Sore itu saya pulang dari kantor agak telat. Baru saja saya turunkan standar sepeda motor ke tanah tiba-tiba terdengar suara anak semata saya. “Ayah tolong saya...Ayah tolong saya”. Suara ini tentu saja sangat mengagetkan saya. Tak biasanya putri saya berteriak-teriak minta tolong. Biasanya kalo saya pulang ia akan berdiri berlari dari dalam rumah menyambut saya dan minta digendong atau bersembunyi di kamar meminta saya mencarinya sampai ketemu.
Belum hilang keterkejutan saya tiba-tiba dengan tubuh telanjang dia keluar dari dalam rumah sambil berlari dan berteriak-teriak minta tolong. Segera saya gendong anak saya dan membawanya masuk ke rumah untuk mengetahui apa yang terjadi. Ternyata dia baru saja mandi dengan air dingin dan karena kegirangan mandi dengan air dingin tidak seperti biasanya, dia lalu berlari minta tolong begitu mengetahui kedatangan ayahnya. “Ayah aku dimandiin sama perampok tolong Ayah....” begitu teriaknya sambil menunjuk Mamanya yang tertawa-tawa mendengar ocehanya. Mengetahui hal itu saya hanya bisa tersenyum simpul.
Memang anak zaman sekarang ada ada saja. Pengaruh acara sinetron dan program anak-anak ternyata sudah mengkontaminasi anak saya sedemikian parahnya sehingga dia bisa bersandiwara layaknya sinetron televisi. Kadang saya tidak habis pikir kenapa benda seperti televisi bisa begitu “meracuni” anak saya sampai dia bisa bertingkahlaku layaknya artis sinetron. Padahal kalau saya mengajari membaca atau berhitung aja sampai setengah mati kok dia tidak bisa-bisa bahkan kadang sampai saya dan Mamanya jadi kesal. Tetapi kalo dia ditanya siapa nama artis sinetron X, dia pasti akan cepat menjawab ini namanya ini, ini saudaranya ini Yah. Kok hapal banget ya pikir saya.
Pernah suatu ketika anak saya minta diambilin minum karena dia lagi asyik menonton acara di televisi. Mamanya karena mungkin juga lagi asyik menyaksikan acara tersebut menjawab dengan ogah-ogahan “Males ah Dik, ambil sendiri di kulkas ya”. Yang membuat saya jadi terkejut adalah jawabannya. Dengan penuh percaya diri sambil menggurui, seorang anak umur 4 tahun menjawab, “Mama, kata Bu Guru nggak boleh males ya...”. Pinter ngeles juga anakku ini pikirku. Dan tahu apa kalimat selanjutnya yang diucapkan. ”Kalo Mama males ntar hati mama jadi hitam lho..” (hati jadi hitam=istilah putriku untuk berdosa). Dengan terpaksa Mamanya yang lagi tidur-tiduran beranjak juga ke kulkas mengakui kekalahan argumentasinya. Aduh putriku ini memang raja ngeles nomor wahid. Darimana dia belajar semua itu ya. Tidak lain dan tidak bukan saya rasa televisi adalah tersangka utamanya.
Belum hilang keterkejutan saya tiba-tiba dengan tubuh telanjang dia keluar dari dalam rumah sambil berlari dan berteriak-teriak minta tolong. Segera saya gendong anak saya dan membawanya masuk ke rumah untuk mengetahui apa yang terjadi. Ternyata dia baru saja mandi dengan air dingin dan karena kegirangan mandi dengan air dingin tidak seperti biasanya, dia lalu berlari minta tolong begitu mengetahui kedatangan ayahnya. “Ayah aku dimandiin sama perampok tolong Ayah....” begitu teriaknya sambil menunjuk Mamanya yang tertawa-tawa mendengar ocehanya. Mengetahui hal itu saya hanya bisa tersenyum simpul.
Memang anak zaman sekarang ada ada saja. Pengaruh acara sinetron dan program anak-anak ternyata sudah mengkontaminasi anak saya sedemikian parahnya sehingga dia bisa bersandiwara layaknya sinetron televisi. Kadang saya tidak habis pikir kenapa benda seperti televisi bisa begitu “meracuni” anak saya sampai dia bisa bertingkahlaku layaknya artis sinetron. Padahal kalau saya mengajari membaca atau berhitung aja sampai setengah mati kok dia tidak bisa-bisa bahkan kadang sampai saya dan Mamanya jadi kesal. Tetapi kalo dia ditanya siapa nama artis sinetron X, dia pasti akan cepat menjawab ini namanya ini, ini saudaranya ini Yah. Kok hapal banget ya pikir saya.
Pernah suatu ketika anak saya minta diambilin minum karena dia lagi asyik menonton acara di televisi. Mamanya karena mungkin juga lagi asyik menyaksikan acara tersebut menjawab dengan ogah-ogahan “Males ah Dik, ambil sendiri di kulkas ya”. Yang membuat saya jadi terkejut adalah jawabannya. Dengan penuh percaya diri sambil menggurui, seorang anak umur 4 tahun menjawab, “Mama, kata Bu Guru nggak boleh males ya...”. Pinter ngeles juga anakku ini pikirku. Dan tahu apa kalimat selanjutnya yang diucapkan. ”Kalo Mama males ntar hati mama jadi hitam lho..” (hati jadi hitam=istilah putriku untuk berdosa). Dengan terpaksa Mamanya yang lagi tidur-tiduran beranjak juga ke kulkas mengakui kekalahan argumentasinya. Aduh putriku ini memang raja ngeles nomor wahid. Darimana dia belajar semua itu ya. Tidak lain dan tidak bukan saya rasa televisi adalah tersangka utamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar