Minggu, Mei 03, 2009

Ono-ono Wae!

Kata orang pekerjaan yang paling membosankan adalah menunggu. Memang kalo dilihat dari tata bahasanya menunggu merupakan kata kerja yang berasal dari kata dasar tunggu. Tetapi kalo kita telaah lebih lanjut apakah menunggu merupakan sebuah “pekerjaan”. Saya kira semua orang setuju kalo itu sebuah kegiatan saja bukan pekerjaan. Sebuah kesalahan fatal yang menjadi kebiasaan.

  Menurut saya kegiatan menunggu menjadi membosankan atau tidak tergantung bagaimana kita menyikapi dan memperlakukannya. Banyak orang yang menganggap menunggu membosankan karena mereka mengerjakan sambil duduk bengong dan memikirkan sesuatu. Atau mereka menanti-nantikan kedatangan atau terjadinya sesuatu dengan time limit yang mereka tentukan sendiri. Jika time limit ini sudah habis maka waktu sesudahnya menjadi membosankan dan menyebalkan. Berbeda jika kita memberi ruang pada kegiatan menunggu ini. Dan mengisi ruang yang kosong tersebut dengan kegiatan yang menarik atau bermanfaat sehingga waktu yang kosong tersebut terisi penuh dan tanpa terasa apa yang kita tunggu sudah datang. Dan bahkan saking menariknya kita membutuhkan lagi waktu untuk menunggu dan bahkan kita menggerutu mengapa waktu begitu cepat berlalu atau mengapa orang atau hal yang kita tunggu begitu cepat datang.

 Kegiatan yang dibilang membosankan inilah yang sedang saya lakukan. Dan saya mencoba mengisi ruang kosong dalam waktu tunggu tersebut. Orang Jepang mengisi waktu dengan membaca baik itu koran, majalah, tabloid, proposal bisnis. Namun itu tidak menarik bagi saya saat ini ketika saya harus melakukannya sambil berdiri. Settingnya saya sedang menunggu istri saya antri di kasir salah satu supermarket. Kebetulan hari ini sabtu malem minggu tanggal muda lagi jadi yah seperti ular panjangnya. Lumayanlah kira-kira ada sepuluh antrian di satu kasir dan masing-masing orang dengan belanjaan satu keranjang penuh.

 Saya jadi berpikir apa yang harus saya lakukan karena tidak ada tempat duduk. Mau duduk di kursi counter meubel ada penjaganya yang siap menegur setiap saat. Ah, browsing pake hp itung2 update facebook. Ternyata lama juga koneksinya mungkin sibuk atau mungkin jaringannya lagi crowded maklum malam mingguan biasanya warnet penuh dengan mahasiswa yang ngenet melepas rindu jarak jauh atau sekedar ngegame menghabiskan malam mingggu tanpa pacar.

 Keputusan terakhir sebagaimana banyak dilakukan jurnalis atau penulis adalah sebagai pengamat. Pengamat perilaku orang-orang tepatnya. Inilah yang sedang kulakukan. Pertama aku mengamati mengapa jarang ditempatkan kursi untuk duduk para konsumer di supermarket ini padahal tiap hari selalu ramai. Hanya ada dua deret kursi dan kulihat sudah penuh. Apalagi sudah dua keluarga besar yang kulihat “menguasai” dua deret kursi tersebut. Alasan yang kupikir sedikit logis dan agak lucu adalah ternyata di seberang kasir ada satu gerai pijat kaki. Mungkin inilah logikanya. Sedikit kursi akan menyebabkan banyak orang yang berdiri. Semakin banyak orang yang berdiri maka semakin banyak orang yang capek dan pegal kakinya. Semakin banyak yang pegal kakinya maka bisa ditebak sendirilah hubungannya dengan gerai pijat tadi. Sistem pemasaran yang jitu pikirku karena dulunya gerai itu ada di dalam supermarket dan sepi ternyata setelah ada di luar terutama di depan kasir jadi ramai. Yang jelas pasti ada korelasinya tapi korelasinya seperti apa dan sejauh mana perlu penelitian lebih lanjut kayaknya.

 Hal kedua yang saya amati adalah keranjang belanja. Ada berbagai bentuk keranjang belanja. Ada yang berbentuk jinjingan. Ada yang berupa kereta dorong dengan tempat duduk untuk anak kecil di bagian depannya. Ada lagi kereta dorong yang dilengkapi dengan mobil-mobilan di bagian depannya untuk anak kecil juga dan ini paling disenangi anakku. Bahkan ada kereta dorong yang dilengkapi dengan tempat tidur bayi. Benar-benar consumer oriented pikirku. Inilah salah satu trik marketing untuk menarik dan memanjakan konsumen dalam berbelanja terutama mereka yang membawa keluarga. 

 Tetapi justeru bukan hal itu yang menarik perhatian saya. Perhatian saya justeru tertuju pada seorang anak kecil yang kira-kira berumur 3 tahun yang sejak tadi bermain-main dengan pengasuhnya sembari menunggu ibunya yang sedang antri di kasir. Sepanjang pengamatan saya anak ini dari tadi ingin naik kereta belanjaan yang ada mobil-mobilannya. Setiap ada kereta belanja yang dimaksud antri di kasir untuk membayar, segera dia datangi dengan maksud untuk dia tumpangi. Tetapi begitu selesai si pemilik belanjaan yang mengantri di kasir buru2 meletakkan belanjaan di kereta belanja tadi karena anaknya juga naik kembali ke kereta belanja tersebut. Dan memang menurut aturan hal ini diperbolehkan oleh pengelola supermarket untuk dibawa si pembelanja kalo gak salah sampai lantai 1. 

 Setelah sekian lama menunggu akhirnya si anak kecil ini berhasil mendapatkan kereta belanja yang ada mobil- mobilanya. Dengan cekatan si anak segera naik mobil-mobilan tersebut. Anehnya sang pengasuh tidak mau mendorong karena antrian ibunya sudah hampir selesai dan segera mereka akan pulang. Anak ini tak kurang akal pertama dia turun dari mobil2lan lalu kereta belanjanya didorong keras2 dan dia mengejar kereta dorong lalu menaikinya dengan cekatan. Pinter juga anak ini tapi akhirnya kereta berhenti dan setiap berhenti dia melakukan hal yang sama berulangkali sambil diperhatikan oleh pengasuhnya. 

 Tiba giliran ibunya selesai mengantri, si pengasuh mencoba membujuknya untuk meninggalkan “permainannya”. Tetapi karena terlalu mengasyikkan baginya iapun tidak mau. Segala cara dilakukan pengasuhnya mulai dari membujuk, menggendong sampai memaksanya. Tetapi bocah tersebut malah menangis. Usaha terakhir adalah mencoba meninggalkannya. Setiap ditinggalkan bocah ini membuka pintu mobil2lan dan turun tapi begitu si pengasuh mendekat anak ini kembali masuk mobil2an. Setelah beberapa kali terkecoh usaha anak kecil tersebut, ibunya yang tidak mau kalah akal terpaksa mengejar dan menggendong anak kecil tersebut sebelum sampai ke mobil2lan dan menaikinya. Kejadian ini berakhir dengan happy ending karena anak kecil tersebut akhirnya mau digendong ibunya dan tidak menangis. Just kidding pikirku.

 Kejadian ketiga yang tak luput dari pengamatan saya adalah para “peragawan/peragawati” yang lalu lalang didepan saya. Berbagai suku ras, umur, model dan bahkan trend berpakaian yang melewati saya sedari tadi. Kebanyakan yang lewat memang sepasang muda-mudi yang sedang melewatkan malam minggu di mall tersebut. Kemuadian keluarga-keluarga baik keluarga muda dengan anak kecilnya maupun keluarga besar yang membawa serta sanak saudaranya dari luar kota untuk jalan-jalan di mall. Hal ini dapat terlihat dari cara berpakaian dan logat bicaranya yang menunjukkan kalau mereka orang kalimantan bahkan dari sulawesi.  

 Dan yang paling aneh adalah cara berpakaian mereka (ini menurut saya yang sudah tidak muda lagi dan cenderung konvensionalis). Saya kadang-kadang mengikuti perkembangan model/gaya berpakaian tetapi saya tidak selalu menerapka trend yang ada dalam gaya berpakaian saya. Saya cenderung mengenakan apa yang enak dilihat dan merasa saya nyaman dan pede untuk dipakai saja. Kalau dulu orang khusunya cewek lebih berpakaian untuk memperlihatkan bagian atasnya (dadanya) dengan model2 pakaian yang agak berbau baju tidur maka sekarang muali bergeser kearah bagian bawah (paha) yang ditonjolkan> kebanyakan remaja sekarang banyak mengenakan celana pendek yang memperlihatkan paha. Beberapa orang terutama laki laki menyukainya tetapi kadang-kadang kita merasa risih juga sebagai orang timur. Inilah yang lalu-lalang di depan mata saya. Selain itu ternd yang berkembang adalah model celana hipster ketat dibagian bawah. Ini dapat aku lihat dari remaja-remaja dari beberapa anak band yang baru saja lewat.

 Aku terkejut ketika yang lewat adalah segerombolan remaja yang mengenakan sarung tetapi mereka tidak memakai peci layaknya busana muslim. Kalo kupikir betapa tergesa-gesanya mereka sehabis dari masjid atau pengajian langsung ke mal tanpa berganti busana. Atau mereka sedang membuat tren baru dan membuat sesuatu yang berbeda di kalangan pengunjung mall. Dan ketika mereka lewat aduuhhh senggggg bau sarung apek langsung menusuk hidung. Padahal ketika remaja berpasangan yang lewat bau wangi masih tercium. Tapi begitu remaja bersarung lewat bau apek sarung yang belum tercuci beberapa hari, minggu atau bahkan bulan langsung tercium. Aneh pikirku ke mall pake sarung , bau apek lagi. Semoga ini tidak menjadi trend. Kalaupun toh akhirnya menjadi trend saya lebih setuju kalo pake sarung tapi baunya yang sedep2 dan wangi –wangi. Ono-ono wae... aya aya wae (orang sunda bilang).

 Akhirnya pengamatanku berakhir disini karena istriku sudah berdiri dengan sekeranjang barang belanjaan. Selamat jadi pengamat bila anda harus menunggu seseorang/ sesuatu. Percayalah ini mengasyikkan setidaknya untuk membunuh kebosanan Anda.

Mall Olympic Garden, Sabtu 2 Mei 2009 saat lagi Belanja.




Tidak ada komentar: