Kamis, Mei 07, 2009

Api Nan Tak Kunjung Padam

Bagi Ciptono, tidak ada kata menyerah. Ini dilakukan terutama dalam memotivasi anak-anak didiknya yang tidak biasa alias berkebutuhan khusus. Pria paruh baya ini dikenal luas sebagai pelatih khusus bagi murid-murid terutama yang mendapat karunia Tuhan tidak seperti orang normal. Di sekolah Luar Biasa Negeri Semarang, Ciptono melatih bakat para tuna rungu, tuna grahita dan autis hingga mereka berprestasi. 

Contohnya adalah Muchtar Abas. Walau tuna rungu, kemahiran Abas dalam berpantomim sungguh luar biasa. Dengan mimiknya yang ekspresif pemuda berusia 20 tahun ini berpantomim bercerita mengenai kehidupan sehari-hari. Melalui gerakan tangan dan kakinya, ia berusaha menyampaikan pesan kepada khalayak. Hingga saat ini Abas telah berpantomim menghibur penonton dari mal satu ke mal yang lain. Abas adalah salah satu murid Sekolah Luar Biasa Semarang asuhan Ciptono. Menurut Ciptono, di sekolah, Abas tidak hanya belajar pantomim saja, melainkan juga diberikan bekal keterampilan lain seperti otomotif.

 

Lain lagi halnya Delly Meladi. Walau tidak bisa melihat alias tuna netra tidaklah membuat patah semangat. Justru dengan kekurangannya itu, Delly mengasah bakatnya di bidang tarik suara. Suara Delly memang merdu. Tak heran hingga saat ini Delly setiap malamnya selalu menghibur para pengunjung kafe dan rumah makan di kota Semarang. Yang lebih fantatis lagi, ternyata Delly juga mampu menghafal sebanyak 650 buah lagu. Uniknya lagu yang dihafal bukan lagu dari Indonesia saja melainkan lagu dari mancanegara seperti, Jepang, Arab, India hingga Perancis. Kehebatan inilah yang membuat Delly mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia beberapa waktu lalu.

 

Sementara kelebihan Andi Wibowo lain lagi. Pemuda yang akrab disapa Bowo ini adalah tuna grahita atau menderita keterbelakangan mental alias down syndrome. Namun demikian ketidaksempurnaanny a bukan halangan meraih prestasi terutama dalam melukis. Tidak seperti pelukis umumnya yang melukis obyek dengan satu tangan. Bowo melukis dengan kedua tangannya dan melukis dua obyek sekaligus secara bersamaan. Bowo menyenangi binatang sebagai obyek lukisannya. Melalui guratan tangannya binatang-binatang seperti harimau, kucing, ayam dan lainya seolah hidup di atas kanvas yang dilukis Bowo.

 

Daya ingat yang kuat ternyata menjadi andalan Kharisma Rizki. Bocah yang masih berusia 10 tahun ini mampu menghafal sekitar 250 lagu. Tidak hanya itu, kelebihan Kharisma yang lain adalah mampu menirukan sejumlah orang atau tokoh yang sedang berpidato. Dalam menirukan pidato itu, Kharisma hafal hingga titik dan komanya. Yang membuat orang semakin berdecak kagum, ternyata ia adalah penderita autisme. Bakat bocah ini memang ditemukan salah satu guru di Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang. Kharisma yang autis memang dikenal tidak bisa diam. Begitu pula ketika sedang mengikuti pelajaran di sekolah. “Ia sering menyanyi dan tangannya sambil memukul-mukul meja, layaknya orang bermain drum” ujar Ciptono Sang Kepala Sekolah. Dari situlah kemudian Kharisma mendapat bimbingan tarik suara dan pidato.

Menurut Ciptono, setiap manusia itu ada kelebihannya disamping kekurangannya. Ia yang sudah puluhan tahun menggeluti profesi sebagai pembimbing anak berkebutuhan khusus ini tahu betul. Melalui pengamatan dan kesabaran, anak yang dikaruniai ketidak-sempurnaan akan muncul kelebihan-kelebihan yang perlu dipoles dan dilatih. Dengan demikian si anak akan mempunyai keterampilan yang tidak kalah dengan anak normal sebagai bekal kelak.


 

 

Best Regards

 

FA Budi

Tidak ada komentar: