Selasa, Oktober 20, 2009

"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala."

(Rm 5:12.15b.17- 19.20b-21; Luk 12:35-38)

"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya.7 Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka"

(Luk 12:35-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Apa yang disebut `persiapan' hemat saya merupakan suatu langkah kegiatan penting dalam aneka usaha atau kesibukan kita; dengan persiapan baik ada harapan cita-cita atau usaha akan sukses. Persiapan yang baik membuat orang yang bersangkutan senantiasa dalam keadaan siap-siaga untuk dipanggil dan diutus. Tanpa melecehkan prosfesi lainnya, hemat saya militer dapat menjadi contoh dalam hal persiapan. Militer memiliki tugas utama dalam `perang', maka ketika tidak berperang pun pada umumnya mereka terus mempersiapkan diri dengan berbagai latihan. Dengan kata lain mereka belajar terus menerus. Bagi para pelajar atau mahasiswa, tugas belajar juga merupakan persiapan, entah persiapan untuk ujian atau profesi masa depan, dalam rangka hidup bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Hidup kita hemat saya juga merupakan persiapan untuk mati atau dipanggil Tuhan. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mawas diri bahwa tugas atau pekerjaan kita apapun dan dimanapun adalah persiapan atau pembelajaran. Sikap mental selama persiapan atau belajar antara lain: kerja keras, terbuka, siap sedia terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan, bergairah, dst.. atau berjaga-jaga seperti satpam atau penjaga malam yang baik. Salah satu usaha yang tak boleh dilupakan selama persiapan atau belajar menjaga kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga. Untuk menjaga keshatan dan kebugaran jiwa dan raga antara lain tidak melupakan hidup doa serta senantiasa berbuat baik jika ada kesempatan, maupun rajin berolahraga dan mengkomsumsi makanan sesuai dengan pedoman `empat sehat lima sempurna', hidup teratur baik dalam kerja maupun istirahat. Usaha menjaga kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga ini hendaknya sedini mungkin diusahakan di dalam keluarga: anak-anak dibiasakan hidup sehat dan bugar dengan teladan dan bimbingan orangtua/bapak- ibu.
• "Jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup"(Rm 5:17-18). Perbuatan atau perilaku kita senantiasa berdampak sosial atau mempengaruhi lingkungan hidup serta sesama kita. Mengingat hal ini kami harapkan agar kita semua senantiasa berperilaku baik dan benar alias berbudi pekerti luhur. Ciri-ciri berbudi pekerti luhur antara lain: " bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet"(Prof.Dr. Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997). Di antara ciri-ciri budi pekerti luhur di atas ciri mana yang sebaiknya lebih kita utamakan untuk dihayati, kiranya perlu diperhatikan lingkungan hidup kita masing-masing. Unggul dalam salah satu ciri, hemat saya ciri-ciri lain secara inklusif terhayati juga. Sekiranya salah satu ciri telah dihayati dengan baik, hendaknya terus diusahakan menghayati ciri lain, sehingga semakin banyak ciri-ciri budi pekerti luhur tersebut dihayati, dan dengan demikian juga semakin banyak orang diselamatkan atau dibahagiakan.

"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku."Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN "(Mzm 40:7-10)


Jakarta, 20 Oktober 2009

Rabu, Oktober 14, 2009

Nania dan Cintanya

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia 

 mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, 

 hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi 

 bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan 

 Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama 

 herannya.

 Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

 Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari 

 sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. 

 Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

 Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan 

 lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali 

 beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua 

 menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik 

 nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

 Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil 

 dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian 

 di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. 

 Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan 

 Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat 

 karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab 

 kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

 Kamu pasti bercanda!

 Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, 

 disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa 

 dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania 

 bercanda.

 Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang 

 balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

 Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang 

 melamarnya.

 Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli 

 berani melamar anak Papa yang paling cantik!

 Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda 

 baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu 

 berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh 

 selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

 Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif 

 bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa 

 saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

 Nania terkesima.

 Kenapa?

 Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

 Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, 

 sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca 

 puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

 Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. 

 Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan 

 laki-laki manapun yang kamu mau!

 Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa,

 kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian 

 mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

 Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

 Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat 

 tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

 Tapi kenapa?

 Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan 

 biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

 Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

 Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

 Cukup!

 Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi 

 parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana 

 tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan 

 melihat pencapaiannya hari ini?

 Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. 

 Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. 

 Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 

 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah 

 menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya 

 menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

 Mereka akhirnya menikah.

 ***

 Setahun pernikahan.

 Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik 

 di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, 

 Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar 

 tampak di mata mereka.

 Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga 

 Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau 

 cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu 

 sangat bahagia.

 Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

 Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

 Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak

 percaya.

 Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang 

 tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, 

 pintar, dan punya kehidupan sukses!

 Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini

 dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

 Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

 Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!

 Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

 Rafli juga pintar!

 Tidak sepintarmu, Nania.

 Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.

 Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

 Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik 

 mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

 Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli!

 Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah 

 menikah dan sebentar lagi punya anak.

 Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. 

 Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan 

 satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah 

 mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih 

 dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania 

 memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud 

 Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

 Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu 

 khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya 

 maksud baik..

 Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus 

 pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti 

 kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

 Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

 Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, 

 dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji 

 yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika 

 bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

 Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin 

 gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar 

 dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu 

 berada di puncak!

 Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan

 bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan 

 kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

 Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.

 Cantik ya? dan kaya!

 Tak imbang!

 Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania 

 belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan 

 bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

 Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. 

 Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu 

 itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

 ***

 Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu 

 dari waktunya.

 Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera

 dikeluarkan!

 Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke 

 dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga 

 perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, 

 hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

 Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya 

 waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan 

 menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta 

 orangtua Nania belum satu pun yang datang.

 Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat

 pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan 

 melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi 

 pembukaan berjalan lambat sekali.

 Baru pembukaan satu. Belum ada perubahan, Bu. Sudah bertambah sedikit, 

 kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

 Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. 

 Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang 

 tinggi.

 Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, 

 didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu 

 kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

 Masih pembukaan dua, Pak! Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa 

 menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. 

 Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa 

 ditelannya.

 Bang? Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua 

 kehidupan.

 Dokter?

 Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

 Mungkin? Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau 

 begitu? Bagaimana jika terlambat?

 Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang 

 karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar 

 operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

 Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat 

 ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan 

 dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu 

 yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, 

 telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, 

 dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan 

 diri.

 Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir 

 lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

 Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

 Pendarahan hebat!

 Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada 

 varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! 

 Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

 Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali.

 Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

 Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung 

 beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya 

 dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

 Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

 

***

 Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari

 kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga 

 anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu 

 sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak 

 sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

 Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di 

 rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. 

 Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania 

 dengan Rafli.

 Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah 

 sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak 

 perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, 

 dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

 Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran 

 kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. 

 Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili 

 mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan 

 bercanda mesra..

 Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

 Nania, bangun, Cinta? Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil 

 mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

 Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir 

 untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, 

 mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang 

 lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan 

 membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. 

 Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

 Nania, bangun, Cinta?

 Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan 

 Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa

 melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang 

 menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

 Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. 

 Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak 

 bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

 Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, 

 gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di 

 wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

 Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah 

 penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

 Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan 

 mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan 

 airmata yang meleleh.

 Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

 Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. 

 Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun 

 terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke 

 sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu 

 cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja 

 datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang 

 jatuh cinta.

 Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. 

 Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. 

 Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu 

 tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

 Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu 

 meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan 

 paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

 Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. 

 Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, 

 nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti 

 juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu 

 bertahun-tahun.

 Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di 

 sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang 

 berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum 

 hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

 Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di 

 jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas 

 hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua 

 berbisik-bisik.

 Baik banget suaminya! Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!

 Nania beruntung! Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

 Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya 

 memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

 Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

 Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin 

 frustrasi, merasa tak berani, merasa?

 Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di 

 luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu 

 begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

 Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah

 mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

 Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, 

 anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan 

 yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi 

 sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah 

 direbut takdir dari tangannya.

 Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa 

 yang tak pernah berubah, untuk Nania.

 -- 

best regards

 

~Vio Chuakep~

(Sumber : Milis e-ketawa.com)

Senin, Oktober 12, 2009

Gaya Hidup Orang-orang Kaya

Ada satu lembaga penelitian  sekuler  di USA yg meneliti tentang orang-orang bahagia. Karena  ini lembaga  sekuler, ukuran bahagia pertama adalah banyaknya  uang, maka lembaga  tersebut mensurvey orang-orang  kaya (milyuner) dengan sample awal sebanyak lebih dari 200 ribu orang milyuner. Dari 200  ribu itu disaring kadar  bahagianya berdasarkan  berbagai  parameter  termasuk keluarga  tersebut.

Hasil saringan terakhir ada sekitar 200  orang yang   dianggap sangat bahagia, karena selain kaya,  bisnisnya luar  biasa, menikmati  hidup,  keluarganya  beres. Hasil survey tersebut ditulis dalam buku karangan  Thomas Stanley berjudul "The  Millionaire  Mind". Orang-orang kaya tersebut rata-rata  sudah  berumur,  mereka adalah orang kaya dalam satu  generasi, artinya bukan kaya warisan,  tapi kaya dengan  modal zero,alias kerja sendiri. Kemudian   orang-orang ini  diwawancara satu per satu secara detail, dan  di-summary-kan  gaya hidup  orang-orang  tersebut,

Berikut  10 gaya hidup orang-orang kaya tersebut:

1.  Orang-orang tersebut FRUGAL =  HEMAT

Artinya: Mereka penuh  pertimbangan  dalam memanfaatkan  uang mereka. Untuk membeli sesuatu,  pikir-pikir dulu  sekitar 20 kali,  tipe orang yang  tanya sama Tuhan tentang segala sesuatu pengeluaran. Mereka tidak diperbudak mode,  meskipun tidak kuno,  tapi modis.  Mereka tahu  dimana beli barang  bagus tapi murah.

2. Orang-orang  tersebut selalu  hidup di bawah  income mereka

Tidak hidup gali  lobang tutup lobang alias  anti utang.

3. Sangat loyal terhadap  pasangan, tidak cerai  dan setia!

4. Selalu lolos dari prahara  baik  dalam keluarga/bisnis

Di USA sering  resesi ekonomi, mereka  selalu  lolos. Setelah ditanya apa kunci lolosnya, jawabannya:  "Overcoming  worry and fear with The Bible and  pray,with faith to God.We have God and His word"

5. Cara berpikir mereka berbeda (They think  differently from  the crowd)

Dalam  segala segi  dengan  orang-orang kebanyakan cara berpikir mereka berbeda.

Contoh:

Kita kalau ke mall,  memikirkan untuk menghabiskan uang,  mereka malah  survey mencari bisnis apa yang paling laku di   mall. Mereka "man of production" bukan "man   of consumption"

6. Ketika ditanya kunci  suksesnya;

a. Punya integritas = omongan dan janji bisa dipegang   dan dipercaya.

b. Disiplin

Tidak mudah dipengaruhi,  dalam  segala hal, termasuk disiplin dalam hal makanan,  mereka orang  yang tidak sembarangan  konsumsi makanan. Tidak  serakah.

c. Selalu mengembangkan social skill

 Cara bergaul,belajar getting  along  with people, belajar  leadership, menjual ide, mereka orang yang meng-upgrade dirinya,  tidak malas belajar.

d. Punya pasangan yg support

Pasangan yang selalu   mendukung dalam keadaan enak/tidak enak. Menurut mereka,  integrity  dimulai di rumah,  kalau  seorang suami/istri tidak bisa dipercaya di rumah, pasti tidak bisa  dipercaya diluar.

7. Pembagian waktu/aktivitas,

Paling banyak untuk hal-hal berikut:

a. Mengajak anak dan cucu sport/olahraga,

Alasannya:  dengan  olahraga bisa meningkatkan fighting spirit yang penting untuk  pertandingan rohani untuk menang  sebagai orang beriman,  untuk bisa sportif  (menerima  kenyataan, tetapi dengan semangat untuk memperbaiki  dan  menang).

b. Banyak memikirkan tentang   investment.

c. Banyak waktu berdoa, mencari hadirat  Allah,  belajar  Firman.

Ini menjadi    lifestyle mereka sejak   muda.

d. Attending religious  activities.

e.  Sosializing with children and  grand child.

f.  Entertaining with friends,

Maksudnya bergaul,  membina  hubungan.

8. Have a strong religious faith, dan  menurut mereka   ini kunci sukses mereka.

9. Religious  millionaire

Mereka tidak pernah memaksakan suatu  jumlah aset sama   Tuhan, tapi mereka belajar mendengarkan suara Tuhan, berapa   jumlah  aset yang Tuhan inginkan buat mereka. Minta guidance untuk   bisnis. Mereka  bukan type menelan semua tawaran  bisnis yang disodorkan  kepada mereka,  tapi tanya Tuhan  dulu untuk mengambil keputusan.

10.  Ketika ditanya tentang siapa  mentor mereka,  jawabannya adalah TUHAN.

Jumat, Oktober 09, 2009

“Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”

(Yl 3:12-21; Luk 11:27-28)

Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”

(Luk 11:27-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 


Berrefleksi

atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kebahagiaan sejati seorang ibu antara lain ketika melihat anak yang telah dikandung dan disusuinya tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas beriman, yang berbakti kepada kepentingan dan kebutuhan sesamanya, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Maka ada seorang perempuan, yang telah menyaksikan dan mengalami keberhasilan pelayanan Yesus, berkata kepadaNya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau”. Mendengarkan kata-kata itu tanggapan Yesus nampak ‘menolak atau tidak menyetujui’, tetapi sebenarnya ‘meneguhkan’, ketika Ia berkata:”Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya”. Yang dimaksudkan oleh Yesus di sini tidak lain adalah Bunda Maria, yang telah mengandungNya dan menyusuiNya. Bunda Maria, teladan umat beriman, senantiasa ‘mendengarkan firman Allah dan memeliharanya atau melaksanakannya’, dan dengan demikian senantiasa berbahagia
karenanya. Maka jika kita mendambakan kebahagiaan sejati, marilah kita dengarkan firman Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, kita renungkan dan hayati atau laksanakan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Keunggulan hidup beriman terletak dalam penghayatan atau pelaksanaan bukan wacana atau omongan. Maka baiklah aneka peraturan atau tatanan hidup sekecil atau sesederhana apapun marilah kita hayati atau laksanakan, entah dilihat oleh orang lain atau tidak. Secara khusus saya mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mentaati dan melaksanakan aneka aturan lalu lintas atau rambu-rambu lalu lintas ketika sedang di perjalanan, entah sebagai pengendara kendaraan maupun pejalan kaki. Tertib berlalu-lintas di jalanan hemat saya merupakan cermin tertib cara hidup dan cara bertindak warga masyarakat atau bangsa.
· “Pada waktu itu akan terjadi, bahwa gunung-gunung akan meniriskan anggur baru, bukit-bukit akan mengalirkan susu, dan segala sungai Yehuda akan mengalirkan air; mata air akan terbit dari rumah TUHAN dan akan membasahi lembah Sitim”(Yl 3:18). Kutipan di atas ini merupakan janji bagi bangsa terpilih yang akan melaksanakan kehendak atau perintah Tuhan, maka baiklah kita renungkan bagi kita sebagai umat beriman. Kebahagiaan dan damai sejati akan kita nikmati jika kita setia melaksanakan kehendak Tuhan, antara lain dengan setia menghayati aneka janji yang pernah kita ikrarkan, misalnya: janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul, janji pegawai atau pejabat dst.. . Maka hendaknya kita tidak berhenti bangga dan puas ketika sedang mengikrarkan janji-janji tersebut. Saat pengikraran janji tersebut hemat saya bagaikan ‘SIM’ (Surat Izin Menghayati). Sebagai orang yang telah dibaptis, marilah kita hayati dalam hidup sehari-hari janji kita
untuk hanya mengabdi Tuhan Allah saja dan menolak semua godaan setan; sebagai suami-isteri marilah kita hayati janji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit; sebagai imam marilah kita hayati sebagai penyalur berkat/rahmat Allah kepada manusia dan sebagai yang telah berkaul triprasetia marilah kita senanitiasa membaktikan diri sepenuhnya pada Penyelenggaraan Ilahi dan secara konkret membaktikan diri bagi sesama agar mereka bahagia dan damai sejahtera. “Gunung-gunung akan meniriskan anggur baru, bukit-bukit akan mengalirkan susu”, yang sakit akan sembuh dan segar bugar kembali, yang tertindas akan terbebaskan, yang sedih akan berbahagia, yang frustrasi akan bergairah, dst.. jika setia pada janji-janji yang pernah diikrarkan. Jika kita setia pada janji yang pernah kita ikrarkan, maka dari diri kita akan mengalir kesegaran dan kegairahan alias siapapun yang melihat dan hidup bersama dengan kita akan semakin segar dan
bergairah.

TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.”(Mzm 97:1-2.5-6)

Jakarta, 10 Oktober 2009

Besarnya Penghargaan



Seorang penjual daging mengamati suasana sekitar tokonya.
Ia sangat terkejut melihat seekor anjing datang ke samping tokonya.
Ia mengusir anjing itu, tetapi anjing itu kembali lagi.
Maka ia menghampiri anjing itu dan melihat ada suatu catatan di mulut anjing itu.

Ia mengambil catatan itu dan membacanya,


"Tolong sediakan 12 sosis dan satu kaki domba. Uangnya ada di mulut anjing ini."


Si penjual daging melihat ke mulut anjing itu dan ternyata ada uang sebesar 10 dollar di sana .


Segera ia mengambil uang itu, kemudian ia memasukkan sosis dan kaki domba ke dalam kantung plastik dan diletakkan kembali di mulut anjing itu. Si penjual daging sangat terkesan.

Kebetulan saat itu adalah waktu tutup tokonya, ia menutup tokonya dan berjalan mengikuti si anjing. (BACA SAMPAI HABIS..... COOL)


Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan dan sampai ke tempat penyeberangan jalan. Anjing itu meletakkan kantung plastiknya, melompat dan menekan tombol penyeberangan, kemudian menunggu dengan sabar dengan kantung plastik di mulut, sambil menunggu lampu penyeberang berwarna hijau. Setelah lampu menjadi hijau, ia menyeberang sementara si penjual daging mengikutinya. Anjing tsb. kemudian sampai ke perhentian bus, dan mulai melihat "Papan informasi jam perjalanan ".. Si penjual daging terkagum-kagum melihatnya. Si anjing melihat "Papan informasi jam perjalanan " dan kemudian duduk di salah satu bangku yang disediakan. Sebuah bus datang, si anjing menghampirinya dan melihat nomor bus dan kemudian kembali ke empat duduknya.


Bus lain datang. Sekali lagi si anjing menghampiri dan melihat nomor busnya.
Setelah melihat bahwa bus tersebut adalah bus yang benar, si anjing naik. Si penjual daging, dengan kekagumannya mengikuti anjing itu dan naik ke bus tersebut.

Bus berjalan meninggalkan kota , menuju ke pinggir kota . Si anjing melihat pemandangan sekitar. Akhirnya ia bangun dan bergerak ke depan bus, ia berdiri dengan 2 kakinya dan menekan tombol agar bus berhenti. Kemudian ia keluar, kantung plastik masih tergantung di mulutnya. Anjing tersebut berjalan menyusuri jalan sambil diikuti si penjual daging.

Si anjing berhenti pada suatu rumah, ia berjalan menyusuri jalan kecil dan meletakkan kantung plastik pada salah satu anak tangga. Kemudian, ia mundur, berlari dan membenturkan dirinya ke pintu. Ia mundur, dan kembali membenturkan dirinya ke pintu rumah tsb.

Tidak ada jawaban dari dalam rumah, jadi si anjing kembali melalui jalan kecil,
melompati tembok kecil dan berjalan sepanjang batas kebun tersebut. Ia menghampiri jendela dan membenturkan kepalanya beberapa kali, berjalan mundur, melompat balik dan menunggu di pintu.

Si penjual daging melihat seorang pria tinggi besar membuka pintu dan mulai menyiksa anjing tersebut, menendangnya, memukulinya serta menyumpahinya.

Si penjual daging berlari untuk menghentikan pria tersebut,
"Apa yang kau lakukan ..? Anjing ini adalah anjing yg jenius. Ia bisa masuk televisi
untuk kejeniusannya. "


Pria itu menjawab, "Kau katakan anjing ini pintar ....?
Dalam minggu ini sudah dua kali anjing bodoh ini lupa membawa kuncinya ..!"

Mungkin hal serupa pernah terjadi dalam kehidupan Anda.

Sesuatu yang bagi Anda kurang memuaskan, mungkin adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagi orang lain.


Yang membedakan hanyalah seberapa besar penghargaan kita.



Pemilik anjing tidak menghargai kemampuan si anjing dan hanya terfokus pada kesalahannya semata, sehingga menganggapnya anjing yang bodoh.
Sebaliknya, sang pemilik toko menganggap anjing tersebut luar biasa pintar karena mampu berbelanja sendirian.

Mungkin kita tidak pernah menyadari bahwa tiap hari kita menghadapi pilihan yang sama.


Kita punya dua pilihan dalam menghadapi hidup ini, apakah hendak mengeluh atas berbagai hal yang kurang memuaskan atau menyalahkan orang lain atas kekurangannya, atau bersyukur atas berbagai karunia yang telah kita terima.

Tuhan telah mengaruniai Anda dengan 86.400 detik per hari. Sudah adakah yang Anda gunakan untuk mengucap syukur?

Rabu, Oktober 07, 2009

“Tuhan ajarilah kami berdoa”

(Yun 4:1-11; Luk 11:1-4)



Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di
salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari
murid-murid- Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang
diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya. " Jawab Yesus kepada mereka:
"Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah
Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan
ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang

bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."

( Luk 11:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 




Berrefleksi

atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Maria, Ratu Rosario, hari ini

saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Bulan Oktober adalah bulan Rosario; doa rosario merupakan salah satu doa favorit bagi umat Katolik.
Berdoa rosario dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, dan tidak hanya di
tempat peziarahan Bunda Maria atau di gereja. Doa rosario merupakan pendarasan
atau pengulangan doa-doa harian seperti: Bapa kami, Salam Maria dan Kemuliaan.
Dalam kutipan Warta Gembira hari ini kita diajak berdoa dengan khidmat doa Bapa
Kami. Isi doa Bapa Kami antara lain “Berikanlah
kami setiap hari makanan yang secukupnya
dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab
kami pun mengampunia setiap orang
yang bersalah kepada kami”. Hidup sederhana dalam kasih pengampunan
itulah salah satu yang kita mohon dalam doa Bapa Kami, dengan kata lain kita
mendambakan hidup sederhana dalam kasih pengampunan. Kita dipanggil untuk
meneladan Bunda Maria, yang sederhana dan penuh kasih pengampunan. Kasih
pengampunan yang dihayati oleh Bunda Maria antara lain nampak dalam penghayatan
“merenungkan atau mendoakan dalam hati
apa yang kurang atau tidak dapat dimengerti/dipahami”, ketika ia menghadapi
kesulitan dan tantangan tidak mengeluh dan menggerutu atau marah, melainkan
berdoa. Dalam hidup sehari-hari kiranya kita sering menghadapi hal-hal atau
apa-apa yang tidak sesuai dengan selera pribadi kita serta membuat kita tidak
enak dan kurang bahagia. Dengan kata lain setiap hari ada kesempatan bagi kita
untuk menghayati isi doa Bapa Kami “ampunilah
kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada
kami”. Dalam doa rosario kita mendoakan doa Salam Maria, antara lain berisi “doakanlah kami orang berdosa ini, sekarang
dan sampai waktu kami mati”. Dengan kata lain kita adalah para pendosa yang
telah menerima kasih pengampunan dari Tuhan secara melimpah ruah, maka
panggilan untuk saling mengampuni kiranya merupakan tugas yang mudah, yaitu
tinggal menyalurkan kasih pengampunan yang telah kita terima secara melimpah
ruah.

· "Engkau
sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih
payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa
dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang
besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang
semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya
yang banyak?” (Yun 4:10-11), demikian
tanggapan Allah atas keluh kesah dan gerutu atau kemarahan Yunus. Dari kutipan
di atas ini kiranya kita diajak untuk menghayati betapa pentingnya keselamatan
jiwa manusia. Keselamatan jiwa manusia hendaknya menjadi tolok ukur atau
barometer keberhasilan kerja, pelayanan dan usaha kita. Suasana lingkungan
hidup bersama di manapun dan kapanpun tergantung dari manusia yang ada di
dalamnya, bukan gedung atau sarana-prasarana maupun ciptaan-ciptaan lain yang
berada di lingkungan tersebut. Kesejahteraan dan kebahagiaan hidup berkeluarga
sangat tergantung dari pribadi-pribadi anggota keluarga, dan kesejahteraan
masyarakat, bangsa dan Negara tergantung dari kesejahteraan dan kebahagiaan
keluarga-keluarga. Keluarga merupakan dasar hidup bersama di manapun dan
kapanpun, maka marilah kita perhatikan dan usahakan kesejahteraan dan
kebahagiaan keluarga kita masing-masing. Kesejahteraan dan kebahagiaan tidak
terletak pada harta benda atau uang melainkan dalam saling mengasihi dan
mengampuni, atau dalam bahasa lain : setiap manusia sungguh dimanusiakan,
manusia sebagai gambar atau citra Allah. Maka dengan ini kami mengharapkan
hendaknya tidak terjadi pemerkosaan harkat martabat manusia di dalam keluarga ,
maklum dari berbagai informasi dapat kita dengar bahwa para isteri atau ibu
sering merasa diperkosa oleh suami atau pasangan hidupnya. Jika para isteri
atau ibu merasa diperkosa, maka mereka akan memperkosa anak-anaknya. Marilah
kita perdalam dan perkuat hidup saling mengasihi dan mengampuni di dalam
keluarga kita masing-masing.



Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku,
ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu
bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku. Sebab Engkau, ya
Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang
berseru kepada-Mu.Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah
suara permohonanku”
(Mzm 86:3-6).



Jakarta, 7 Oktober 2009.

Senin, Oktober 05, 2009

“Bertemu Yesus dlm Doa, Bertemu Yesus dlm Ekaristi, Bertemu Yesus dlm org yg paling miskin” (Bt.Teresa dr Calcutta)


BAGIAN 1

Menjadi Kristen (= pengikut Kristus) merupakan suatu anugerah, pemberian Allah yang cuma-cuma, bukan karena jasa dan kebaikan kita. Kekristenan kita tidak diukur dari pelaksanaan kewajiban-kewajiban keagamaan melulu atau tidak diukur dengan banyaknya jasa yang telah kita buat bagi Allah.

Tetapi sesungguhnya yang menjadi inti kehidupan Kristiani kita ialah HUBUNGAN PRIBADI DENGAN ALLAH.
“Menjadi Kristiani bukanlah buah dari pilihan etis atau gagasan cemerlang, namun dari perjumpaan dalam realitas, dengan seorang Pribadi, yang hidupnya memberikan wawasan baru dan pengarahan mendasar” (Paus Benediktus XVI, ensiklik Deus Caritas Est).

Perjumpaan pribadi dengan Pribadi yang mengasihi dan menebus kita, yaitu Kristus sendiri, haruslah menjadi realitas yang nyata, menjadi pengalaman pribadi kita. Sebagai gambaran sederhana : kita bisa mendengar atau membaca tentang Kristus atau mempunyai ide-ide cemerlang tentang Kristus, tetapi semua itu tidak cukup, karena yang terpenting bukan hanya sekedar “tahu” Kristus, tetapi bagaimana akhirnya Kristus menjadi pengalaman pribadi kita, kita sungguh-sungguh mengalami dan “mengenal” Kristus secara pribadi.

St.Thomas Aquinas, seorang teolog dalam Gereja, banyak menulis tulisan-tulisan Teologi dan dalam hal Teologi, karya-karyanya, seperti “Summa Theologiae” hingga kini belum ada yang bisa menandingi dan menjadi referensi teologi dalam Gereja. Tetapi menjelang akhir hidupnya ketika dia mengalami pengalaman persatuan dengan Allah secara mendalam, dia mengatakan bahwa karya-karya teologi yang dia tulis hanyalah “jerami” dibandingkan pengalaman persatuan dengan Allah itu sendiri.

Sepanjang sejarah Gereja, kita dapat melihat bagaimana perjumpaan pribadi dengan Kristus menjiwai dan menggerakkan banyak orang untuk mengabdi Dia dan sesamanya, entah itu di kalangan religius dan awam.

Salah satunya pada jaman ini yang dipakai Tuhan secara istimewa menjadi saksi Kristus di tengah-tengah dunia ini adalah Muder Teresa dari Calcutta, yang saat ini Gereja sudah menggelarkan beliau sebagai beata. Karya-karya Muder Teresa dan konggergasinya begitu mendunia, pelbagai kalangan dan lintas agama mengagumi karya “penerima hadiah nobel” ini.

Tetapi mengenai karya pelayanan di antara orang yang paling miskin, Muder Teresa menjawab dalam suatu wawancara :
“Kalau seandainya saya dan suster-suster saya pekerja sosial, maka kami tidak akan bertahan, dan karya ini akan lenyap dalam waktu singkat....... tetapi kami melakukan semua ini bukan sekedar karya sosial, tetapi kami melakukan karena kasih kami kepada seorang Pribadi, yaitu Kristus”.

Dalam diri seorang beata Teresa dari Calcutta ini perjumpaan pribadi dengan Kristus menjadi segala-galanya, menjadi nafas hidupnya sendiri, sehingga semboyannya : “Bertemu Yesus dalam DOA, bertemu Yesus dalam EKARISTI dan bertemu Yesus dalam ORANG YANG PALING MISKIN” . . . . .

bersambung . . . . .

Sumber : Catatan Doa dan Ucapan Syukur (FB)

Mengapa Berdoa Rosario?

Apa itu doa? Doa ialah berbicara dengan Tuhan; mengangkat hati serta pikiran kita kepada Tuhan. "Doa adalah kunci Surga." - St. Agustinus

Mengapa kita berdoa? Kita berdoa agar kita dapat masuk Surga. St. Agustinus mengatakan: “Sama seperti tubuh tidak dapat hidup tanpa makanan, demikian juga jiwa kita tidak dapat hidup secara rohani tanpa doa.” St. Alfonsus mengatakan: “Ia yang berdoa, diselamatkan; ia yang tidak berdoa, celaka!” Doa sangat besar kuasanya. (Yak 5:16-18, 2Raj 20:1-6).

Siapa yang berdoa? Yang berdoa ialah orang yang ingin berbahagia selamanya bersama Tuhan di surga.
Kapan kita berdoa? Kita berdoa senantiasa, siang dan malam.

Di mana kita berdoa? Kita berdoa di rumah, di kamar kita (Mat 6:1-6), di Gereja dengan keluarga kita (Mat 21:13), atau di mana saja. Dengan doa kita dapat menguduskan saat-saat senggang kita, kita dapat berdoa ketika sedang berjalan-jalan di taman, mengendarai mobil atau naik bis dan mempersembahkan waktu luang kita itu kepada Tuhan.

Apakah Tuhan selalu menjawab doa-doa kita? Ya. Ada tiga bentuk jawaban doa - ya, tidak, dan tunggu. Tidak ada doa yang tidak dijawab dan tidak ada doa yang tidak didengarkan. St. Thomas Aquinas mengajarkan: "Tuhan tidak mengabulkan apa yang kita minta dalam doa jika permintaan kita itu tidak baik bagi keselamatan kita." Kita harus bertanya apa kehendak Tuhan bagi kita. "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:31-33) “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya?” (Mat 16:26). Tuhan memenuhi kebutuhan kita, tetapi tidak keserakahan kita.

Bagaimana kita dapat berdoa dengan baik? Konsentrasi (Mat 6:7,8), Iman (Ibr 11:6), Kerendahan hati (Yak 4:6, lihat juga Mat 6:1-6, Lukas 18:9-14). Prioritas yang Benar (Luk 22:42), Devosi (Mat 15:8), Kesungguhan (Luk 22:43,44), Ketekunan (Luk 11:5-10 / Luk 18:1-8, Mat 24:13), dan dengan tidak jemu-jemu. Kita wajib berdoa sekurang-kurangnya 15 menit setiap hari. Di dunia ini kita mempersiapkan diri untuk tinggal bersama Tuhan selama-lamanya. Karena Tuhan adalah Pribadi yang paling penting dalam hidup kita, kita wajib berbicara kepada-Nya setiap hari. Setiap harinya kita menghabiskan lebih banyak waktu sekedar untuk makan, bersantai dan menikmati hiburan. Jiwa kita jauh lebih penting daripada tubuh kita. Dan Tuhan pastilah jauh lebih penting daripada siapa pun atau apa pun juga dalam hidup kita, jadi Ia layak mendapatkan prioritas utama. Berapa banyak kita harus berdoa? Kitab Suci mengatakan: - selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu (Luk 18:1, 1Tes 5:17, Ef 6:18 dan Kis 6:4).

Mengapa Tuhan menghendaki kita berdoa kepada Bunda Maria? Kita berdoa kepada Bunda Maria karena ia adalah Bunda Allah dan doa-doanya sangatlah besar kuasanya (Yoh 2:1-11). Ketika kita berdoa Salam Maria, kita menggabungkan penyembahan kepada Tuhan dan penghormatan kepada Bunda Maria. Kita menyatukan doa-doa kita kepada Tuhan dengan doa-doa Bunda Maria kepada Tuhan. Kita tidak menyembah Bunda Maria, kita hanya menyembah Tuhan saja. Ketika kita berdoa kepada Bunda Maria, kita menghormatinya sebagai Bunda Allah dan sebagai Bunda Rohani kita (Why 12:17, Yoh 19:26,27). Saat kita amat membutuhkan pertolongan, kita tidak saja berdoa sendiri kepada Tuhan secara langsung, tetapi kita juga meminta orang lain berdoa bagi kita dan bersama kita. Ketika kita berdoa Rosario, kita didukung oleh Bunda Maria, Bunda Allah yang Kudus, yang berdoa kepada Tuhan bagi kita dan bersama kita. Tuhan menghendaki kita menghormati Bunda Maria karena perannya yang istimewa dalam karya keselamatan Allah. Tuhan menghendaki Bunda Maria ambil bagian dalam penebusan umat manusia, sama seperti Hawa ambil bagian dalam jatuhnya umat manusia ke dalam dosa. Sama seperti seorang Bapa dipenuhi sukacita karena cinta dan penghormatan yang diberikan orang kepada anak-anaknya, demikian juga Allah Bapa dipenuhi sukacita dan menghendaki kita menghormati puteri-Nya, Maria, Bunda PuteraNya, Yesus.

Mengapa kita wajib berdoa Rosario? Karena doa Rosario telah didaraskan serta dianjurkan selama berabad-abad oleh para Paus dan santo/santa besar, dan juga karena pengaruhnya yang baik - sama seperti pohon yang baik menghasilkan buah yang baik (Mat 7:17). Juga, karena ke-15 Janji Bunda Maria bagi umat Kristiani yang berdoa Rosario dan karena Bunda Maria menampakkan diri di Lourdes dan di Fatima untuk meminta kita berdoa rosario. Rosario telah menyelamatkan serta mengubah ribuan jiwa, mengapa tidak menggunakannya untuk menyelamatkan jiwamu?

Bagaimana kita berdoa Rosario? Dengan merenungkan ke-15 misteri, dengan mendaraskan sepuluh Salam Maria pada manik-maniknya serta satu Bapa Kami dan Kemuliaan di setiap misteri.

Bagaimana kita merenungkan misteri-misteri Rosario? Kita merenungkan misteri-misteri rosario dengan menggunakan imajinasi kita untuk menghadirkan misteri yang sedang kita renungkan di hadapan kita. Kemudian sambil membayangkan imajinasi yang hadir di pikiran, kita mengucapkan doa Salam Maria. Sementara merenung, kita mengulang-ulang doa kita, sama seperti yang dilakukan Yesus (Mat 26:44). Dalam berdoa Rosario, pada dasarnya kita mengatakan, “Yesus dan Bunda Maria, aku mencintaimu” berulang-ulang kali. Sementara kita melakukannya, kita bertumbuh dalam cinta kepada Tuhan. Mengatakan, “Aku mencintaimu” tidak pernah basi. Jika kita sungguh-sungguh mencintai, pernyataan cinta seperti itu akan semakin memperdalam cinta kita.

Bagaimana kita dapat mulai berdoa Rosario setiap hari? Dengan mendoakan hanya satu misteri dengan sepuluh Salam Maria setiap hari, hingga kita merasa rindu untuk berdoa lebih banyak.


sumber : "Why Pray the Rosary" by Father Peffley; Father Peffley's Web Site; www.transporter.com/fatherpeffley

 “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Francis J. Peffley.”

"Tidakkah Engkau peduli bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?”

(Yun 3:1-10; Luk 10:38-42)



Ketika Yesus dan murid-murid- Nya dalam
perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta
menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama
Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata:
"Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani
seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya:
"Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik,

yang tidak akan diambil dari padanya."

(Luk10:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.




Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

· “Ora et labora”
= Berdoa dan bekerja, demikian bunyi sebuah motto. Motto ini kiranya dapat
disejajarkan dengan 2 (dua) tokoh Warta Gembira hari ini, Maria sebagai pendoa
dan Marta sebagai pekerja. Mana yang lebih baik: berdoa atau bekerja? Hemat
saya keduanya baik dan yang terbaik adalah doa menjiwai kerja, maka berdoa dan
bekerja bagaikan mata uang bermuka dua. Mayoritas waktu dan tenaga kita kiranya
terarah untuk bekerja, sebagaimana dikerjakan oleh Marta. Marta ditegor oleh
Yesus karena selama bekerja ia mengeluh atau menggerutu. Memang kerja keras
dalam bentuk apapun ketika diserta keluh kesah atau gerutu berarti tidak
bermutu. Doa menjiwai kerja senada dengan “contemplativus
in actione” atau menemukan Tuhan
dalam segala sesuatu atau menghayati karya dan kehadiran Tuhan dalam segala
sesuatu, dengan demikian selama orang bekerja senantiasa dalam keadaan ceria,
gembira dan dinamis, meskipun harus bekerja keras tidak akan pernah merasa
lelah. “Bagi kaum beriman ini merupakan
keyakinan: kegiatan manusia baik perorangan maupun kolektif, atau usaha
besar-besaran itu sendiri, yang dari zaman ke zaman dikerahkan oleh banyak
orang untuk memperbaiki kondisi-kondisi hidup mereka, memang sesuai dengan
kehendak Allah. Sebab manusia, yang diciptakan menurut gambar Allah,
menerima titahNya, supaya menaklukkan
bumi beserta segala sesuatu yang terdapat padanya, serta menguasai dunia dalam
keadilan dan kesucian, ia mengemban perintah untuk mengakui Allah sebagai
Pencipta segala-galanya, dan mengarahkan diri beserta seluruh alam kepadaNya” (Vatikan
II: GS no 34). Di dalam bekerja orang semakin menyucikan atau mempersembahkan
diri seutuhnya kepada Tuhan atau semakin mendunia, terlibat dalam seluk beluk
dunia berarti harus semakin beriman. Mendunia tanpa iman pasti akan merusak
ciptaan-ciptaan Tuhan.

· “Ketika Allah
melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah
lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah
dirancangkan- Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya” (Yun
3:10). Para penjahat memang menimbulkan malapetaka atau
kesengsaraan bagi orang lain dan
lingkungan hidupnya, entah sekecil apapun kejahatan yang telah dilakukannya.
Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua, yang mungkin masih
sering berbuat jahat untuk bertobat. Ada kejahatan yang terstruktur dan
terselubung, misalnya: pemalsuan berat atau ukuran -> satu botol obat
tertulis 10 cc, tetapi dalam kenyataan hanya 9 cc, dalam kemasan tertulis berat
10 kg, tetapi dalam kenyataan hanya 9,5 kg, dst… Bentuk kejahatan lain adalah ‘mark-up’ anggaran sebagaimana cukup
banyak dilakukan, atau ‘mark-up’ kwitansi. Juga ada kejahatan yang cukup
memprihatinkan yaitu pemberian obat oleh dokter kepada pasien, yang sebenarnya
bukan obat yang dibutuhkan pasien, melainkan sang dokter menjadi agen penjual
obat tertentu. Memang mereka yang melakukan kejahatan pada umumnya boleh
dikatakan pandai tetapi tidak beriman, dan hal ini kiranya disebabkan oleh
pendidikan yang salah, yaitu pendidikan yang hanya menekankan otak dan kurang
memperhatikan hati, yang ada kecenderungan untuk menyontek dalam ulangan umum
atau ujian. Marilah gerakan pertobatan kita mulai dalam diri anak-anak kita dan
para peserta didik, dan tentu saja harus disertai keteladanan dari orangtua
atau para pendidik/guru. Hidup dan bertindak dengan jujur hendaknya dibiasakan
sedini mungkin dalam diri anak-anak kita. Jauhkan aneka macam bentuk
kemunafikan dan kebohongan dalam hidup sehari-hari!



Dari jurang
yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku!
Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya
TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan , Tuhan, siapakah yang dapat tahan?
Tetapi pada-Mu ada pengampunan”


(Mzm 130:1-4a)



Jakarta, 6 Oktober 2009

"Siapakah sesamaku manusia?"

(Yun 1:1-17; 2::10; Luk 10:25-37)

"Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"

(Luk 10:25-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini 

Berrefleksi

atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Ketika orang-orang sedang menghadiri pesta pada umumnya sedikit banyak bersaing dalam hal berpakaian dan assesori, lebih-lebih rekan-rekan wanita atau perempuan, sehingga nampak perbedaan satu sama lain sesuai dengan pakaian dan assesori yang dikenakan. Orang dapat membedakan siapa yang paling kaya, dst. Sebaliknya ketika banyak orang berada di kolam renang hanya mengenakan pakaian dalam atau bahkan sama-sama telanjang bulat kiranya perbedaan satu sama lain tidak banyak atau bahkan satu sama lain sama saja. Jika dalam Warta Gembira hari ini Yesus menjelaskan `siapakah sesamaku manusia' dengan perumpamaan orang yang dirampok habis-habisan, berarti jika kita hendak mengasihi sesama manusia dengan sungguh-sungguh adalah mengasihi mereka yang miskin dan berkekurangan dalam hal harta benda atau uang, yang tidak lain merupakan `tindakan belas kasihan'. Maka marilah kita, umat beriman, khususnya yang beriman pada Yesus Kristus, menghayati ajaran kasihNya dengan lebih mengasihi atau memperhatikan mereka yang miskin dan berkekungan di sekitar kita atau lingkungan hidup kita, tanpa pandang bulu, SARA, golongan , dst.. Mengasihi anak-anak kecil kiranya juga merupakan bentuk penghayatan ajaran untuk mengasihi Tuhan dan sesama manusia, maka hendaknya kepada anak-anak kecil diberikan kasih yang memadai.
• "Angkatlah aku, campakkanlah aku ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu." (Yun 1:12), demikian kata Yunus atas desakan para penumpang kapal lainnya. Baik Yunus maupun mereka meyakini atau mengimani bahwa orang yang tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusan dari Tuhan akan menimbulkan malapetaka bagi lingkungan hidupnya. Orang yang tidak hidup dalam dan oleh kasih pasti akan menghancurkan lingkungan hidupnya dimanapun dan kapanpun ia berada. Maka marilah kita lihat dan cermati lingkungan hidup kita! Jika lingkungan hidup kita amburadul, tidak bersih, tidak indah, tidak menarik dan tidak memikat berarti ada orang berdosa di dalamnya, dan mungkin orang itu saya sendiri. Yang kami maksudkan berdosa adalah tidak melaksanakan tugas pekerjaan atau kewajiban dan tidak menghayati panggilan sebagaimana mestinya atau yang diharapkan dan dicita-citakan. Hidup berkeluarga atau berkomunitas kacau berarti ada anggota keluarga atau komunitas yang kurang atau tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusannya. Pekerjaan di kantor senantiasa tidak beres alias tertunda terus menerus berarti ada pekerja yang bermalas-malas, tiduran saja. Pendek kata segala sesuatu kekacauan, amburadul, kerusakan, dst. yang terjadi dalam kehidupan bersama kita di dunia ini terjadi karena orang-orang berdosa, pengecut, tidak melaksanakan kewajibannya. Kegagalan baik dalam belajar maupun bekerja terjadi karena kemalasan atau kesambalewaan orang yang bersangkutan dalam belajar atau bekerja.

"Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus"
(Yun 2:2-4)

Jakarta, 5 Oktober 2009
Note: yg kemarin buka: www.ekaristi. org

"Semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai".

(Bar 4:5-12.27-29; Luk 10:17-24)

"Kemudian ketujuh puluh murid itu kembali dengan gembira dan berkata: "Tuhan, juga setan-setan takluk kepada kami demi nama-Mu." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Aku melihat Iblis jatuh seperti kilat dari langit. Sesungguhnya Aku telah memberikan kuasa kepada kamu untuk menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu." Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid- Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. "
(Luk 10:17-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Orang bijak dan orang pandai pada umumnya kurang `turba' atau turun ke bawah, melainkan lebih banyak duduk di kursi empuk dan kamar ber-AC sambil menerima laporan-laporan dari mereka yang disebut pekerja atau orang-orang kecil. Para pekerja atau orang-orang kecil juga memiliki kecenderungan untuk melaporkan apa yang baik kepada atasan, sedangkan kekurangan atau kelemahan tidak dilaporkan. Dengan kata lain kenyataan atau realitas yang ada disembunyikan bagi `orang bijak dan orang pandai'. Maka dengan ini kami mengharapkan siapapun yang dianggap bijak dan pandai, yang pada umumnya adalah para pimpinan atau atasan, untuk `turba', turun ke bawah, melihat kenyataan atau realitas `lapangan' yang ada. Dengan turun ke bawah/ke lapangan kiranya selain melihat kenyataan yang ada, juga dapat memberi perhatian berupa sapaan kasih terhadap para pegawai, bawahan/pembantu atau mereka yang dianggap kecil secara organisatoris atau kelembagaan. Dengan cara demikian boleh dikatakan `sambil menyelam minum air', dua sasaran atau tujuan dapat dilaksanakan bersamaan: melihat kenyataan dan memberi perhatian Kepada mereka yang dianggap kecil dan dalam kenyataan dapat melihat dan menikmati kebenaran, kami harapkan ketika memberi laporan kepada atasan sungguh jujur, tidak hanya melaporkan apa-apa yang baik tetapi juga yang kurang baik, untuk membantu atasan mengambil keputusan bijak. Hendaknya jujur, polos dan terbuka seperti anak-anak kecil: apa yang dilihat, dirasakan dan dihadapi diceriterakan semuanya kepada orang lain.
• "Kuatkanlah hatimu, anak-anakku, berserulah kepada Allah; Dia yang mengirim bencana itu akan teringat kepadamu pula. Seperti dahulu angan-angan hatimu tertuju untuk bersesat dari Allah, demikian hendaklah kamu sekarang berbalik untuk mencari Dia dengan sepuluh kali lebih rajin"(Bar 4:27-28). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita, lebih ajakan "hendaklah kamu sekarang berbalik untuk mencari Dia dengan sepuluh kali lebih rajin". Dia, Tuhan ada dimana-mana, hidup dan berkarya dalam seluruh ciptaanNya, dan tentu saja terutama dan pertama-tama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Mencari Dia, Tuhan, dalam setiap diri manusia berarti kita harus saling bertemu, bertatap muka dan bercakap-cakap bersama, agar saling mengenal dan akhinya mengenal Tuhan melalui buah karyaNya dalam diri manusia, antara lain berupa keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan Saudara-saudari kita yang kecil, miskin dan berkekurangan pada umumnya lebih kaya akan keutamaan atau nilai kehidupan daripada mereka yang kaya akan harta benda/uang. Sebagai contoh: lihat dengan cermat atau perhatikan anak-anak kecil yang senantiasa ceria, jujur, tidak malu, dst.. atau orang-orang miskin yang bekerja keras siang malam tanpa mengeluh atau menggerutu, meskipun buah atau imbal jasanya kecil. Memang untuk melihat dengan cermat atau memperhatikan mereka yang kecil, miskin dan berkurangan dibutuhkan kerendahan hati dan pengorbanan, meneladan Yesus, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:6-8).

"Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang hina orang-orang- Nya dalam tahanan. Biarlah langit dan bumi memuji-muji Dia, lautan dan segala yang bergerak di dalamnya."
(Mzm 69:33-35)

Jakarta, 3 Oktober 2009

Kamis, Oktober 01, 2009

"Malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga"

(Kel 23:20-23a; Mat 18:1-5.10)

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga"

(Mat 18:1-5.10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini..


Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Para Malaikat Pelindung hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Bayi pada umumnya arah pandangan matanya senantiasa ke atas, entah ketika sedang terlentang tiduran atau sedang disusui ibunya atau sedang merangkak di tempat tidur. Pancaran sinar matanya nampak jernih dan mempesonakan serta mencerminkan dirinya yang suci dan bersih. Anak-anak pada umumnya juga jujur dan belum dapat menipu atau berbohong; anak-anak kiranya juga dapat menjaga atau memotivasi cara hidup dan perilaku orang-orang dewasa, khususnya orangtuanya dan secara khusus lagi ibunya. Apa yang dilihat dan didengar oleh anak-anak, ketika anak-anak sudah dapat berbicara, pasti akan diceritakan apa adanya kepada orang lain. Dengan kata lain anak-anak boleh dikatakan bagaikan malaikat pelindung, bahkan sering menjadi pelindung atau tameng dalam permusuhan atau kekuatan/senjata untuk memeras orang. Maka "jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini….ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga". Ketika orang-orang dewasa berkumpul sedang omong-omong ke sana- ke mari dan tiba-tiba datang anak kecil pada umumnya isi dan cara omongan mereka akan berubah ke arah yang lebih baik. Anak-anak kecil tidak atau pergi pasti akan ditanyakan dan dicari, sedangkan orang dewasa pergi dibiarkan saja. Malaikat pelindung kita masing-masing memang kurang lebih mengarahkan kita ke anak-anak kecil, yang masih suci, jujur dan bersih, dengan kata lain menjagai kita agar tetap suci, jujur dan bersih. Maka baiklah kita dengarkan penjagaan atau pendampingannya, yang antara lain menggejala dalam bentuk sapaan, tegoran, kritik, saran, permohonan dst.. dari saudara-saudari atau sesama kita. Marilah ramai-ramai untuk `menjadi seperti anak kecil' yang polos, jujur, ceria, dinamis, bersih dan jernih.
• "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan." (Kel 23:20), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih yang sedang berada dalam perjalanan menuju ke `tanah terjanji'. "Seorang malaikat berjalan di depanmu", berjalan di depan kita semua. Berada di depan berarti menjadi penunjuk jalan, maka malaikat pelindung juga berfungsi sebagai penunjuk jalan. Malaikat pelindung menunjukkan arah jalan yang harus kita lalui atau lewati agar kita sampai ke tempat tujuan dengan selamat. Marilah fungsi penunjuk jalan malaikat pelindung ini secara konkret kita hayati dalam aneka `petunjuk' yang ada di dalam hidup kita sehari-hari, entah di jalanan, di kantor atau tempat kerja, di berbagai macam sarana-prasarana kerja atau kemasan-kemasan makanan dll. Di jalanan ada rambu-rambu lalu lintas: marka jalan, lampu lalu lintas dst.., jika anda berharap selamat di perjalanan dan sampai tujuan hendaknya mentaati rambu-rambu lalu lintas tersebut. Di tempat kerja juga cukup banyak aturan, maka hendaknya ditaati dan dilaksanakan, demikian juga dengan aneka macam sarana-prasarana terdapat aturan pakai yang harus diikuti dan dilaksanakan. Dalam aneka macam kemasan makanan dan minuman juga tertulis aturan pakai atau cara mengolah dan mengkonsumsi, maka hendaknya diikuti dan dilaksanakan. Ketika kita setia mentaati aneka aturan dan tatanan tersebut di atas maka kita akan selamat sampai tujuan atau apa yang kita cita-citakan yaitu kesejahteraan lahir dan batin, jasmani dan rohani. Selain aturan dan tatanan hidup sehari-hari tersebut bagi kita juga ada hal yang lebih mendasar yang terkait dengan panggilan kita masing-masing, misalnya sebagai suami-isteri, imam, bruder dan suster. Kita akan setia dan taat pada panggilan kita masing-masing sampai mati, jika kita mentaati dan melaksanakan aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan panggilan kita masing-masing.

"Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN. Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku"

(Mzm 27:7-9c)

Jakarta, 2 Oktober 2009

“Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.”

(Neh 8:1-4a.5-6.7b- 12; Luk 10:1-12)



Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk
tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke
setiap kota dan tempat
yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak,
tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian,
supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya
Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.Janganlah
membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada
siapa pun selama dalam perjalanan.Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah
lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang
yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya.
Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu,
makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut
mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke
dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan
kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah
kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke
dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya
kota itu dan
serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di
depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata
kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih

ringan tanggungannya dari pada kota itu."

(Luk 10:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini




Berrefleksi

atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Teresa dari Kanak-kanak Yesus,

perawan dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:

· “Yesus, tentu
Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu. Anggap saja saya
ini bolaMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hariku. Jika hendak Kausepak
kian kemari, silahkan. Dan kalau hendak Kautinggal di pojok kamar lantaran
bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau
hendak Kautusuk…O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu”
(Yayasan Cipta Loka Caraka: Ensiklopedi Orang Kudus, Jakarta 1985, hal
292), demikian kata-kata atau doa Teresa. Apa yang didoakan didoakan Teresa ini
kiranya menanggapi sabda Yesus :”Pergilah,
sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”. St.Teresa
kiranya menjadi teladan dalam penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan dan
kaul/keutamaan ketaatan serta kerendahan hati. Maka baiklah kita sebagai orang
beriman meneladannya dalam hidup kita sehari-hari. . Tantangan untuk taat dan
rendah hati pada masa kini memang cukup berat, mengingat dan memperhatikan
cukup banyak orang di sekitar kita cenderung untuk menjadi sombong dan kurang
taat pada aneka macam aturan daan tatanan hidup bersama. Tantangan juga dapat
muncul dari dalam diri kita sendiri antara lain ketakutan dan kemalasan. Kamu
berharap para orangtua atau pemimpin dapat menjadi teladan dalam hal
penghayatan ketaatan dan kerendahan hati. Di samping itu kami juga berharap
kepada rekan muda-mudi atau pelajar untuk berani mempersembahkan diri kepada
Tuhan dengan hidup membiara atau imamat.

· "Pergilah
kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian
kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan
kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah
perlindunganmu!” (Neh 8:11). Kutipan
ini kiranya baik menjadi permenungan kita. Berbagai tantangan dan keterbatasan
diri kita sering membuat kita bersusah hati karena kita harus bekerja keras dan
berat serta berjuang dengan pengorbanan diri. “Tuhan itulah perlindunganmu”, demikian peringatan atau nasihat yang
selayaknya menjadi pegangan kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan
mampu mengatasi aneka tantangan dan hambatan, maka biarkanlah Dia hidup dan
bekerja dalam dan melalui diri kita yang lemah dan rapuh. Marilah kita hayati
apa yang dihayati Paulus ini: ”Harta ini
kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami “(2Kor 4:7).
Harta kita adalah panggilan, fungsi, jabatan atau kedudukan kita masing-masing.
Jika kita sukses atau berhasil dalam panggilan, fungsi, jabatan atau
kedudukan, marilah hal itu kita hayati
sebagai karya dan kekuatan Tuhan yang melimpah-ruah dalam diri kita yang rapuh
dan lemah. Dengan kata lain semakin sukses atau berhasil hendaknya juga semakin
rendah hati. “Hari ini adalah kudus bagi
Tuhan kita”, artinya setiap hari hendaknya kita mempersembahkan diri
seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi, taat dan setia pada kehendak Tuhan.



Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan
jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak
berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu
murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk
selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada
emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan
dari pada madu tetesan dari sarang lebah
” (Mzm 19:8-11).

Jakarta, 1 Oktober 2009

“Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.”

(Neh 8:1-4a.5-6.7b- 12; Luk 10:1-12)



Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk
tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke
setiap kota dan tempat
yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak,
tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian,
supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya
Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.Janganlah
membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada
siapa pun selama dalam perjalanan.Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah
lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang
yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya.
Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu,
makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut
mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke
dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan
kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah
kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Tetapi jikalau kamu masuk ke
dalam sebuah kota dan kamu tidak diterima di situ, pergilah ke jalan-jalan raya
kota itu dan
serukanlah: Juga debu kotamu yang melekat pada kaki kami, kami kebaskan di
depanmu; tetapi ketahuilah ini: Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata
kepadamu: pada hari itu Sodom akan lebih

ringan tanggungannya dari pada kota itu."

(Luk 10:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini




Berrefleksi

atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Teresa dari Kanak-kanak Yesus,

perawan dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:

· “Yesus, tentu
Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu. Anggap saja saya
ini bolaMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hariku. Jika hendak Kausepak
kian kemari, silahkan. Dan kalau hendak Kautinggal di pojok kamar lantaran
bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau
hendak Kautusuk…O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu”
(Yayasan Cipta Loka Caraka: Ensiklopedi Orang Kudus, Jakarta 1985, hal
292), demikian kata-kata atau doa Teresa. Apa yang didoakan didoakan Teresa ini
kiranya menanggapi sabda Yesus :”Pergilah,
sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”. St.Teresa
kiranya menjadi teladan dalam penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan dan
kaul/keutamaan ketaatan serta kerendahan hati. Maka baiklah kita sebagai orang
beriman meneladannya dalam hidup kita sehari-hari. . Tantangan untuk taat dan
rendah hati pada masa kini memang cukup berat, mengingat dan memperhatikan
cukup banyak orang di sekitar kita cenderung untuk menjadi sombong dan kurang
taat pada aneka macam aturan daan tatanan hidup bersama. Tantangan juga dapat
muncul dari dalam diri kita sendiri antara lain ketakutan dan kemalasan. Kamu
berharap para orangtua atau pemimpin dapat menjadi teladan dalam hal
penghayatan ketaatan dan kerendahan hati. Di samping itu kami juga berharap
kepada rekan muda-mudi atau pelajar untuk berani mempersembahkan diri kepada
Tuhan dengan hidup membiara atau imamat.

· "Pergilah
kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian
kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah kudus bagi Tuhan
kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena TUHAN itulah
perlindunganmu!” (Neh 8:11). Kutipan
ini kiranya baik menjadi permenungan kita. Berbagai tantangan dan keterbatasan
diri kita sering membuat kita bersusah hati karena kita harus bekerja keras dan
berat serta berjuang dengan pengorbanan diri. “Tuhan itulah perlindunganmu”, demikian peringatan atau nasihat yang
selayaknya menjadi pegangan kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan
mampu mengatasi aneka tantangan dan hambatan, maka biarkanlah Dia hidup dan
bekerja dalam dan melalui diri kita yang lemah dan rapuh. Marilah kita hayati
apa yang dihayati Paulus ini: ”Harta ini
kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami “(2Kor 4:7).
Harta kita adalah panggilan, fungsi, jabatan atau kedudukan kita masing-masing.
Jika kita sukses atau berhasil dalam panggilan, fungsi, jabatan atau
kedudukan, marilah hal itu kita hayati
sebagai karya dan kekuatan Tuhan yang melimpah-ruah dalam diri kita yang rapuh
dan lemah. Dengan kata lain semakin sukses atau berhasil hendaknya juga semakin
rendah hati. “Hari ini adalah kudus bagi
Tuhan kita”, artinya setiap hari hendaknya kita mempersembahkan diri
seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi, taat dan setia pada kehendak Tuhan.



Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan
jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak
berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu
murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk
selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada
emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan
dari pada madu tetesan dari sarang lebah
” (Mzm 19:8-11).

Jakarta, 1 Oktober 2009