ceritapun akhirnya berakhir dengan happy ending dan Tarmizi dapat berangkat naik haji dengan pemberian maaf dari Sukron.

 Sungguh suatu cerita yang sangat menyentuh hati. Dari kisah ini kita dapat belajar bahwa kadang kita melupakan hal-hal yang terkadang kecil, sepele, tidak berarti dalam hidup kita. Namun hal yang kecil dan sepele tersebut merupakan hal yang penting , hal yang berguna, dan hal yang menentukan bahkan bagi nyawa orang lain. Sikap peduli pada sesama tidak bisa dipandang dari kacamata duniawi kita. Biarlah Tuhan yang diatas yang bisa menilai seberapa penting dan besar kecilnya kepedulian kita pada orang lain. 

- Peduli itu besar dan penting menurut Tuhan, seberapapun kecil dan sepelenya kepedulian menurut kita- 

Riverside, Sabtu 24 Januari 2009


Tidak ada komentar: